One Shot - Yours

1.2K 193 25
                                    

"Mulai sekarang, aku akan menjadi mata, telinga, dan mulutmu."

.

.

.

.

.

.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto. I don't take any credit for writing this fiction at all.

SasuHina

Romance, supernatural, AR, friendship

It has been a while ....

.

.

.

.

Yours

Gelap dan sunyi. Itulah yang Hinata rasakan semenjak dia lahir ke dunia. Setiap hari, pandangannya diisi warna hitam dan tak ada suara apa pun yang dia dengar. Hinata tak bisa melihat, tak bisa mendengar, dan tak juga bicara. Namun, Hinata masih bisa berjalan ke mana pun, berbekal sebuah tongkat dan dua tangan yang dia pakai untuk meraba dinding demi dinding.

Hinata bisa tersenyum. Ketika kecil, Hinata selalu meraba wajah seseorang. Rambutnya panjang, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis. Bibir itu selalu melengkung dan yang Hinata tahu, perasaannya bahagia ketika merasakan lengkungan tersebut. Ada pula saat Hinata merasakan pipi sosok tersebut terasa basah. Hinata berusaha menghapusnya sembari bertanya kenapa sosok tersebut mengeluarkan air dari matanya. Hinata lalu paham bahwa air yang mengalir ke pipi sosok tersebut adalah air mata. Sosok itu tengah menangis dan menangis adalah pertanda kesedihan. Itulah kenapa Hinata pun merasa dadanya berdenyut nyeri. Itulah kenapa, air mata yang sama meleleh ke pipinya.

Hinata merasakan sakit ketika usianya dua tahun. Dia belajar berjalan dan terjatuh. Lututnya mengenai sebuah kerikil. Hinata meraba lututnya dan merasa ada cairan yang tidak kunjung berhenti keluar dari sana. Tak lama, Hinata merasakan tubuhnya dibopong dan lututnya diikat oleh sesuatu.

Gadis yang perlahan tumbuh remaja itu sadar kelahirannya hanya menjadi beban. Apa yang bisa diharapkan dari sosok yang bahkan tidak bisa berbuat apa pun dengan benar sepertinya? Hinata tak bisa membuatkan secangkir teh untuk sang ayah. Tak bisa ikut memasak bersama sang ibu. Yang bisa dia lakukan hanya duduk di dekat pintu ketika sore dan mendekap sosok yang baru saja pulang ke rumah. Tiap kali Hinata merasa dekapan yang begitu erat di sekujur tubuhnya, Hinata tidak bisa tidak menangis.

**

Ketika beranjak dewasa, Hinata sadar tubuhnya mengalami perubahan bentuk dan rambutnya semakin panjang. Seseorang selalu hadir di belakang Hinata dan menyisir rambutnya tiap pagi hari. Kadang, Hinata merasa rambutnya seperti tengah dipilin dan Hinata tahu setelahnya bahwa itulah yang mereka sebut dengan "mengepang rambut". Hinata menyukainya. Hinata suka tiap tangan-tangan familiar itu menyentuhnya. Mereka menyentuh Hinata tanpa meninggalkan rasa takut. Meski demikian, Hinata pernah merasakan sentuhan tangan-tangan asing yang membuatnya merasa takut dan jijik.

Sudah seminggu, Hinata tidak bisa keluar rumah. Tiap kali dia berjalan menuju teras, dua tangan mencegahnya. Hinata keheranan. Sampai dua tangan itu menuntun Hinata ke dekat pintu dan membawa telapak tangan Hinata untuk bersentuhan dengan butiran air yang berjatuhan dari angkasa. Ah, hujan rupanya. Hinata ingin melihat awan mendung. Ingin merasakan sentuhan hujan membasuh tubuhnya. Namun, dua tangan itu menarik Hinata kembali masuk ke dalam dan membawa Hinata ke kamar.

Musim hujan masih berlangsung dan Hinata hanya bisa duduk di dekat teras. Berharap butiran air yang menciprat roknya berhenti. Hinata merasakan sesuatu menyentuh punggung tangannya. Berbalik, Hinata merasa seseorang tengah memberikan sesuatu untuknya dan kembali membalikan badan Hinata ke depan. Hinata mematung kebingungan dan sosok itu mendorong Hinata maju perlahan. Ah, benda yang diberikan kepada Hinata untuk dia genggam itu membuat tubuhnya tak lagi kebasahan walaupun hujan.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Apr 12, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

YoursOnde histórias criam vida. Descubra agora