bab 1

199K 4K 47
                                    

Kemarin sore, seorang kameramen dan beberapa kru ABC TV We Got Married datang ke apartemenku. Hufh, dua minggu lalu aku memang menandatangani kontrak dengan acara ini. Aku kira pasanganku masih lama ditemukan, ternyata tidak. Sore itu aku diberi kartu misi dan hari ini, aku sudah berada di tempat yang mereka siapkan.

Bukan, pernikahan pura-pura milikku tidak ada acara kencan pertama, pertemuan, perkenalan atau apa. Sekadang aku sedang diruang make up, memakai riasan dan akan memakai baju pengantin—ala kadarnya. Ya, mudah-mudahan bajunya ada yang pas untukku. Oh, ngomong-ngomong, pernikahan ini diselenggarakan di taman gedung stasiun TV ABC, tadi aku sempat melihat dekorasi taman dengan konsep pesta kebun untuk pesta pernikahan dadakan ini.

Sialnya, jika kalian ingin tahu siapa pasanganku, aku tidak akan menjawab itu, karena jujur saja aku juga tidak tahu! Oh, my God! Bagaimana orang-orang ini bisa menyembunyikannya dariku? Aku kira itu hanya akting. Bahkan aku tidak mendengar kabar simpang siur di internet tentang siapa orang yang ikut proyek ini bersamaku. Baiklah, aku harap ini baik-baik saja.

“Marry, bagaimana perasaanmu?” Seseorang bertanya sambil mengarahkan kameranya kepadaku, sontak aku langsung menatapnya dan tersenyum. Membuat semuanya terlihat se-natural mungkin.

“Ah... entahlah, aku berdebar, dan takut. Hari ini aku akan menikah, tentu saja perasaanku seperti pengantin kebanyakan,” jawabku dengan wajah semanis mungkin. Orang-orang mengenalku sebagai aktris yang cute dan murah senyum. Kalian boleh percaya akan hal itu jadi, silakan lihat gambarku. Mereka bilang, aku seperti Barbie. Ya, kira-kira begitu.

Tak lama setelah make up selesai, dan acara wawancara tidak banyak mengingat betapa sempitnya ruang rias ini, aku segera digiring untuk mengganti baju. Sebuah gaun putih panjang sungguhan, dengan penutup kepala yang juga menutup wajahku, melekat di tubuh ini dengan pas, bahkan nyaris mencekik pinggulku. Oh, ini sempit—ternyata. Aku bisa mengira mungkin saat para host mewawancari acara ini mereka akan ber-woah ria. Itu biasa terjadi, benar kan?

Lalu aku digiring keluar dengan buket bunga ditanganku. Beberapa kamera menggiring langkahku dan khusus untuk acara ini, aku berakting layaknya aku normal dan gugup sungguhan, bukan seperti di drama-drama. Hanya saja, sebenarnya ini pun akting, jauh dalam lubuk hatiku aku tidak peduli siapa pria itu. Kami bekerja, berpura-pura menikah, dapat uang dan jika beruntung mungkin menjadi pasangan yang diidolakan, kemudian popularitas meningkat. Itu adalah ide brilian yang diajukan oleh manajerku.

Masalahnya, aku adalah aktris baru, belum begitu dikenal di layar kaca atau oleh publik kebanyakan. Namun sebagai model profesional dan telah bergelut lama di sana, namaku diingat dengan mudah di antara para entertainer dalam maupun luar negeri. Aku bekerja dalam naungan sebuah agensi model besar, bahkan dua sekaligus, agensi rumah mode terkenal dan terbesar di Eropa juga mengontrak-ku atas persetujuan manager dan agensi di sini. Biasanya, lima bulan dalam setahun akan ku habiskan di Eropa.
Oh, jadi saat ini dengan wajah bersemu dan malu-malu aku berjalan ke taman itu. Sebuah tirai dengan tiang penyangga dililit bunga menunggu di hadapanku, di jalan setapak yang berlapis karpet merah ini. Aku terus berjalan dengan wajah segugup mungkin dan tersenyum kaku, lalu berhenti tepat di depan tirai itu. Aku melirik sekeliling, ke arah kamera-kamera yang dibawa oleh kru dan menggigit bibirku, memelas seolah minta persetujuan mereka.

