10. Why?

21 4 0
                                    

Aku menghentikan kendaraanku ketika berada di depan rumah nomer 10, rumah dengan pekarangan  yang cukup luas. Di berandanya terdapat kursi anyam dan beberapa tanaman hias berjajar rapi disana.

Miji bilang nomer 10 kan, aku segera turun dari mobil dan melangkah mendekati rumah tersebut. Ada pria paruh baya sedang bercocok tanam di samping rumah itu. Aku mencoba mendekatinya, mungkin saja aku bisa bertanya padanya.

" selamat pagi " sapaku, pria itu menoleh ke arahku dan mengangkat topinya untuk memperjelas pandangannya.

"  selamat pagi?" katanya sambil menyeka keringat di keningnya.

" apa benar disini rumah Miji?"

" ohh Momiji? Iya benar, ini rumahnya. Aku tukang kebun yang merawat kebunnya, ketuk saja pintunya "

" baik pak terimahkasih " dia mengangguk tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.

Wanita yang ku lihat di Rumah sakit itu membukakan pintu untuk ku," ohh kau temannya Miji?"

" iya Tante, apa Miji ada dirumah?saya beberapa kali mengirim pesan padanya tapi tidak pernah dibalas, apa Miji baik baik saja? "

Ibu Miji tersenyum lalu menutup pintu rumahnya, dia menuntunku duduk di beranda rumah.

" nak Renjun, saya pikir kau harus tahu sesuatu. Tadinya saya tidak ada niat untuk memberi tau sesuatu tentang anak saya ke orang lain, tapi saya melihat kamu anak baik. Miji banyak cerita tentangmu" aku tersenyum mendengar pujian dari Ibu Miji.

" jadi kamu harus tahu, kalau mungkin saja umur Miji tidak lama lagi " Aku seperti tersambar petir di siang bolong, perasaanku tersengat sesuatu. Aku belum bisa menangkap tentang maksud Ibu Miji.

" Maksud Tante?"

" Miji sedang sakit, kata dokter umurnya hanya tersisa enam bulan lagi dan sekarang sudah bulan ke tiga. Mungkin Miji tidak pernah membalas pesan dari nak Renjun karna dia tidak ingin membuat temannya sedih jika tahu Miji sakit"

"  maksud tante umur Miji tidak lama lagi? Miji sakit ?" Ibu Miji terisak setelah dia mengatakan hal itu padaku, bahkan pertanyaanku tidak dijawabnya.

Tidak sadar air mataku juga menetes jatuh di pergelangan tanganku. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Kenapa harus seperti ini, Miji orang yang baik kenapa dia menjalani hidup dengan tidak adil.

Ibu Miji menepuk nepuk bahuku, dia sudah berhenti menangis. Aku tahu dia berusaha kuat untuk tidak terlihat lemah di depan orang lain. Hatinya pasti lebih hancur dari siapapun, tapi dia masih bisa tersenyum.

" kau mau menemui Miji kan? Dia ada di dalam " bujuknya padaku

Aku menyeka air mataku berusaha tegar dan tidak ingin membuat Ibu Miji semakin sedih. Dia cukup sedih hanya untuk menenangkanku.

Last Autumn: Huang Renjun ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang