She called Azura

25 7 14
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Apa kabar yang sedang membaca?

Cerpen ini merupakan Challenge dari IASquad_
Dadakan banget nulisnya wkwkw, semoga kalian suka.

Komen ya, kalo ada kesalahan selama baca cerita ini:)

Selamat membaca ....

~~~~~~~


Menjadi satu-satunya anggota keluarga dengan keyakinan yang berbeda adalah suatu tantangan tersendiri bagi Azura. Ya, Azura Andreana adalah seorang gadis muslim, anak angkat dari pasangan pemeluk Protestan dan tinggal di Los Angeles. Mereka memutuskan untuk mengadopsi Azura karena merasa kasihan saat melihat Azura kecil di lantai masjid Al Aqsha dengan tangis ketakutan.

Pada saat itu, di Palestina terjadi perang besar hingga banyak keluarga yang terpisah, termasuk Azura. Meski orang tua angkat Azura bukanlah pemeluk Islam, hati mereka terketuk untuk menyelamatkan malaikat kecil yang memanggil-manggil ibunya dengan bahasa yang tidak mereka pahami.

Sekarang Azura tumbuh menjadi remaja yang cantik, tubuhnya terbalut gamis besar dan khimar syar'i. Ia memegang teguh ketauhidan dan tidak hentinya belajar tentang agamanya. Azura paham arti toleransi, ia membiarkan kedua orang tua dan adik angkatnya merayakan hari besar mereka dan sebaliknya. Bahkan tak jarang keluarganya ikut bergabung bersama Azura.

"Azura, ayo turun. Kue jahe buatan mum sudah siap, kau harus mencicipinya. Rasanya lezat sekali," teriak Amanda hingga suaranya terdengar dari kamar Azura. Gadis yang mengenakan gamis biru itu menyambar jilbab lebar berwarna hitam dan segera menuruni tangga.

"Wah, aromanya tercium sampai sini," ujar Azura seraya menggandeng tangan adiknya yang berusia empat belas tahun.

"Tentu, ayo kita bergabung bersama Mum dan Dad. Tidak perlu ragu, kau hanya bergabung untuk makan kue jahe, bukan perayaan natal. Seperti biasa, layaknya momen kebersamaan keluarga."

Azura merasa terharu dengan ucapan Amanda, ia merengkuh tubuh adiknya dengan penuh kasih sayang. Ia bersyukur kepada Allah karena telah mengirim keluarga yang sangat baik padanya.

Setelah semua anggota keluarga duduk di depan perapian, mereka menikmati kue jahe dan secangkir cokelat panas. Menambah kehangatan di tengah candaan Dad yang tidak lucu. Kemudian, terdengar letusan kembang api, membuat Amanda membelalakkan matanya.

"Ayo kita lihat kembang api! Ayo, Mum, Dad, Azura juga, ayo!" Amanda menarik semua orang untuk keluar rumah.

Amanda benar, langit terlihat cantik sekali dengan bintang-bintang yang berkilauan. Kembang api yang terus meletus di sana membuat kerumunan orang-orang bersorak gembira.

"Mum, izinkan aku berjalan-jalan di sana bersama Azura, sebentar saja," pinta Amanda.

"Baiklah, pakai jaket tebalmu. Ada di balik pintu, jangan jauh-jauh ya!"

"Siap, Mum. Bye, Dad." Amanda melambai dan dibalas oleh mereka. Ya, sebagai kakak yang baik, Azura harus menemani Amanda untuk menonton kembang api. Lagi pula, Mum melarang pergi jauh-jauh. Hal itu membuat Azura sedikit lega.

Keduanya menjauh dari jangkauan pandangan Mum dan Dad, Amanda terus menarik lengan Azura agar mengikutinya entah ke mana. Mereka terus berjalan di atas salju yang terasa membekukan, jemarinya mungkin sudah membeku jikalau tidak mengenakan sarung tangan tebal. Cuaca memang sedang tidak bersahabat, angin bertiup kencang. Meski begitu, tak menyurutkan Amanda dan masyarakat lain yang merayakan malam natal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nulis Bareng IAS // pirdaacindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang