11. Pity you are

24 4 1
                                    

Aku masuk mengikuti Ibu Miji, aku menuju ruang tengah. Di sana  terdapat beranda menghadap ke samping rumah. Miji sedang duduk sambil menulis sesuatu, mungkin itu diary nya.

" Miji annyeong" sapa ku, dia menoleh ke arahku dengan terkejut lalu menutup bukunya dengan cepat.

" annyeong? Bagaimana bisa kau ada disini?" tanyanya heran

Tadinya aku ingin memeluknya karena sedih, tapi jika aku bersikap seperti itu maka aku akan  membuat Miji semakin sedih. Aku melihat wajahnya semakin pucat, wanita vampir, benar seperti itu kata Felix. Dia seperti tidak memiliki darah di tubuhnya, mungkin dia jarang keluar rumah.

Dia memakai selimut untuk menutupi tubuhnya," hanya mampir saja. Lagipula kau sombong sekali tidak pernah mau membalas pesanku "

Dia tersenyum mendengar alasanku," kalau aku membalas pesanmu pasti kau tidaka akan ada disini"

Aku duduk di kursi yang ada di sampingnya, beranda ini menghadap langsung ke taman.

" rumahmu keren, tidak kalah keren dengan kabin "

" disini tidak ada pohon maple "

" sebentar lagi september, musim gugur sudah dekat"

" semoga  " jawabnya seolah kecewa.

" aku janji akan mengajakmu ke kabin jika sudah masuk musim gugur "  aku juga merasa sedih bahwa mungkin saja Miji tidak bisa bertemu musim gugur.

" kau sendiri? Felix dimana? "

" dia sibuk menyibukkan diri seperti biasa "

Hari itu aku menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Miji. Aku berharap waktu berhenti untuk hari itu saja, supaya aku bisa melihat senyum Miji seperti saat ini.

Kami minum teh dan makan kue buatan Ibu Miji, kami bercanda dan bercerita seolah tidak ada kesedihan yang menyelimuti kami. Ketika selimut yang menutupi tubuhnya tersibak, aku melihat tubuh Miji yang tampak lebih kurus dari waktu terakhir aku bertemu dengannya. Hal itu membuatku semakin pedih, terlebih ketika Miji berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan kue yang baru saja dia makan.

Dia benar benar sakit fikirku, dia kembali menemuiku dengan wajah yang semakin pucat tapi dia tetap tersenyum. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya tubuhnya.

Aku pulang ketika matahari sudah terbenam, Miji dan Ibunya mengantarku sampai ke beranda rumah Miji melambaikan tangan padaku bahkan dari kejauhan aku masih bisa melihat senyumnya.

                           

Last Autumn: Huang Renjun ( END )Where stories live. Discover now