The Star

15 1 0
                                    

"look at the stars. very beautiful. because it's too beautiful, so it's hard to reach. just like you"

--Ayrin Biru Theala--

Kamu tahu, kenapa aku begitu menyukai bintang? Dia itu indah, jauh, sulit tergapai. Setia menemani malam dan bulan.

Seperti dia. Arza Bintang Xanderian. Cowok jangkung dengan iris mata yang tajam.

Aku selalu menganggapnya sebagai bintang hati. Seperti namanya, dia sulit untuk ku gapai. Terlalu jauh, terlalu sempurna.

Sifatnya yang dingin tidak bisa kusentuh. Setiap ku kikis jarak diantara aku dan dia. Dia selalu menambah jarak itu hingga akhirnya susah untuk aku kikis.

Aku tahu betul, ada sifat ramah yang tidak bisa ia keluarkan pada sembarang orang. Aku tahu, bukan karena aku selalu mengikutinya.

Aku tahu semua tentang dia. Bukan karena rumah kami yang bersebelahan. Sudahlah,  biarkan ini menjadi rahasia kecilku.

Dan aku tahu dia sangat menyukai anak kecil, terbukti karena dia pernah bertemu denganku di panti asuhan tempat aku selalu berdiam diri ketika malas dirumah.

Hari ini, aku bertemu dengannya di tempat biasa aku selalu memandangnya dalam jauh. Rumah pohon. Dia hanya memandangku dan aku pun begitu.

"Ngapain lo?" Inilah pertama kalinya, aku berbincang dengannya setelah sekian lama aku selalu memandangnya dari jauh.

"Ini tempat gue, ketika gue membutuhkan ketenangan." Aku menjawab dengan hati yang tidak karuan.

"Maaf, gue gatahu" sahutnya. Dia berdiri dari kursi yang biasa aku duduki dan turun kebawah. Aku cuma bisa melihatnya dari atas.

Aku terkejut ketika dia memalingkan mukanya ke arahku. Dan tersenyum manis kemudian hilang dari pandangan.

Aku hanya bisa mematung sambil memegang dadaku yang tidak karuan. "Sialan, senyumnya manis banget sumpah" aku cuma bisa berteriak dalam hati. Berteriak kegirangan karena bisa berbincang bahkan melihat senyum langkanya.

"Eh, gue ngapain ke sini ya?" Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali, lalu turun kebawah dan berniat untuk pulang. Tadinya.

Sebelum aku melihatnya duduk di taman sendirian. Kepalanya menengadah ke atas. Sepertinya dia sedang ada masalah. Tapi ya disinilah aku, mengamati dari jauh.

"Gue tahu lo di sana." Ujarnya yang buat aku terlonjak. Padahal jarakku dengannya terpaut cukup jauh.

Dia membuka matanya dan menatap tajam ke arahku. Seolah aku sudah menganggu privasinya, "ngapain lo di sana?" tanyanya. Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaannya, karena aku melihat sebulir air mata turun dari matanya.

Yang ada dipikiranku saat ini hanya, kenapa ia menangis? Ada apa?

Dan lamunanku buyar ketika dia sudah berada di hadapanku dengan mata tajamnya. Spontan aku sedikit memundurkan langkah.

"Gue ulang. Ngapain. Lo. Di. Sini. Biru?" Aku terlonjak untuk kedua kalinya ketika dia menyebutkan nama tengahku.

"Ini jalanan umum, dan jalan biasa gue pulang." Aku menjawab dengan tenang, sepersekian detik dia langsung berdehem.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Reaching YouWhere stories live. Discover now