Untitled Part 1

30 4 0
                                    



Pacaran dengan cowok terpopuler dengan nilai akademik terbaik membuatnya tidak percaya diri. Gosip yang beredar tidak mampu membungkam mulutnya. Akibatnya ia tidak berani menatap kedepan dengan baik. Gadis itu hanya punya satu sahabat dan kekasihnya. Dikenal dengan kepolosan dan kuper, serta kampungan, gadis itu hanya terus berusaha untuk tetap bisa bersama dengan kekasihnya. Tidak mau membuat kekasihnya malu.

Ia selalu bertekad untuk bisa membuat kekasihnya betah besamanya. Badan seksi yang menjadi impian selalu berusaha diwujudkan. Meminum susu untuk menambah tinggi badan dan lingkar dada. Gadis itu belum menyerah. Namun gosip lebih kuat dari mentalnya. Gadis itu bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana.

Wanita itu berjalan dengan bingung. Semua orang memandang dengan iri, tremor menyertai setiap langkahnya. Siapa yang tidak takut jika di tatap kejam tanpa tahu kesalahan apa yang dia perbuat. Calista Sepia. Wanita pendek dengan rambut ikal panjang ikat dua dibawah kuping, kacamata, dan tubuh setinggi 150 cm. Belum lagi bentuk tubuh yang biasa saja. Dadanya tidak sebesar wanita seusianya, diumurnya yang 17 tahun Calista hanya mampu menambah lingkar dada 2 cm, namun tetap dalam golongan cup A.

Calista menghela nafas dan berjalan kekelasnya. Ia merasa percuma melakukan pijat dada selama setahun, memakai krim dan lain sebagainya. Saat menyerah Calista justru dihampiri lelaki yang meminta jadi pacarnya. Calista baru tahu pacarnya idola sekolah, sejuta umat. Mendesah, Calista akhirnya menegakkan kepala, dan melihat kekasihnya menunggu didepan pintu kelasnya.

Lelaki itu tersenyum hangat, "Pia, udah sarapan? kantin yuk" Calista hanya membiarkan kekasihnya  memanggilnya 'Pia'. Calista mendesah, "Miko." Calista langsung memucat. Apa yang akan terjadi kalau orang tahu? bahkan semua orang sudah tahu. Calista merutuk kekasihnya yang tidak peka terhadap lingkungan. Calista menggeleng, mungkin menjauh untuk sementara waktu akan lebih baik, "aku kekelas dulu, kamu makan sendirian aja yah, aku capek" katanya melewati Miko Tan, sang kekasih.

Miko hanya mengangguk lalu tersenyum, tangannya mengelus sayang kepala sang kekasih, "yaudah, nanti makan siang bareng yah," Calista seperti baru menelan paku. Tidak memberi jawaban, Calista hanya duduk di bangkunya yang berada di tengah kelas. Baru bernapas gosip sudah menyebar, 'pagi-pagi udah mesra'

'gatau malu'

'gak ngaca yah?'

'padahal jelek juga'

Calista menikmati semua hinaan itu seperti musik. Tangan Calista bergerak mengambil ponsel dan berniat menutup kuping dengan earphone, "whoy! kalo denger lagu bisa bikin dada kamu gede gapapa sih. Masalahnya dada kamu gak gede-gede" Calista melempar buku pada sang pengejek, "au, hahah. Sorry. Santai aja sih Calista, ini gue Shiren." Calista membuang wajahnya, "ya elah marah." Calista memucat, "ehh, kok jadi murung gitu muka lo?" Menyembunyikan wajah dibalik lengan yang tertungkup dimeja, Calista mulai meracau, "apa Miko gak malu pacaran sama aku? apa Miko cuma main-main sama aku? apa Miko selalu kayak gini kesetiap pacarnya? jangan-jangan aku selingkuhannya Miko"

Shiren terserang panik. Kelakuan biasa sahabatnya yang tidak pernah bisa percaya diri, "te-tenang cuy, a-apa masalahnya." Calista berhenti meracau, "apa aku punya hak buat pacaran sama Miko?" Seperti yang sudah-sudah, "yaudah sih, lagian Miko juga udah milih kamu kan? kamu juga udah nerima dia?" Calista merenung, "waktu itu aku pikir gada lagi kesempatan lain buat cari pacar. Mumpung ada yang mau kenapa enggak?" Sumpah kamu jahat banget Cal. Shiren merutuki sahabatnya dalam hati.

Ia menghela nafas, "jadi sekarang?" Calista meregangkan bahunya, menyandarkan kepala pada meja, "cinta banget. Sumpah dia baik banget sama aku, dis selalu nyemangatin aku, dan perhatian saa aku." Tiba-tiba wajah Calista berubah kesal, "kalo aja dia lebih perhatian sama sekelilingnya." Shiren mendadak kehabisan kata-kata, "bukannya it bagus yah?" Calista menegang, "bagus darimana? dia nggak takut yah aku jadi korban bully. Bayangin aja, cewek super biasa aja pacaran sama cowo super idola?" Shiren angkat tangan, "ya-yaah, jadi sekarang kamu maunya apa?"

Tidak perlu menjadi SempurnaWhere stories live. Discover now