Prolog

43 7 9
                                    

WARNING !!!!!
ADA BEBERAPA BAHASA KASAR DALAM CERITA

Two years ago.....

"Ma, kenapa Papa harus pergi secepat ini?" Arief masih meneteskan air mata. Berlutut di depan gundukan tanah yang masih memerah dan basah. Tangannya memegangi nisan bertuliskan nama 'Zidan Al Fatih'.

Zahiya, sang Mama tak kuasa menjawab pertanyaan Putra semata wayangnya itu. Air matanya terus mengalir menatap tanah yang menutupi sosok yang pernah menjadi pendamping dalam hidupnya. Hatinya masih merasakan sakit teramat sangat dalam karena ditinggalkan Zidan.

Awan hitam mulai mengeluarkan setetes air yang membasahi mereka. Lama-kelamaan, semakin menderas mengguyur tempat itu. Seakan paham akan kesedihan yang dirasakan sosok yang basah kuyup disana.

"Mas! Bude! Sudah, ya. Kasihan, Pakde pasti sedih melihat Mas sama Bude seperti ini disana. Ayo, kita pulang. Kalo disini terus, Mas sama Bude bisa sakit." Arfan berusaha membujuk Sepupu dan Budenya agar pulang bersama keluarganya. Arfan ikut basah kuyup juga saat itu.

"Nak, ayo kita pulang. Biarkan Papa istirahat dengan tenang, ya." suara Zahiya bergetar, menahan isak tangis sekaligus dingin air hujan yang membasahi diri. "Ma, Arief mau temenin Papa. Kasihan, Papa sendirian disini." lirihnya menahan tangis.

"Papamu udah tenang Nak. Papa mu udah bersama yang lainnya. Kalo kamu nemenin Papa, Mama gimana? Mama udah gak punya siapa-siapa lagi selain kamu, Nak." ucapan Zahiya membuat Arief tersadar. Ia pun berdiri darisana, mengikuti Zahiya dan Arfan.

***

"Ma, Arief berangkat! Assalammu'alaikum!" Arief langsung berlari ke arah motornya, menaiki, memutar kontak dan melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

"Eh, Arief tung..." ucapan Zahiya terhenti karena sosok yang dipanggil sudah tak di tempat. "Hah, anak ini. Sudahlah, biar aku yang antar saja." Zahiya menghela napas. Tangan nya menggenggam tugas makalah yang seharusnya dibawa Arief tadi.

Tak lama kemudian, handphonenya berdering. Segera Zahiya mencari letak handphone miliknya berada.

"Hallo, assalammu'alaikum! Iya, ada apa Ren?" Zahiya membuka percakapan.

"..."

"Ok, saya kesana. Tapi agak terlambat sedikit, saya mau ke Sekolah nya Arief  dulu. Tapi kalau saya belum sampai 15 menit, kamu yang gantikan saya ya. Assalammu'alaikum." respon Zahiya, langsung menutup sambungan telpon.

Disisi lain, Arief tersenyum sambil mengendarai motornya. Entah apa yang membuat dirinya hari ini begitu bersemangat dan penuh energi.

Lampu merah rambu-rambu lalu lintas menyala, membuatnya menghentikan motor. Beberapa kendaraan di belakangnya melakukan hal yang sama seperti dirinya. Arik mengunyah permen mint sambil menunggu lampu hijau menyala.

Dan, akhirnya ia mulai melaju dengan motornya lagi. Agar tak jenuh, Arief memasang earphone untuk mendengarkan musik kesukaannya. Tak jarang juga, ia ikut bersenandung mengikuti nada yang di dengar.

"Eh, apaan tuh?" Arief mengernyitkan dahi melihat segerombolan orang menghalangi jalannya. Menimbulkan rasa penasaran. Arief memicingkan mata, siapa tau ada salah satu yang dikenalnya dari gerombolan itu.

"Lho, itukan Fian sama Darrel." Arief terlonjak, ia segera turun dari motornya, menghampiri dua orang yang dikenalnya. Langkah nya semakin cepat, dan agak sedikit berlari saat menyaksikan salah satu sahabatnya itu mendapatkan pukulan di wajah dari beberapa orang asing disana.

My MineWhere stories live. Discover now