Sang Waktu

25 6 0
                                    

Aku terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit yang menyebalkan ini, dengan alat-alat medis yang melekat erat ditubuhku, jangankan fungsi dari alat-alat ini, aku bahkan tak tahu namanya. Kanker paru-paru stadium akhir, kalian bisa menebaknya seorang yang sudah terlalu tua, dengan kebiasaan buruk, perokok aktif yang akhirnya hanya bisa terbaring lemah ditempat paling menyedihkan didunia. Bau obat obatan tercium sangat tajam, aku memang sudah terbiasa dengan bau bauan obat-obat kimia itu, tapi tetap saja aku tak begitu menyukainya.

Sepi, selain karena ini adalah ruangan yang cukup jauh dari keramaian (kau tahu, bahkan dirumah sakitpun kadang orang orang tak bisa menjaga dan mengatur pergerakan bibir mereka, Sialan!) ini juga sudah hampir mendekati tengah malam. Jam di dinding telah menunjukan pukul dua belas malam kurang beberapa menit, entahlah penglihatanku juga tak terlalu jelas. Beberapa jam yang lalu seorang suster telah merawat dan memberikan beberapa patah kata yang berisi motivasi, yang tentu saja tidak bisa membuatku tenang sama sekali. Entahlah, kurasa hari hariku mulai terasa begitu hambar, bahkan sebelum aku mengetahui kalau aku terkena penyakit menyebalkan ini. Semua orang terasa lebih menyebalkan akhir akhir ini, omongan dan pembicaraan mereka terasa jauh dari kata jujur. Ketika datang membesuk hanya tatapan iba yang mereka perlihatkan, dan apa apaan buah buah yang mereka bawa itu, apa mereka tak berpikir, atau mereka memeang cukup bodoh sampai tak menyadari bahwa aku tak memiliki selera untuk memakannya.

Aku kembali berusaha memejamkan mataku, tapi mata sialan ini masih saja sulit diajak bekerja sama, mungkin kembali bergadang bukan pilihan yang buruk. Tuk tak tuk tak tak tuk tak, anjing! Suara jarum jam itu benar benar mengganggu. Aku mengedarkan pandangan dan melihat sekeliling, lalu terpaku pada jam di dinding. Shit! Waktu berjalan terasa lebih lambat, sekarang baru pukul 12:00, tunggu, kenapa sekarang atmosfernya terasa lebih dingin, aku yakin ini bukan karena angin malam, karena dari tadi aku rasa hawanya biasa saja. Bulu kuduku merinding, sialan!

Chest!!!

Lampu tiba tiba mati, ketika mataku telah terbiasa dengan gelap aku melihat ke arah pintu, dan sialnya pintu terbuka perlahan dengan suara yang cukup memuakan, krrriet. Detak jantungku serasa berpacu, bahkan aku sampai bisa mendengar suara detakannya. Aku melihat siluet seseorang disana. Aku tak terlalu yakin itu adalah orang, karena bentuknya terlalu aneh untuk bisa disebut manusia. Mahluk itu pendek, kurasa kepalanya agak terlalu besar dan berbentuk bulat yang sempurna, aku heran, dengan kepala yang sebesar itu bagaimana bisa tubuh kecil dan kurusnya mampu menopangnya. Sial! Ternyata aku juga berkeringat. Dan mulai terasa tak nyaman disini. Lalu lampu kembali menyala dan siluet itu masih terlihat selama beberapa detik lalu beberapa detik kemudian hilang.

Aku bukanlah tipe orang yang takut terhadap hal-hal mistis seperti itu, aku lebih takut menghadapi orang-orang yang tidak punya perasaan semacam psikopat, tapi kalau menghadapi dan menghadapi kejadiannya secara langsung tetap saja terasa ngeri. Berusaha menghilangkan kengerian tadi, aku kembali mencoba memejamkan mataku, meskipun masih terbayang dengan jelas kejadian tadi, entah karena lelah atau takut akhirnya mata ini bisa diajak kerjasama sampai akhirnya aku tertidur.

Kembali terbangun disaat belum kenyang tertidur adalah salah satu hal paling paling paling dan sangat menyebalkan didunia, sialan! Sekarang baru jam tiga pagi, berarti aku hanya tidur selama kurang dari tiga jam, dan aku susah tidur lagi meski masih merasakan ngantuk, fuck! Aku jadi rindu masa kecilku, dulu ketika terbangun ditengah malam, ibuku akan menyuruhku untuk tidur kembali sambil memeluk dan mengusap usap punggungku yang bisa membuatku tenang sampai akhirnya bisa tertidur kembali.

Ngomong-ngomong soal masa kecil, jika saja ada alat atau seseorang yang mampu mengembalikan waktu itu tentu saja akan sangat menakjubkan karena bisa saja kesengsaraan masa tua ini menghilang.

Kota KataWhere stories live. Discover now