Sang Pencipta Sedang Menguji

63 5 3
                                    


Lagi-lagi Pak Ghofur harus meredam amarahnya. Pasalnya siswa urakan bernama Dirgantara Firdausy kembali menerobos gerbang. Padahal gerbang sudah ditutup, tapi tetap saja ia nekat memanjat gerbang tersebut.

Dirgantara Firdausy, siswa kelas XII MIPA 4 yang tak diragukan lagi otaknya. Saking pintarnya, guru pun dibodohinya. Dirga, orang memanggilnya begitu. Sang pangeran sekolah yang terkenal dengan senyuman mautnya yang membuat gempar seantero sekolah. Prestasi ? bisa dibilang ia masuk 10 besar siswa berprestasi. Tapi, soal pesona ia yang pegang.

"sabar yah, Pak. Jangan marah. Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar." Ejek Dirga pada Pak Ghofur seraya berlari

"Woy, anak bandel, dasar. Ayat Alquran dimainin." Teriak Pak Ghofur.

Dengan percaya dirinya sang bintang sekolah ini berjalan di koridor sekolah yang hening tak berpenghuni. Untung mengurangi rasa sepi yang dirasakannya, dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya, ia bersiul dengan suara yang bisa dibilang mengganggu. Tasnya tersampir miring, entah berisi buku atau tidak. Tubuh Dirga tersungkur ke depan saat kakinya dicegal oleh seseorang saat di depan kelas XII MIPA 3.

"Woyy." Dirga berbalik untuk melihat siapa yang hampir mencelakainya.

"Apa ?!! Mau marah kamu ?!!!" Seorang guru berumur kisaran 24-25 tahun dengan berkacak pinggang seolah menantang Dirga. Dirga hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Telat lagi ? Kapan sih kamu berubah ? Orang itu semakin tua semakin bertambah kesadarannya. Lah, kamu ? semakin tua kayak orang gak sekolah. Rugi rasanya Papa sekolahin kamu mahal-mahal kalau cuma main-main sekolahnya." Omel guru tersebut.

"Kalau dinasehati itu, dengar ! jangan masuk telinga kanan keluar telinga kiri."

" Ini juga didenger kok, Bu Hana." Ucap Dirga dengan nada malas.

"Dirga, jangan mentang-mentang kita saudara kamu tidak menghormati saya sebagai guru kamu." Dirga pun langsung menaikkan tangan di antara alis dan pelipis. Gerakan hormat ia tujukan pada Bu Hana.

"Dirga !!"

"Saya permisi, Bu. Saya udah telat banget nih. Assalamu 'alaikum." Dengan nada yang terkesan mengejek Dirga meninggalkan Bu Hana dengan berjalan santai. Inilah keseharian seorang Dirga, datang hanya membuat guru-guru marah termasuk kakak kandungnya sendiri. Dirhana Firdausy.

Prinsip hidup seorang Dirga "Hidup cuma sekali. Nikmatin aja dulu. Tobatnya nanti. Kapan ? ntar kalau udah tua." Inilah Dirga yang telah terjerumus ke dalam lembah dosa. Sempat Ayahnya menyekolahkannya di pesantren. Namun, baru seminggu ia sudah membuat kerusuhan bahkan jadi trending topik di pesantren. Jadinya, ia dipindahkan ke sekolah ini. SMAN 38 Jakarta.




Di lain tempat, seorang gadis berlari dengan air mata yang menghiasi pipinya. Gadis dengan seragam putih abu-abu tersebut berlari dan sampailah ia di sebuah rumah sakit.

"Suster, pasien atas nama Hakim..." seseorang tiba-tiba menghampirinya, membuatnya mengalihkan perhatian ke pria tersebut.

"Ainun ?" tanya pria tersebut pada gadis yang diketahui bernama Ainun.

"Iya. Bapak siapa ?" Ainun balik bertanya.

"Begini, mungkin nak Ainun akan marah kalau tau hal ini."

"Apa itu, Pak ?" Ainun heran dengan pria yang tak dikenalnya ini. Tiba-tiba datang dan langsung merecokinya dengan pertanyaan dan pernyataan yang ambigu.

Ajari Aku AgamakuМесто, где живут истории. Откройте их для себя