PROLOG

6 1 0
                                    

Krackkk krauckkk krausss krakkk kikkkkikkk

"Arghhhhhh ayahh!, haaaa akhh , a-ayahhh" sungguh! pemandangan ini benar-benar membuatku marah namun aku sadar aku tak bisa berbuat apa-apa disini.

"Pergi! Terbanglahh, jangan biarkan pengorbanan ayah sia-sia Zo! Pergi dari sini!" air mataku masih mengalir deras saat ini. Lihatlah ayah masih bertahan melawan makhluk mengerikan itu padahal sayap kiri telah dilahap menyisakan darah yang mengucur deras di punggungnya.

"Ini salahku, salahku, aku bodoh, gara-gara aku ayah jadi seperti ini! Aku bodoh! a-ayah maafkan aku" hanya mampu bergumam dan melihat dari balik semak, aku ingin kesana menolong ayah ta--

"Berhenti berpikir Zo! Larilah, ayah tak'kan memaafkanmu jika kau berakhir seperti ayah, cepat terbanglah jika kau masih ingin dianggap anak oleh orang tua ini" kata-kata yang diucapkan ayah dengan lantang tanpa adanya keraguan di dalamnya mampu membuatku berdiri tanpa sadar.

"A-ayah a-ak----"

"Tutup mulutmu dan terbanglah, hidupmu masih panjang nak, saat kau sudah kuat nanti, bisakah balasakan dendam ayah pada makhluk itu hem?" Ayah tersenyum saat melihatku berdiri. Makhluk itu masih sibuk mengunyah sayap kiri ayah, arghhhhh makhluk sialan!.

Glekkkk groarr kikkkikkk

Makhluk itu kembali berdiri. Beradu tatapan dengan ayah. Aku melihat ayah menyeringai, entah bagaimana ayah sama sekali tidak takut pada lawannya itu.

Drappp drapp drappp

Makhluk itu berlari ke arah ayah, dan aku? Tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong ayah, diriku ini memang... Lemah! Pecundang menyedihkan!

Ayah berlari mengepalkan tangan maju menghadapi makhluk itu, lantas berteriak kencang menoleh padaku.
"Pergiii terbanglahh!!!!!" Dan entah bagaimana tubuhku ini bisa menurut, secepat mungkin sayapku mengepak meninggalkan tempat itu. Tanpa sanggup menoleh ke belakang, tanpa tau apa yang sedang terjadi dengan ayah.

***

Itu ceritaku entah berapa tahun lalu, tapi saat ini aku telah berubah menjadi orang yang kuat dan siap menghadapi makhluk yang telah merenggut nyawa ayahku!.

"Lihat saja celeng sialannn! Kau akan mati di tanganku!" Desisku pelan, masih terbang rendah menyusuri rimbunnya hutan dan jalanan yang terjal sesekali jurang gelap terlihat yang telah menjadi pemandangan sehari-hariku sejak saat itu.

"Hei Weng, kau sudah siap heh?" Aku mencoba bergurau pada 'temanku' sambil mengelus leher belakangnya.

Khiiiiik khiiii cittt khiiii kroooo. Kepalanya mengangguk, aku tersenyum, respon 'temanku' terlihat bersemangat.

Ahhh ya temanku seekor elang biru, besar sekali, semburan nafasnya bisa membekukan apapun.

Ahhh ya temanku seekor elang biru, besar sekali, semburan nafasnya bisa membekukan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                             †††††

Mohon bantuannya:) like dan komen yahh,,,kalau ada typo bilangg ajaa^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZOZO : His New StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang