-

1.5K 138 2
                                    

.
.

Hembusan angin musim semi tahun ini masih terasa seperti musim dingin. Taeyong mengeratkan jaketnya dan terus berjalan menyusuri jalanan kecil di sebuah taman pemakaman. Hari ini peringatan kematian keluarganya. Ya, seluruh keluarganya. Ayah, Ibu, serta kakak perempuanya meninggal tepat sepuluh tahun lalu karena sebuah kecelakaan maut yang hampir saja merenggut nyawanya. Kalau saja saat itu ambulan tidak datang tepat waktu, mungkin saja ia sudah tidak ada disini sekarang.

Kakinya terhenti di depan tiga batu nisan putih dengan pahatan nama disana. Ia berlutut dan meletakkan bunga yang sedaritadi dibawanya. Ingatannya melayang pada kenangan sepuluh tahun lalu. Jika saja ia tidak memaksa untuk merayakan ulang tahunnya di luar rumah, semuanya pasti akan berbeda. Ia pasti masih bisa merasakan pelukan hangat kedua orang tuanya, menjahili kakaknya, makan bersama, dan merayakan ulang tahunnya bersama di rumah, bukan di depan batu nisan seperti yang ia lakukan  sepuluh tahun terakhir. Kepalanya tertunduk. Begitu banyak penyesalan dalam hatinya. Ia tahu ini bukan murni kesalahannya. Hanya saja, ia masih belum bisa menerima semuanya.

"Jangan menangis." pikiran kalutnya terinterupsi oleh sebuah suara asing disebelahnya. Taeyong mendongakkan kepalanya dan menemukan seorang pria bermata kelinci sedang menatapnya. Tak lama pria itu berjongkok disebelahnya dan tersenyum hingga menunjukkan gigi serta gusinya.

Cute.

"Kau tahu? Jangan menangisi orang yang sudah pergi. Mereka sudah bahagia disana, dan tentu saja mereka mengharapkan kebahagianmu juga. Jangan membuat mereka sedih karena kau menangis. Tersenyumlah, buktikan pada mereka kalau kau bahagia. Aku tak tahu apa yang kau sesali. Tetapi, karena itu sudah masa lalu, kau harus merelakannya." Entah apa yang membuatnya betah mendengarkan pria bermata kelinci itu mengoceh panjang lebar, namun ia merasa hal itu ada benarnya. Lagi. Dia tersenyum lebar hingga membuat gusinya terlihat. Oke, itu manis.

"Aku Kim Doyoung, siapa namamu?"

Hari itu, musim semi yang terasa dingin justru membuat hati Taeyong menghangat.

"Taeyong. Lee Taeyong."

Aewol-ri [TaeDo]Where stories live. Discover now