Sate Ayam untuk Jiwa yang Lapar

5 0 0
                                    


Sedari lahir, kami sangat menyayangi anak kami. Tentu saja, orang tua mana yang tidak sayang kepada anaknya? Suamiku menamainya Jaka, seperti nama seorang tokoh silat kesukaannya. Kami tak pernah membiarkan Jaka menangis lama. Setiap menangis, langsung kami berusaha agar Jaka tidak menangis lagi.


***


Kami tak pernah liburan, menikmati hari berduaan sedari Jaka lahir. Setiap pulang kerja, aku selalu memfokuskan waktu kepada putraku. Dua tahun kemudian, lahirlah anak kedua kami yang berjenis kelamin perempuan. Sepertinya Jaka tidak begitu senang, mungkin merasa tersaingi.


Di awal pernikahan, aku dan istriku berencana memliliki lima atau enam anak, karena, banyak anak banyak rezeki. Namun, setelah putri kami lahir, kuputuskan untuk tidak memiliki anak lagi.


***


Setelah putri kami lahir, kuputuskan untuk tidak memiliki anak lagi. Aku pun memakai KB tanpa sepengetahuan suamiku. Aku tahu, suamiku sangat ingin memiliki keluarga besar.


***


Semakin sering aku menghabiskan waktu bersama putraku, aku jadi merasa tahu apa keinginannya. Saat mulai bersekolah dasar, putraku selalu menjadi idola teman – teman dan atau para guru. Terkadang gurunya berulangkali menerangkan pelajaran kepada putraku hingga dia paham dan saat ujian tidak menjadi gagal paham.


***


Suatu ketika, putraku membawa es buatanku ke sekolah untuk dijual. Ternyata laku, selalu laku. Begitulah putraku, selalu bisa menjual makanan yang dibawa dari rumah. Aku tak pernah menolak keinginan putraku. Putraku tak pernah menunjukan kasih sayang kepada adiknya, namun putriku seperti sangat mengidolakan kakaknya itu. Putriku selalu menuruti apa kata kakaknya. Bahkan tak pernah marah apabila diejek dan atau dijaihili.


***


Saat putraku masuk smp, putraku mulai bertanya tentang kelamin. Lantas kujelaskan, mulai dari jenis kelamin, beradunya kelamin, hingga hasil dari adu kelamin. Putraku lantas meminta agar mamanya ikut juga dalam obrolan kami. Putraku ingin tahu soal kelamin dari sudut pandang perempuan, katanya.


***


Aku terkejut saat suamiku dan putraku mengajakku ngobrol soal kelamin. Namun, meski terkejut, aku tak menolak keinginan putraku. Tentu saja, aku tak pernah menolak keinginan putraku. Belum hilang rasa keterkejutkanku, aku kembali dikejutkan oleh permintaan putraku agar aku melepas busana sehingga putraku bisa melihat tubuh seorang wanita dan mengetahui cara memuaskan seorang wanita. Aku malu. putraku belum pernah lagi melihat susuku setelah berhenti kuberi air susu ibu. Bahkan, putraku belum pernah lagi melihat kelaminku sejak kulahirkan.Tapi, kulakukan apa yang putraku inginkan.


***


Aku hanya ingin mengajari putraku tentang anatomi. Tapi putraku bilang kalau dia tahu dasar – dasarnya dan ingin tahu soal memuaskan wanita. Putraku mengajak mamanya berbincang lantas meminta mamanya melepas busana. Setelah istriku telanjang, putraku menyuruhku menunjukan titik – titik sensitif istriku. Aku terkejut, begitu terkejutnya namun tetap, aku tak bisa menolak keinginan putraku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sate Ayam untuk Jiwa yang LaparWhere stories live. Discover now