satu

19.5K 1.5K 63
                                    

"Apa kau masih lelah sayang?" suara berat Raha membuat Hema merinding.

"Yah" jawab Hema tanpa membuka mata.
Dia benar-benar lelah.
Bisa dikatakan selama sebulan ini Hema tidak punya waktu istirahat.
Para Alfa tidak berhenti membawa Hema bersama mereka kemanapun mereka pergi, baik secara bersama-sama ataupun masing-masing, tapi dengan alasan yang sama terus yaitu merayakan kelulusan Hema dari SMA.
Hema yang sebenaranya lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan dengan membaca buku-buku baru yang dibelikan oleh para suaminya, dia terpaksa ikut dan dengan setengah hati menikmati keindahan setiap negara yang baru pertama kali di kunjungin dan membuat ketiga suaminya benar-benar senang dan gembira seperti bocah yang dibiarkan keluar rumah oleh sang ibu setelah dikurung seharian.

Seharusnya Hema tahu walaupun dia jawab "iya" pada Raha tapi jawaban tersbut tidak berarti bagi Hali yang kembali memasukinya untuk kedua kalinya pagi ini.
Hema bergoyang, menghentak mengikuti sodokan Hali sedangkan disebelahnya Raha membelai dan merapikan rambut Hema yang kusut dan lembab.
"Aku mencintaimu Hema.. Sangat mencintamu" geram Hali seiring lenguhan dan benihnya yang bersarang dalam diri Hema.
Hali tumbang, berguling membawa Hema naik ke atasnya.
Hema tahu ini belum berakhir, masih ada Lian yang belum mengambil jatah terakhirnya pagi ini sebelum mereka semua berangkat ke airport.

Pulang!! jerit batin Hema.
Akhirnya dia kembali ke rumah, ke sarangnya yang nyaman dan dirindunya.

"Aku akan bersiap-siap dulu, memastikan semuanya tepat waktu agar kita bisa tiba di rumah sesuai jadwal"
Desah Raha, terlihat sekali sebenarnya enggan meninggalkan ranjang di mana Hema yang telanjang, berkeringat dan menggairahkan berada.

"Pergilah" usir Lian, meyepak Raha agar turun dari ranjang.
"Kau juga pergilah, bukankah kau harus menelpon menejer dan akuntanmu pagi ini" kali ini Lian mengusir Hali sambil menarik Hema ke dalam pelukannya.

Hali dan Raha terlihat tak senang memperhatikan Lian yang sedang mncumbu dada dan leher Hema.
"Dan kau sendiri, apa kau tidak punya jadwal pagi ini?" ketus Hali.

Lian berhenti mencumbu Hema yang nyaris teler lalu menoleh  pada dua saudaranya dengan senyum mengejek.
"Karena itulah aku terlambat bergabung semalam, aku menyelesaikan semuanya agar pagi ini tidak perlu terburu-buru"
Paparnya menyombongkan diri.

Hema tersenyum lelah saat melihat Raha dan Hali berbalik, memamerkan bokong mereka yang seksi.
Raha masuk ke kamar mandi sedangkan Hali memakai jubah lalu pergi ke balkon sambil menggenggam Hp nya.

"Hei.. Kau harus fokus padaku. Kali ini giliranku" tegur Lian memutar wajah Hema menghadapnya.
Hema tersenyum sendu sebab dia tahu kalau Lian bukan sedang bersikap cemburu tapi hanya mau Hema tersenyum.

Hema menyentuh wajah Lian dengan jemarinya yang bergetar halus.
"Tentu saja aku fokus padamu. Saat salah satu dar kalian menyentuhku aku tak pernah bingung atau salah fokus meski mataku tertutup. Aku kenal kalian bertiga luar dan dalam"
Bisiknya.

Lian tersenyum.
"Karena itulah kami mencintaimu begitu besar dan dalam"
kata Lian diatas bibir Hema yang merah dan bengkak akibat ciuman mereka bertiga, dibagian bawah Hali sudah bergerak masuk dalam dorongan pelan.
Hema mencengkeram sprei, hanyut dalam permainan Lian yang lembut dan perlahan seakan mereka punya waktu selamanya.
Hema melayang oleh kenikmatan yang tak pernah berhenti didapatnya dari ketiga Alfa.

Ketika membuka matanya lagi, Hema sendirian diatas kasur yang lain dan ruangan yang berbeda.
Setelah mengumpul roh nya, Hema mulai bisa menebak dimana dia saat ini.
Dia berada di kamar yang terdapat dalam jet pribadi milik Raha.
Lalu bagaimana caranya dia di bawa ke sini?