“Bagaimana ini?” tanyaku nyaris berbisik dengan dahi berkerut. Aku memegangi dadaku yang nyatanya masih biasa saja, lalu mulai membelai celah tirai itu dengan tanganku.

Perlahan melangkahkan sebelah kakiku ke seberang tirai, membukanya dan berjalan satu langkah lagi hingga sebagian tubuhku berada dibalik tirai. Di mana ternyata orang-orang di sana sudah menunggu, kemudian dengan spontan (seolah aku adalah daging bebek yang mereka tunggu) mereka berbalik dan bersorak-sorai. Aku menutup sebagian wajahku dengan senyum merekah yang malu-malu, mereka di sana adalah para aktris dan aktor yang mungkin sedang berkeliaran di gedung KBS hari ini, menjadi tamu dadakan pernikahan kami.

Oh, jangan lupakan satu hal. Pria di ujung sana, dekat altar bohongan itu, sedang menatapku dengan mulut menganga. Ya Tuhan, aku juga ingin sekali membakar diri, rasanya ini adalah satu dari sekian mimpi burukku dengan pria itu, ya, pasti begitu. Hahahah bolehkah aku tertawa? Atau kabur? Sialan sekali acara ini, aku rasa mulai sekarang aku tidak akan suka acara We Got Married, dan di sini juga kemampuan akting-ku akan diuji sampai habis!

Rome POV

Berkeringat, tanganku basah, dahiku dialiri peluh-peluh yang hampir menetes ke jas putih ini. Panas, ini sungguh… panas. Kenapa panas? Oh, tentu saja karena aku sedang berdiri di altar, menunggu pengantin perempuanku yang entah-dia-itu-siapa dan dibakar oleh sinar matahari yang menyengat ini. Ini sungguh… panas. Sangat panas. Kenapa dia lama sekali, sih? Apa yang dia lakukan?

Oh, ngomong-ngomong soal We Got Married, aku sudah pernah ikut sebelumnya. Beberapa tahun yang lalu adalah kencan buta dengan leader grup, dan beberapa tahun kemudian aku menikah kilat dengan seorang aktris Eropa. Entah siapa itu namanya, aku lupa. Well, rasanya cukup tidak adil mengingat aku adalah penyanyi yang lumayan digilai, jadi aku meminta We Got Married sungguhan dengan sesama bintang korea.

Aneh ya? Ya, begitulah, tapi aku ingin. WGM-ku yang pertama itu serasa hanya seperti apa ya? Bayangkan, kau menikah dua minggu dengan orang asing lalu kalian bercerai dan tidak ada kontak sama sekali. Bahkan aku merasa tidak ada chemistry di antara kami, masih bagus chemistry dengan lawan mainku di drama musikal meskipun lawanku itu wanita tua sekalian. Tapi yang itu? Ahh... aku merasa belum pernah menikah, baik dalam dunia nyata atau pun akting seperti ini.

Lalu saat yang ditunggu itu tiba, rasanya melegakan, mengingat kakiku kesemutan dan aku kepanasan. Seorang gadis (aku tahu dia gadis melihat tangannya yang kecil menyingkap tirai, oh ngomong-ngomong, kenapa ya acara ini belum pernah memasangkan idol pria dengan aktor pria? Pasti lebih seru, kan? Hahaha aku bercanda!)  Perlahan, oh sialan lama sekali, ia membuka tirai dengan dramatis, melangkahkan sebelah kakinya dan mulai menyerukkan kepalanya yang kelihatan berat dengan lilitan kain-kain.

Kemudian, karena menunduk sebelumnya akhirnya kepala itu mendongak dengan posisi badan tertinggal sebelah di seberang sana. Lalu, seperti biasa—ini akting, ia tercenung menatapku dari kejauhan, dan aku pun sama kagetnya. Oh damn, girl! Gadis itu, yang beberapa kali bertengkar di klub malam denganku! Bagaimana bisa dia? Sialan sekali, rupanya dia ingin mendomplang popularitasnya menggunakan nama besarku.

Oh Tuhan, rasanya aku ingin kabur andai tidak ada kamera-kamera itu!

Got MarriedWhere stories live. Discover now