P R O L O G U E

9.1K 570 92
                                    

Suara jam dinding terus berdetak memenuhi ruangan introgasi yang membuat raga seorang gadis kecil berdarah campuran diselimuti oleh jiwa yang terus diamuk resah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara jam dinding terus berdetak memenuhi ruangan introgasi yang membuat raga seorang gadis kecil berdarah campuran diselimuti oleh jiwa yang terus diamuk resah. Waktu terus merangkak, namun ia terbawa arus ke alam lamun dengan pikiran yang mengembara pada kejadian beberapa bulan yang lalu.

Bila isi kepala mampu berteriak, mungkin akan terdengar jerit jiwa yang putus asa dan masih belum mampu untuk menerima kenyataan—bahwa ia kini seorang anak yang tak memiliki orang tua.

Setelah hampir setahun ia tidak bertemu dengan siapa pun karena kejadian yang berhasil membuatnya dihantui peristiwa traumatis—namun pada akhirnya ia mulai bersedia untuk bertemu dengan dunia luar.

Jari-jari miliknya kini saling menaut dan bibir mungilnya perlahan terbuka. "I was afraid," ungkapnya yang terdengar seperti lirihan. Sorot matanya dipenuhi oleh kepedihan.

"Mommy and Dad were arguing every night. I couldn't sleep. So I locked myself in cupboard everytime they were arguing. But on those night, I heard a sound of broken glass and my mom started screaming in pain. But later, I heard a sound of car leaving our home."

Bibir bawahnya tergigit untuk menahan emosinya sesaat. "I heard ...." Napasnya terhela. "My mom was begging me a help so I ran to her. And I saw a lot of bloods on the floor. I was really scared and I ran to my neighbors to ask for a help."

Ada jeda sejenak sebelum kembali melanjutinya. "After that, I couldn't remember anything more. My mind went blank. But then, I woke up in the hospital and someone told me that my mom was dead."

Victor yang merupakan detektif yang berwenang dalam kasus ini, mengangguk mengerti. Sebuah pertanyaan terlempar olehnya. "Can I ask you a last question, little girl?"

Setelah mendapat anggukan dari sang lawan bicara, Victor melanjuti pertanyaannya. "Do you have any idea where's your Dad?"

Sang lawan bicara menggelengkan kepalanya pelan dan sorot matanya menyimpan dendam dan emosi yang terpendam. "Okay, thank you for your time and answers. I know it's not easy for you. We'll try our best to find your Dad and make you feel safe."

"So can I go home—I mean can I go back to hospital?" Ucapannya teralat setelah menyadari bahwa ia tidak mempunyai tujuan untuk pulang.

"Well, I think you don't have to go back to the hospital anymore, because you've already found your home."

"Wh—what do you mean?"

"Remember the day when you runaway from hospital a month ago?" Ia mengangguk sebagai jawaban seraya mengingat kejadian bulan lalu saat ia kabur dari rumah sakit, karena merasa tidak betah harus menjalani terapi untuk mengobati PTSD yang diderita. "And since that day, there's someone that always visit and watch you from a distance. But not that kind of stalker."

Dengan alis yang saling menaut, ia bertanya. "Do you know who is he?"

"He saved you on the day when you runaway from hospital."

Pernyataan Victor mengundang kerutan dahi tak mengerti namun ia mengingat sosok pria yang dimaksud oleh Victor pernah menolongnya saat ia terjatuh di parkiran dengan tungkai yang berdarah. Pria yang berperawakan tinggi dengan kumis tipis pada wajahnya.

"He's going to be a part of your family," cicit Victor yang mengundang pertanyaan.

"You mean I'm going to be adopted by him?"

"Yeah, if you want to."

"But—"

"He's a father. He lives with his seven sons. He's running a property company in Jakarta and he has already  fulfilled the requirements for adoption," potong Victor.

Sergahan cepat dari gadis itu menandakan bahwa ia menampiknya. "But I still couldn't trust him. I mean, I don't know him. I don't know what kind of human he is."

"Don't worry. We'll give you some space and time. But you can meet him when you're ready."

"No. I don't want to meet him. I couldn't trust anybody. I believe he will end up ruining my life just like my dad did." Ia tetap bersikeras pada pendiriannya.

"Bianca, you need a family that will protect you and watching you growing up as a humanbeing. And I'm sure, he's the right person." Victor tersenyum dengan sorot mata teduh. "We will give you time. It's okay."

[ We \ Used \ To \ Be \ A \ Family ]

Haiii semuanya! Aku kembali di wattpad dengan fanfiction! Ini pertama kalinya aku publish cerita jenis fanfiction ((Dulu suka nulis tapi castnya anak-anak magcon.))

Kali ini aku publish fanfiction dengan cast korean dan untuk kalian yang penasaran siapa sih castnya, bisa dicek langsung di trailer yang udah aku upload di instagram @kononkatanyaa

Anyway, aku bikin playlist khusus untuk cerita ini. Kalian bisa baca cerita ini ditemani playlist ini.

Fanfic ini lebih tentang keluarga dan issue mental health bukan tentang idol

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Fanfic ini lebih tentang keluarga dan issue mental health bukan tentang idol...

Have a great quarantine day y all! Jaga kesehatan dan jangan lupa minum vitamin💛

Have a great quarantine day y all! Jaga kesehatan dan jangan lupa minum vitamin💛

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Follow @weusedtobeafam
on instagram!

-10 April 2020-

We Used To Be A FamilyWhere stories live. Discover now