Namun memikirkan sikap dan prilaku para Alfa maka tak aneh jika salah satu diantara mereka mengendongnya keluar dari Hotel begitu saja, mungkin setelah memakaikan Hema jubah kamar sutra yang tengah dipakainya saat ini.
Betapa memalukannya kecam Hema bersungut-sungut.
Lagian dia juga harusnya bangun bukannya tidur seperti orang mati, tapi kalau dipikir-pikir wajar saja kalau dia sampai tak bisa bangun, dia terlalu lelah akibat para Alfa!

Pintu kamar terbuka sosok Raha yang berpakaian seperti akan melakukan meeting berdiri diambangnya.
Hema duduk, merapikan rambut dan jubahnya saat Raha mendekat.
Raha duduk dipinggir ranjang, disebelah Hema.
Jemari suaminya itu menelusuri garis wajah Hema begitu juga dengan matanya.
"Aku bertanya-tanya bagaimana bisa aku hidup sekian lama tanpa pernah tahu kau ada di dunia ini" bisiknya.

Hema mengutuki reaksi tubuhnya.
"Raha aku mohon jangan mulai. Aku tak punya tenaga lagi. Aku harus tidur selama seminggu agar bisa pulih"
Desahnya saat jemari Raha bermain dikelepak jubahnya yang terbuka dibagian dada.

Raha tersenyum seksi.
"Aku juga tak punya waktu sayang. Dalam lima belas menit lagi kita akan mendarat dan kau tahu waktu sesempit itu tak cukup bagiku bila sudah mulai menyentuhmu"
Sesalnya.

Hema tak tahu apakah merasa lega atau kecewa saat ini.
Tubuh dan hatinya semakin kurang ajar, tak mau mendengarkan perintah otaknya lagi.
Kutukan semakin menguasainya dan itu membuat para Alfa tak bisa menyembunyikan rasa senang mereka.

"Aku rasa Albert pasti senang sekali melihatmu. Pak tua itu pasti kesepian selama kau tinggalkan" ucap Raha mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Mungkin saja begitu kau sampai sudah ada bermacam herbal dan vitamin yang harus kau minum untuk membuatnya puas"

Hema juga merindukan pria tua yang sudah seperti papa baginya.
"Dia punya berbagai alasan untuk menelponku tapi tak pernah sekalipun bertanya kabarku"

Hali masuk sambil menjawab ucapan Hema barusan.
"Itu karena dia tahu kau baik-baik saja. Dia hanya tak mau jujur. Dia juga terlalu kaku dan pemalu sampai tak bisa mengatakan isi hatinya yang sebenarnya"
Dia lalu membungkuk, mencium kilat bibir Hema. Menarik diri sebelum kebablasan dan lagi-lagi Hema merasa kecewa.

"Jadi kalian disini apa kalian sengaja meninggalkanku di luar sana sendirian hanya untuk balas dendam karena urusan yang tadi di hotel?! "

Raha dan Hali memutar mata, Hema tersenyum masam.
Lian terkadang tidak bisa menekan jiwa kekanak-kanakan nya.

"Kalau kami ingin balas dendam, pintu itu sudah terkunci dan kau tidak akan bisa masuk meski kau berteriak hingga suaramu habis"
Kata Raha yang berjalan ke pintu sambil melewati Lian.
"Bersiaplah Hema, dalam berberapa menit lagi kita akan mendarat" lalu Raha hilang di balik pintu.

Hali memberi Hema kecupan pendek sebelum berdiri untuk menyusul Raha dan meninggalkan Hema.
Lian dan Hema menatap Hali hinga hilang dipandangan.

Lian tersenyum kepada Hema saat mereka sudah bertatapan.
"Aku cuma menggoda mereka berdua. Aku kesini cuma untuk melihat apa kau sudah bangun atau belum tapi ternyata sudah keduluan mereka dan itu membuatku iri"

Hema menggeleng.
"Kau selalu saja seperti itu, lama-lama keduanya bisa benar-benar marah" tegurnya.

Lian mengangkat bahu tanda pasrah.
"Baiklah aku sebaiknya keluar agar kau bisa bersiap-siap"

Hema tersenyum.
"Aku tidak sabar sampai ke rumah. Aku ingin bertemu Albert dan tidur di ranjangku sendiri ditemani kalian bertiga"
Desah Hema berbinar-binar.

Lian tersenyum.
"Kami tahu itu dan kami juga tidak sabar memelukmu di ranjang kita"

********************************************
(24052020) PYK

(Repost) MEREKA SUAMIKU # 3Where stories live. Discover now