1.

14.6K 821 78
                                    

I'm back, gaes 😍
Semoga suka dengan ceritanya ya. Ku sayang kalian semua yang nggak pelit vote/ment. Silakan bagi yang mau memberi kritik dan saran. Asal sopan, aku nggak akan marah. Justru seneng.
Selamat puasa buat yang menjalankan 😊

💖

Lujeng

"Mbaaaakkk ... dipanggil Ibu suruh bantuin masak." Suara Hendra adik satu-satunya yang ku miliki melengking di balik pintu kamarku. Sudah sebulan aku kembali ke rumah orang tuaku setelah hakim mengetuk palu untuk perceraianku dengan Mas Bekti.

Ya, aku Gendis Wilujeng yang sekarang berumur 28 tahun, harus mengakhiri jalinan rumah tanggaku dengan Mas Bekti, karena pria itu lebih memilih kembali bersama mantan pacarnya, setelah pernikahan kami yang sudah menginjak tahun ke lima.

Tak perlu mengasihaniku, sungguh hidupku memang semenyedihkan ini.

"Mbaaaakkkk!" Hendra kembali berteriak.

Dengan malas akhirnya ku buka juga pintu kayu yang penuh gambar aktor Bollywood--Shahrukh Khan.

"Bisa nggak sih, biasa aja manggilnya," sungutku disertai pelototan tajam.

Hendra berdecak kesal. "Noh, bantuin Ibu di dapur. Tidur mulu kerjaannya!"

"Kenapa bukan lo aja yang bantuin Ibu!"

"Karena yang anak cewek itu elo, Mbak. Bukan gue! Udah sana ke dapur!"

"Durhaka lu sama Kakak sendiri begitu."

"Udah sana, nggak usah banyak omong. Jangan lupa iler tuh dielap," celanya lalu bergegas lari ke kamarnya sebelum aku berhasil menjitak kepalanya.

"ADEK GILAAA!!" Teriakku penuh emosi.

"Gendis Wilujeeeengg." Nah, kalau ini suara Ibu Ratu di rumah ini.

"Iya, Ibuuuu," sahutku dengan suara kubuat semerdu mungkin. Kakiku melangkah malas menuju dapur dan kudapati Ibu tengah sibuk mengaduk adonan kue. Aku memilih duduk di depan Ibu sambil menopang wajahku dengan kedua tangan.

"Kamu, Ibu panggil kesini buat bantuin, bukan buat nonton."

"Lujeng kan nggak bisa bikin kue, Bu. Kalau Ibu suruh Lujeng masak rendang, baru Lujeng semangat," protesku dengan wajah kutekuk sejelek mungkin.

"Bisa itu karena terbiasa. Cinta ada juga karena terbiasa. Jadi ...."

"Kata siapa cinta karena terbiasa?" sergahku. "Buktinya Mas Bekti justru ninggalin aku dan CLBK sama mantannya. Kalau memang dengan terbiasa hidup bersama bisa menumbuhkan cinta, nggak mungkin dia ninggalin aku, Bu," jelasku pada wanita yang kini tengah menatapku dengan kelopak mata melebar. Mungkin terkejut mendengar ucapanku.

Ya ... pernikahanku dan Mas Bekti terjadi karena perjodohan yang dicetuskan oleh ke dua orang tua kami. Selama pernikahan kami, Mas Bekti adalah sosok suami bertanggung jawab. Nafkah lahir batinku dipenuhinya dengan baik. Pun meski bertahun-tahun kami belum juga diberikan keturunan, dia tak pernah mempermasalahkannya. Namun, cobaan justru hadir ketika mantan kekasih Mas Bekti bercerai dengan suaminya. Entah siapa yang memulai akhirnya mereka menjalin hubungan kembali dan terendus olehku beberapa bulan lalu sebelum perceraian kami. Ah, sungguh ... mengingat itu hatiku terasa ngilu.

Ibu duduk dan menatapku sendu. Meraih tanganku dan diusapnya lembut, membuatku kembali tenang setelah amarah kembali hadir hanya dengan mengingat perselingkuhan Mas Bekti.

"Maaf, Ibu nggak bermaksud membuat kamu mengingatnya lagi. Maaf karena keegoisan kami, para orang tua, harus membuatmu menderita," tutur Ibu penuh penyesalan, disertai kaca-kaca di kedua matanya.

My Brother Friend (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang