1. Kawan Baru

45 1 2
                                    

Sequel : Finding Father

1. Kawan Baru

Sudah beberapa hari ini Ben menginap di bungker bersama Dean, Sam, dan tentu saja Jack. Jack cukup senang memiliki teman sebaya. Paling tidak, yang bisa mengajarinya hal-hal yang biasa dilakukan oleh anak seusia dia -mungkin bukan usia asli yang baru beberapa bulan, tapi bukan usia yang setua Dean, Sam, terlebih Castiel yang sudah berusia ratusan tahun. Jack bisa belajar banyak dari Ben.

Hanya, kedekatan Ben dengan Dean mulai mengusik batin Jack. Jack tidak tahu apa nama yang dirasakan saat ini, tapi setiap kali Ben mengobrol lama dengan Dean atau terlihat Dean tertawa bersama Ben, ada sesuatu yang mengusiknya. Ben pun tampak selalu ingin berdekatan dengan Dean, dan Dean pun tampak tidak keberatan... Jack mulai tidak nyaman melihatnya.

"Owh, jadi kau dapat beasiswa penuh masuk ke Stanford??" Dean takjub mendengarnya saat mereka sarapan. Seluruh keluarga berkumpul di meja dapur untuk sarapan bersama.

Ben mengangguk tersenyum, seraya menyuapkan sereal ke dalam mulutnya.

Jack ikut mendengarkan dengan tersenyum, juga menikmati Cookie Crunch nya- sereal kesukaannya. Dari nada takjub Dean, sepertinya hal yang bagus mendapat beasiswa penuh masuk Stanford. Entah apa itu artinya.

"Yea? Jurusan apa?" Sam tersenyum ikut tertarik.

"Hukum..." Ben menjawab ringan.

Dean terkatup sementara Sam tersenyum lebar tak percaya. Dean ikut tersenyum lebar dengan menyenggol tangan Sam.

"Yeah? Kenapa?" Ben terheran dengan reaksi ayah dan pamannya.

"Sam juga ambil jurusan Hukum di Stanford," Dean menyeringai memberitahukan.

Ben terkatup. "Benarkah?"

"Yeah, juga beasiswa penuh," lanjut Sam.

Mary harus tersenyum kagum dengan putra bungsunya, yang berhasil masuk kuliah.

Sesaat Ben tak percaya mendengarnya, tapi melihat ayah juga pamannya mengangguk menyakinkan, ia langsung tertawa takjub. "Wow, aku semakin yakin kalau aku seorang Winchester!" pekiknya dengan mengangkat kedua tangannya penuh kemenangan.

Dean dan Sam langsung tertawa.

"Yeah, sepertinya begitu," Dean tersenyum bangga. "Eh, kau sudah mengambilnya kan, tidak menyia-nyiakannya?" Dean langsung curiga.

"Huh? Tentu kuambil, memang kenapa?" Ben terheran.

Dean menghela napas lega. "Karena aku takut kau melepasnya hanya karena ingin mencariku dan berniat tinggal di sini bersamaku."

Ben harus tersenyum geli, "Owh, tenang. Semester baru dimulai bulan depan, jadi aku masih ada waktu untuk mencarimu dan mungkin tinggal denganmu sebelum memulainya."

Dean semakin lega. "Syukurlah, itu artinya aku tidak akan dibunuh ibumu karena merusak masa depanmu," ia terkekeh ringan.

Ben ikut tesenyum ringan.

"Itu baru anakku!" Dean memukul lengan Ben ringan, gemas penuh kebanggaan, dilanjutkan dengan mengacak rambut Ben pelan.

Sam tertawa kecil, sementara Ben hanya tersenyum senang.

Jack memerhatikan mereka bertiga. Dean tampaknya bangga sekali Ben bisa masuk ke Stanford dengan beasiswa penuh seperti Sam. Apa itu Stanford?

"Mhm..., apa itu Stanford?" akhirnya Jack memberanikan diri menyela.

"Ng..., itu adalah universitas terbaik di Amerika," Sam menjawab bangga. "Tempatnya di Palo Alto-California, sekitar 23 jam dari sini pakai mobil."

Rivality (Indo)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें