-1-

27 3 0
                                    


Menurut mereka, dimana ada kupu-kupu, disitulah sesuatu yang besar akan segera terjadi. Kepakan kupu-kupu akan menghasilkan satu topan, dan angin topan itulah yang akan membawa kita ke bencana. Hanya sedikit perubahan pada kondisi awal, dapat membeloki takdir dunia . Angin ini tidak berhenti di takdir seseorang namun akan terus berdampak hingga kekacauan terjadi lagi.

--

Bagi dirinya yang masih kecil, melihat perubahan dunia ialah sebuah keajaiban. Tak terpikir olehnya akan menyaksikan sebuah revolusi yang akan terjadi. Sorak- sorai pahlawan perang memenuhi keheningan tempat itu, tiada berhenti menyerukan kemenangan.

"Akhirnya perjuangan kita akan terbayar!!" Kata seorang panglima perang sedikit memberi pidatonya.

"Bersama-sama kita akan melucuti mereka besok, tepat di hari eksekusi mati!"

"Ya!" Teriak sekelompok prajurit. Kira-kira berjumlah 20 orang memenuhi sebuah ruangan

"Mereka harus membayarnya!" Semangat prajurit ikut meluap, siapa sangka perjuangan mereka akan terbayar di esok hari. Hak yang direnggut kini akan diraih lagi.

Seperti yang diceritakan pamannya, anak itu masih terus membayangi sebuah dunia tanpa perang. Karena tidak dapat menahan diri, dia berbaring, coba meraih buku hariannya yang berlabelkan namanya. 'Aiden' Label itu dipahat dengan indahnya dan merupakan satu-satunya peninggalan terakhir dari ayahnya. Tinggal berdua bersama paman dan satu-satunya keluarga yang ia punya kini merupakan hal paling sulit baginya. Keluarganya baru saja dieksekusi tepat dimana ia berbaring saat ini. Noda darah masih terlihat, bau bubuk mesiu bahkan masih tercium di sudut-sudut ruangan. Setidaknya yang ia ingini ialah keluar dari penjara itu.

"Ini tiga puluh poin jika kau menembak bagian punggungnya."

"Aku sudah menyuruhmu untuk mengincar kepala, bukan? Sekarang kita akan kalah taruhan dasar bodoh!"

"Sudah cukup, kita harus singkirkan pasangan ini."

"Lain kali bidiklah dengan benar."

Begitu pembicaraan selesai, ia pasti akan menjadi bahan taruhan. Bisa dengan cara paling mengerikan, dengan pakaiannya direbut darinya dan bahkan tubuhnya bisa saja dinodai dengan cara paling keji.

--Tidak!!

Air mata menetes dari matanya sekali lagi.

--Tidak!! Tidak!! Lepaskan aku!!

Siapa sangka paman yang ia anggap satu-satunya keluarga akan mengkhianatinya. Siapa yang sadar ternyata pamannya sangat mengingini tubuhnya sendiri. DIa terus saja menangis dan menutupi wajahnya. Begitu orang-orang itu tidak lagi mengawasinya, dia merangkak diatas tanah untuk melarikan diri.

Ia terus merangkak dan suara tembakan berkesinambungan menghantui pikirannya.

--Di umurnya yang tergolong remaja, ia tidak pernah lolos dari yang namanya penderitaan. Jejak kematian, suara tembakan, noda darah, potongan daging berserakan hampir memenuhi masa kecilnya. Bahkan dengan itu semua, dia masih belum terbiasa.

Tiba-tiba saja sebuah suara berbeda terdengar dari dinding. Sel itu sangat gelap tanpa pencahayaan dari dalam. Satu-satunya lilin dari luar yang menerangi seluruh area lorong. Sebuah suara tanpa tembakan namun kuat berhasil membuat membuatnya merasa mual. Teriakan seorang perempuan yang sepertinya satu usia dengannya dan suara cambukan itu benar-benar sulit ditafsirkan.

"Argh!! Tolong berhenti.... Ya Tuhan.... Kumohon...."

"Kau ingin lagi? Baiklah"

"Ya Tuhan.... Kumohon hentikan...."

Butterfly EffectsWhere stories live. Discover now