439 37 10
                                    

Yoonji selalu suka memeluk tubuh Mina. Yoonji juga selalu suka setiap ia menyisiri rambut hitam Mina yang sepanjang bokong dan menguarkan aroma manis itu. Jantung Yoonji juga selalu berdegup kencang setiap ia melihat siluet tubuh sintal Mina dari balik kamar mandi yang sedikit transparan, atau sekedar mengintip malu-malu tiap Mina mengganti pakaiannya.

Apapun; Yoonji selalu suka apapun yang Mina lakukan. Entah cara bicaranya, atau saat ia mengunyah dengan mulut yang kelanjur penuh, atau lagi saat ia tertawa dengan suara merdu dan wajah yang memerah. Bahkan juga saat ia menghirup nafas atau mendengkur-Yoonji selalu suka.

Bagi Yoonji, Mina itu indah. Mahakarya yang terpahat tiada bandingnya.

Yoonji juga tahu, kalau Mina punya hati yang rapuh. Punya kebiasaan memendam sebelum menumpahkannya dalam bentuk tangisan. Sebab itu Yoonji punya janji untuk melindungi Mina; awalnya berkilah dengan otaknya sendiri kalau itu semata-mata ia lakukan sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak ke adik perempuannya-sebelum akhirnya sang hati memenangkan perdebatan; ia mengaku kalah. Perasaannya bukan sekadar ingin melindungi, ia mencintai Min Mina.

Min Yoonji mengaku kalah. Ia bertekuk lutut ke adik perempuannya sendiri.




Yoonji membuka matanya, terbangun berkat sebuah sentuhan bibir di wajah bagian kanannya. Sedikit mengerjap mendapati wajah tersenyum dengan spatula di tangan kanan sebagai pelengkap.

"Yoonji bangun. Kau harus bersiap-siap."

Dan Yoonji ikut tersenyum berkat sepasang mata yang beberapa detik lalu melekungkan sabit indahnya. Selimutnya masih tersampir diatas tubuh juga badan yang masih bergeliat malas.

"Beri aku kecupan selamat pagi."

"Kau ini, kita akan telat nanti."

Tapi, Yoonji tetap menerima kecupan kecil di pipi sebelah kiri. Yoonji masih menyunggingkan senyum, tapi lebih lebar dan menampakkan gusi. Kecupan kecil itu cukup untuk memulai semangat hari ini, dan tentu saja sukses membuat jantungnya hampir loncat dari rongga kalau saja ia ingat ia masih ingin hidup panjang dan memastikan adik tersayangnya itu bahagia.

"Kita sarapan apa hari ini?"

"Nasi goreng. Kau cepat mandi, atau kita akan benar-benar telat nantinya."

Yoonji menyampirkan handuk di bahu dan cepat-cepat mencuri sebuah ciuman kecil di pipi yang lebih muda tujuh menit-kemudian tertawa seraya menghindar dari serangan spatula.

Cukup hari-hari seperti ini bersama Mina sudah lebih dari cukup bagi Yoonji.




Yoonji itu kakak Mina (nama aktenya Min Jimin, tapi sudah terlalu terbiasa untuk memanggil gadis itu dengan nama kecilnya-kembaran, lebih tua tujuh menit. Darah mereka sama, juga rahim dari seorang wanita yang sama. Bedanya, wajah mereka nyaris tak sama kalau dilihat sekilas, juga punya sifat dan watak yang berbeda. Yoonji ketua tim basket perempuan di sekolah, sedangkan Mina lebih suka masuk klub memasak daripada memforsir tenaga untuk capek-capek mengejar satu bola dan dilempar lagi. Yoonji tomboi, rambutnya tak pernah panjang melebihi pundak juga pembawaannya yang kasar, sedangkan Mina selalu mengikat rambutnya dengan kucir kuda atau kelabang atau dibiarkan tergerai dan anggun.

Mereka selalu bersama. Mina dibelakang Yoonji, dan Yoonji yang selalu didepan untuk melindungi si adik tersayangnya. Selalu begitu semenjak Yoonji mulai mengenal apa itu yang namanya laki-laki. Yoonji kira semua laki-laki itu sama. Penipu, serigala, brengsek, bangsat atau apapun itu karena ia lihat contohnya langsung dari dua orang tuanya. Jadi, Yoonji berinisiatif untuk menjaga Mina-karena Yoonji tidak ingin kejadian serupa ibunya kembali terulang pada adiknya, karena ia ingin adiknya bahagia.

sister | yoonminWhere stories live. Discover now