SI PINCANG SANG TERORIS

86 1 2
                                    

Senja pengantar kegelapan masih terlihat, dan aku masih merenungi tapak kehidupanku yang sangat alienasi ini. Ku pandangi wajah muram dalam pantulan air danau nan teduh , bernapas panjang dan hffft.. akankah ada bintang- bintang dalam malamku yang bias ini ?

Masih sendiri dengan hipokrit bahwa aku tak apa-apa. Tapi aku tak bisa menahan air yang mengalir deras dari pelupuk mata ini. Kejadian demi kejadian begitu saja menjalar dalam nalarku.

***

"Hai santri baru ! Siapa namamu ?" sapa orang baru sampingku.

"Aku Umar ...."

"Oh Umar, nama yang bagus. Seperti nama salah satu sahabat baginda Nabi ya ! Perkenalkan namaku Dimas dan aku santri baru juga disini, sama sepertimu !"

Hari ini adalah hari pertamaku dipondok. Sebenarnya hati kecilku menolak permintaan ibuku yang satu ini, tapi apadaya ibu adalah sesosok figur yang tak mungkin ku bantah tutur perintahnya. Hari pertama, aku sudah berkenalan dengan Dimas yang tak lain adalah teman sekamarku. Pertemanan ini berjalan sampai hari- hari selanjutnya hingga akhirnya aku dengan Dimas bersahabat. Dan karena dialah kisah ini ada.

Sudah 2 tahun aku menjalani perjalanan hidup dan berjuang melawan hawa nafsu. Banyak sekali yang sudah kulalui di pesantren. Euforia menjadi santri baru sudah kulalui dan yang tadinya aku terpaksa tapi saat ini aku mulai merasa betah. Aku dikenal sebagai sosok Umar yang pemberani dan pintar, baik itu di sekolah maupun di pondok. Di Aliyah aku selalu mendapat peringkat satu, dan aku senang bisa membuat ibu bangga walau kabarnya hanya bisa tersalur melalui telepon. Ya ... aku belum pernah pulang sekalipun, karena aku ingin benar- benar fokus menimba ilmu disini. Dan setiap aku tak pulang Dimas selalu setia menemaniku di pondok yang sepi karena waktu liburan itu.

Pada suatu saat waktu liburan pondok tiba. Seperti biasa aku dan Dimas tetap tinggal dengan sisa 5 orang santriwan lain yang tak pulang juga.

"Mar, kamu ngerasa bosan tak ? Kok aku bosan sekali ya ?!" tanya Dimas yang sedang berbaring.

"Biasa saja ah Dim. Makanya menghapal lah kau supaya setorannya cepat selesai. Katanya mau lanjut sekolah ke perguruan tinggi, ya berarti harus tamat ngaji di pondok dulu Dimas !" jawabku sambil menutup kitab Safinatunnajah.

"Hmm iya iya calon kiai ! Eh Umar, aku dengar di dekat pondok yang samping warung pak Kosim itu ada sebuah komunitas agama. Aku mau coba ikut ah, gratisss lagi. Kau mau ikut tak ?!" kata Dimas sambil mendekat.

"Komunitas apa ? Ga mau ah nanti sesat lagi hahaha !!!" guyonku.

"Ih ngga lah, kau ni ! Aku tahu dari seorang laki- laki yang sedang ngopi di warung pak Kosim kemarin. Dia mengajakku ikut komunitas itu, katanya InsyaAllah baguss Mar. Dekat kok Mar, hanya sekitar 1 Kilometer lah dari sini, kan lumayan mengisi kekosongan kita Marr!"

Akhirnya ku ikuti saran Dimas. Keesokan harinya aku dengannya diam- diam keluar pondok pukul 9 malam untuk mengikuti komunitas itu, katanya tidak boleh ada yang tahu kita keluar pondok malam hari, karena jika ada yang tahu pasti akan kena hukum. Tak terasa sudah 3 bulan aku dan Dimas setiap malam keluar pondok tanpa izin untuk mengikuti kajian komunitas agama yang bernama "LILLAH" itu. Hingga suatu hari saat kajian berlangsung aku merasa ada kejanggalan dalam kalimat yang diucapkan oleh pemimpin komunitas.

"Kita ini telah dipilih menjadi utusan Allah. Jangan sia- siakan kepercayaan-Nya untuk membela agama-Nya dengan hanya berdiam diri !. Negara kita dikenal dengan mayoritas umat Muslim. Maka dari itu kita harus tegakkan sistem pemerintahan Khilafah dinegeri ini. Kita harus bergerak dan jihad dengan sepenuh hati. Dan mereka yang diam saja pasti perusak agama Allah yang menjelma menjadi para ulama dan santri. Pembela agama Allah tidak akan berdiam diri menyaksikan dunia penuh kemaksiatan. Mari kita tegakkan agama Allah dengan cara menyingkirkan orang- orang lemah yang ada di pesantren itu terlebih dahulu,, kita hancurkan tempat ituu !!! "  (sambil menunjuk arah keluar) orasi ketua komunitas yang biasa dipanggil Kanjeng Ahmad itu

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SI PINCANG SANG TERORISWhere stories live. Discover now