Only you

527 27 3
                                    


Rambut gadis itu terbang diterpa semilir angin musim panas di bulan Agustus. Langkahnya bergerak menuju taman di tengah kota, tempat favoritnya untuk singgah menikmati indahnya langit siang ini. Senyum gadis itu terukir begitu melihat sosok laki-laki pujaan hatinya tengah menunggu di bawah pohon sakura yang rimbun. Lelaki itu duduk memunggunginya, tidak menyadari derap langkah gadis itu yang mengendap-endap menghampiri tempat dimana lelaki itu bersandar.

Niatnya untuk mengangetkan V—nama lelaki itu—gagal karena melihat kelopak matanya yang tertutup disertai dengkuran halus. Arlene tertegun menatap lelaki di hadapannya ini, tangannya mengelus pipi V dengan hati-hati agar lelaki itu tidak terbangun dari tidurnya.

"Apa mengganggu acara tidur siangku menjadi hobimu, chagi?" tanya V dengan suara serak khas orang bangun tidur namun matanya masih terpejam.

Arlene hanya tertawa kecil, suaranya seringan bulu dan sehalus sutra. Wajahnya yang terpahat sempurna sangat cocok dengan sifat bak malaikat, sungguh seperti bidadari yang jatuh dari surga dan V adalah orang yang beruntung mendapatkan gadis itu.

"Apa kah sudah lama menungguku?" tanya Arlene mengambil tempat duduk di sebelah V.

V melebarkan tangannya memberi isyarat agar gadis itu masuk ke pelukannya. "Tidak juga," jawab V kembali mengeratkan pelukannya.

Mereka sudah menikah dua tahun yang lalu, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Dan menghabiskan waktu di bawah pohon saat musim panas adalah kegiatan favorit mereka, sejak masih berpacaran.

"Chagi," panggil V kepada Arlene yang berada di pelukannya.

"Hmm?"

"Aku punya sebuah permintaan, apa kau akan melakukannya untukku?"

"Dan apakah itu?" Arlene mendongak untuk menatap pupil yang berwarna cokelat gelap milik suaminya.

"Kau berjanji akan melakukannya?"

"Aku berjanji." jari kelingking mereka bertautan satu sama lain saat Arlene menyelesaikan kalimat tersebut.

"Jagalah hatimu untukku," ucap V detik berikutnya.
Arlene ingin membalas perkataan V sebelum suaminya melanjutkan perkataannya yang membungkam mulut Arlene.

"..hanya untukku. Aku ingin kau bahagia, cintailah aku sebagaimana aku mencintaimu."

"Kau adalah istriku yang sangat kucintai melebihi diriku sendiri, tapi kau berhak untuk berbahagia, chagi."

"Dan kebahagiaanmu itu, tidak ada padaku."

"Sekarang, kau harus bangun. Berbahagialah tanpa diriku, dan ketahuilah bahwa aku selalu mencintaimu."

Arlene masih menatap mata V dengan air mata yang terurai, mengalir deras di pipinya.

"Apa kau membuangku, chagi?" tanya Arlene.

"Apa kau tidak mencintaiku lagi?"

"Apa aku masih kurang di matamu?"

"Sehingga kau tega mengatakan itu padaku."

Arlene mencecar V dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Suaminya itu hanya bisa tersenyum kemudian menggeleng pelan, menghapus jejak air matanya dan mengecup keningnya lama setelah itu menciumnya tepat di bibir.

Dapat Arlene rasakan bibir suaminya yang bergetar saat menciumnya. V melepaskan ciumannya, menempelkan keningnya dan kening istrinya itu. Membisikkan kata cinta yang selalu ia ucapkan untuk istrinya.

"Aku harus pergi," ucap V saat bangkit dari duduknya yang ditahan oleh pelukan erat dari Arlene.

Penampakan V yang tadinya sangat tampan dan rapi mengenakan sweater biru mudanya dan t-shirt putihnya itu, kini menjadi mengerikan, tubuhnya dipenuhi bercak darah dan wajahnya yang semula bersih menjadi menakutkan karena darah yang mengalir dari pelipis dan mulutnya.

Taman di sekeliling Arlene  ikut berubah menjadi layu dan berakhir menjadi abu, langitnya tergantikan awan hitam dan hujan darah yang membasahi dress one piece pastel yang Arlene kenakan.

Arlene hampir saja terjerembab ketika tangannya sudah tidak lagi memeluk tubuh suaminya yang perlahan memudar dan menjauh. Arlene ingin menggapainya, gadis itu meneriaki nama suaminya dengan lantang sampai tenggorokannya terasa menyakitkan karena berteriak sangat keras, menyerukan nama suaminya.

Dan semuanya berubah menjadi lautan darah dengan Arlene yang hampir tenggelam di dalamnya.

***

Zahard melihat Arlene  yang berteriak-teriak dan meronta di bangsalnya. Zahard adalah sahabat masa kecil Arlene, yang merelakan belahan jiwanya diambil oleh orang lain yang bisa membahagiakan pujaan hatinya. Jujur, hatinya bagai tertusuk ribuan pedang, ia sangat sakit melihat keadaan wanita yang dicintainya sejak lama harus mengalami penderitaan ini sejak suaminya meninggal setahun yang lalu saat V menyelamatkan Arlene  dan bayinya yang belum lahir dari kecelakaan.

Zahard  setiap hari datang ke Rumah Sakit Jiwa untuk melihat keadaan Arlene  yang semakin memburuk setiap harinya.

"Ayo sapa ibumu, Baam-ya." ucap Zahard seraya menggerak-gerakan tangan mungil bayi yang berada di gendongannya.

"Ayo kita rawat ibumu, baby Kookie"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Zahard mengelus surai indah milik Arlene yang terbaring di bangsalnya dengan tangan dan kaki terikat, mata gadis itu menjukkan ekspresi kosong saat  Zahard membawa pandangan Arlene agar tertuju padanya.

"Saranghae, chagi." bisik Zahard di telinga gadis itu.

Jam besuknya hampir berakhir, dan Zahard memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Dan genggaman tangan Arlene di pergelangan tangannya mengurungkan niatnya.

"Jangan pergi...." pinta Arlene, mata indah gadis itu bersitatap dengan mata Zahard, menyalurkan rindu yang tak sempat tersampaikan.

"...temani aku..." lirihnya.

"......V." dan hanya akan ada nama V di hati Arlene .




only youWhere stories live. Discover now