Is it true? - 01

40 1 0
                                    

•cast pov•
Aku mengulurkan tanganku ke atas langit gelap yang penuh dengan bintang. Aku memakai jari terlunjukku seolah aku sedang menggambar satu anggota dari ribuan bintang itu.

Mataku terpejam menikmati angin sejuk di malam hari. Benakku terus menerus memberi semangat pada diriku sendiri. 'kau hebat! Kau bisa melewati semuanya'. Begitulah katanya.

Pasti kalian tidak membayangkan bahwa aku sedang berada di tengah kebun yang ditumbuhi pohon rindang di malam hari seperti ini. Takut? Tidak. Tempat ini indah tetapi agak tersembunyi. Diluar tampak hanya pohon besar saja yang menumbuhi kebun ini beserta tumbuhan benalu lainnya. Namun ditengah kebun ini terdapat taman yang ditumbuhi berbagai bunga berwarna-warni, tak lupa ada danau yang jernih dan jika matahari telah memunculkan dirinya, tempat ini akan berkali-kali lipat indahnya.

Mungkin hanya aku saja yang mengetahuinya.
Ah— sekarang sudah tidak lagi. Pria itu telah mengetahui tempat ini.

Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki di atas dedaunan kering. Aku tahu itu dia. Aku sudah terbiasa dengan itu. Kalian berpikir aku gila kan?bagaimana jika itu bukan pria yang kumaksud? Bagaimana jika suara itu adalah suara binatang buas ataupun penjahat?

Tidak! Aku tahu betul itu dia. Aku tidak mungkin menyerahkan 22 tahun hidupku hanya untuk dimakan binatang buas atau dibunuh penjahat.

Aku mengedarkan pandanganku. Aku melihatnya. Bukan wajahnya, namun badannya. "Sekarang yang tahu tempat ini bukanlah aku seorang" ucapku pada pria itu. "Kau tahu namaku kan? Aku Keana Jeon"

•author pov•
Pria itu hanya bergeming ditempatnya. "Aku tahu. Semuanya" ucapnya pada Keana.

Keana tersenyum kecil. "Kenapa kau bersembunyi dan mengikutiku seolah aku mangsamu? Asal kau tahu, aku tidak takut karena kau terlalu sering mengikutiku"

"Mengapa kita tidak berkenalan saja?" Keana beranjak mendekati pria itu sembari mengulurkan tangan kanannya. Tetapi pria itu mundur beberapa langkah darinya, "oh, kau tidak ingin mengenalku"

Wajah pria itu tertutup oleh masker serta tudung jaketnya, namun tidak dengan matanya. Dan kini mata tajamnya itu menatap Keana "kau bahkan sudah mengenalku"

Keana mengernyit bingung dengan ucapan pria tersebut. 'aku mengenalnya?'

🪐🪐

Matahari pagi membuat dua orang gadis menggeliat dikasurnya masing-masing. Malas, satu kata untuk mendeskripsikan mereka berdua.

"Jane, kau ada kelas pagi kan? Bangun dan bersiaplah!" Ucap Keana tanpa bergerak bahkan membuka mata di tempat tidurnya.

Teman sekamarnya itu hanya bergumam lalu beranjak menuju toilet dengan mata setengah terbuka.

Jane adalah teman satu kamar Keana yang sudah bersama selama 5 tahun. Jane berumur 4 tahun lebih muda daripada Keana, sehingga Keana selalu memperlakukan Jane seperti adiknya sendiri.

Keana pun ikut beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menuju meja riasnya untuk melakukan rutinitasnya di pagi hari. Dari pantulan cermin, wajah Keana terlihat sangat cantik di pagi hari. Kulit lembut dan mulusnya itu menunjukkan aura yang natural tanpa sentuhan makeup sedikit pun. "Apakah aku mengenalnya?" Gumam Keana ketika otaknya memutar kejadian semalam.

Jane sudah siap dengan tubuhnya kini muncul tepat dibelakang Keana membuat Keana terbuyar dari lamunannya. "Aku sudah siap. Kau tidak keluar kan hari ini?" Tanya Jane sembari menekan-nekan pipi Keana dengan hari telunjuknya.

"Memang kenapa? Kau akan pulang malam?" Ucap Keana dibalas dengan senyum canggung Jane.

Keana membuka laci disebelah meja riasnya dan mengambil sebuah kartu hitam serta satu kartu lagi yang diketahui sebagai kunci dari apartemen ini.

Jane agak melotot menerima kartu berwarna hitam itu. "Kau tidak perlu memberiku yang ini. Yang biasa saja cukup" ucap Jane karena ia tahu isi dari kartu hitam ini cukup besar untuknya.

Keana menghembuskan nafasnya. "Mau atau tidak? Jika tidak ku ambil lagi"

Jane seketika memasukkan kartu itu kedalam tasnya lalu terkekeh. "Nanti aku akan kembali dengan nominal kartu yang tidak jauh berbeda kok"

Setelah berpamitan gadis itu berhambur keluar apartemen ini. Dan saat ini hanya tersisa Keana seorang.

Ya, Keana merupakan anak dari seorang pengusaha besar dan ia sangat kaya. Namun mengapa ia hidup menyendiri dan berpisah dari orang tuanya? Keana memiliki masalah yang sepele, Ia hanya tidak mau dikekang dan ingin menikmati hidupnya.

Dan Jane, gadis beruntung itu dulunya adalah orang biasa yang kebetulan bertemu dengan Keana di suatu tempat. Mereka berdua berteman hingga saat ini. Jane adalah gadis yang baik bagi Keana. Gadis itu selalu ada disaat ia kesulitan. Hidup Jane saat ini dibiayai oleh Keana sendiri karena kedua orang tua Jane sudah tidak ada. Maka dari itu, Keana memutuskan untuk membawa Jane menjadi teman sekamarnya supaya Keana tidak terlalu kesepian di apartemen yang terbilang cukup luas ini.

Tiba-tiba ponsel Keana berdering. Tertulis nama 'Kembaranku' dari layar ponsel Keana tersebut.

'halo? ada apa?'

'Bisakah kau pulang hari ini? Akan ada makan malam bersama dirumah'

Keana menghela nafasnya sebelum ia menjawab Jungkook, kembarannya itu.

'Apakah itu penting?'

'Bisa dibilang begitu, sudah tidak usah memberontak jika masih ingin mendapat uang saku'

Pada akhirnya Keana mengiyakan perkataan Jungkook. Karena masih nanti malam, Keana memutuskan untuk keluar sebentar. Gadis itu berencana untuk memburu street food di daerah apartemennya itu.

Tteokbokki, eomuk, hotteok, chicken, dan soju sudah berterbangan dipikirannya. Perutnya sudah ingin sekali mencerna makanan tersebut.

Celana legging serta hoodie putih oversize dan sepatu converse clasic tampak cantik ketika berada di badan Keana. Kini dirinya sudah siap memburu makanan tersebut.

🪐🪐

to be continue..

Mau tau dong kesan pertama kalian waktu baca part 1 cerita ini :))

udah lama nggak nulis dan sekalinya nulis pasti gaada niat dan berakhir ganti-ganti cerita baru tanpa nyelesain cerita yang lama😅 Semoga cerita ini bertahan ya..

Jangan lupa vote dan komen ya💜

Crazy Maze [ff kth]Where stories live. Discover now