[1] awal

50 8 10
                                    

Dalam hidup, kadang ada fase dimana kita merasa bosan, capek, kesal, jemu sama hidup yang gini- gini aja. Enggak ada sesuatu yang bikin gue meletup- letup atau apapun itu. Gue ngerasa sebagian dari diri gue kosong, hampa, dan gak istimewa sama sekali.

Gue menjalani hidup seperti kebanyakan wanita lainnya. Suka nonton drakor, joget- joget pas dengerin lagu yang enak, baca novel, kadang juga pergi ke toko buku buat nyium aroma buku tanpa berniat untuk benar- benar membelinya. Gue juga suka ngopi bareng temen- temen, suka liatin hujan sambil nyemilin kwaci atau keripik tempe, kadang juga suka nangis gegara keputer lagu sedih. Gue orang nya suka ngerjain apapun, karena gue nggak suka kegabutan. Ngelakuin hal apapun dari yang berfaedah sampai unfaedah.
Gue orangnya suka baca buku dari kecil sampai sekarang, entah sudah berapa banyak buku yang gue baca, berapa ratus tokoh-tokoh yang gue kenal dalam buku, dan sudah berapa banyak alur cerita yang tersimpan di memori otak gue.

Tapi, cerita gue benar- benar baru dimulai.

Dari halaman pertama,

Saat gue jadi mahasiswa.

Gue ngerasa menemukan sesuatu yang bisa membuat gue utuh, tidak ada kekosongan dalam diri gue. Sesuatu yang bikin gue meletup- letup dan juga berdebar. Yang ingin gue rasakan setiap hari. Ada bagian kecil dalam diri gue yang kosong kini utuh. Yang membuat gue merasa cukup,nggak kurang dan nggak lebih.

***

Langit sedang cerah hari ini, bercampur dengan susunan abstrak awan seperti lukisan di atas kanvas ditambah suara merdu deburan ombak. Langit dan laut, dua biru yang bisa buat gue tenang dan nyaman. Gue menikmati dua hal ini dengan damai sampai akhirnya sesuatu mengguyur kepala gue. Bukan hujan. Bukan. Karena langit cerah dan tidak ada tanda- tanda hujan sama sekali. Gue refleks bangun dari duduk gue karena kaget. Dan yang gue temuin adalah seorang cowok dengan perasaan bersalah sambil membawa kelapa muda. Ya. Kepala gue basah karena kesiram air kelapa.

Dia natap gue. Gue natap dia. Kita jadi tatap- tatapan.

Empat detik berlalu sampai terdengar suara orang di telfon yang mengintrupsi.

"Jadi ini udah fix ya mas hari Senin lusa? Halo..?"

"Mas... Halo..?? Ada yang mau dibantu untuk persiapannya mas?"

"Sebentar. Nanti saya telfon lagi."

Cowok tersebut langsung mematikan telfonnya.

"Eh mbak itu kepalanya basah sama bajunya. Maaf ya mbak saya nggak sengaja, tadi saya lagi buru- buru dan kesandung jadi nggak ngeliat, mbak bawa baju ganti atau-"

"Iya gapapa. Saya bawa baju ganti."

Entah apa yang membuat gue mengatakan gapapa, padahal jelas- jelas ini apa-apa buat gue. Rambut gue basah kena air kelapa, dan baju gue sedikit basah. Tapi untungnya gue bawa baju lagi, karena berencana main di pantai sama teman. Gue lebih memilih untuk tidak berdebat dengan orang di depan gue sekarang. Karena gue orangnya nggak suka memperpanjang masalah, jadinya gue nggak mau ribet. Meskipun awalnya gue emosi karena momen teristimewa gue musnah begitu saja akibat air kelapa.

"Mbak saya minta maaf sekali lagi, saya ingin mengantar mbak sebagai tanda permohonan maaf tapi kebetulan saya sedang buru- buru."

"Saya bisa pulang sama teman saya. Mas silahkan duluan saja."

Cowok tersebut dari awal memang terlihat buru- buru jadi gue menyuruhnya untuk balik. Akhirnya cowok tersebut berjalan menjauhi gue, tapi kemudian langkahnya terhenti dan dia menoleh ke arah gue. Sambil tersenyum, entah kenapa gue malah merasa ada riuh di dalam sana yang seketika membuat gue jadi berdebar.

When You Love SomeoneWhere stories live. Discover now