Cerita saat Hujan

4.3K 19 8
                                    


Udara terasa sangat lembab dan langit terlihat gelap sore ini. Bulan Desember memang merupakan waktu paling muram diantara bulan-bulan lainya. Suasana gerah, hujan tak menentu, angin kencang, semua selalu menyertai bulan ini tiap tahunnya. Hal ini cukup membuatku resah, namun bukan berarti aku tidak menikmatinya. Aku menyukai hujan dan segala suasana yang dihadirkan.

Waktu masih menunjukan pukul dua lewat tujuhbelas menit, aku berada di kelas, duduk deretan dekat jendela di lantai dua gedung kampusku. Ruangan memang terasa sejuk karena pendingin ruangan dinyalakan pada suhu 23 derajat celcius, namun jika keluar kelas jelas sekali terasa bahwa udara sangat lembab dan hangat. Khas suasana sebelum hujan.

Aku masih memperhatikan Bapak Yus yang sedang menjelaskan mengenai statistik cacah radiasi latar dengan metode distribusi poisson hingga muncul notifikasi di layar handphone-ku. Tentu saja itu dari orang yang paling aku sayang, Egi.

"Al, habis kelas nanti aku jemput ya... temenin aku ke Gramedia", isi pesan Egi kepadaku. "ya"

Pukul limabelas lebih empatpuluh lima menit, kelas akhirnya selesai. Beberapa hari lalu memang dia memintaku untuk menemaninya mencari sebuah buku mengenai kimia organik fisik. Karena jadwal kami yang berbeda sehingga kami belum sempat melakukanya kemarin-kemarin. Akupun berkemas dan bersiap untuk menemui dia yang sudah menunggu parkiran laboratorium kempus.

"Al, kamu mau kemana?", sahut Rara temanku, kebetulan kelas kami sama pada mata kuliah ini.

"Mau ke parkiran lab, kenapa?"

"Ikut,"

Kamipun kemudian berjalan dari tangga, menuyusuri lobby gedung dan menyeberang jalan untuk sampai di parkiran laboratorium. Di sana langsung dapat kulihat Egi dengan motor besarnya telah menunggu di jalan depan gerbang parkiran.

"Oh, kalian pulang berdua toh" kata Rara

"Hoo, aku karo Al arep nggolek buku neng Gramed soale", sahut Egi dengan suaranya yang bass dan dalam serta medok.

"Jan, kalian tuh kemana-mana bareng terus e, udah kayak pacaran aja" timpal Rara dibarengi ketawanya yang ringan dan manis.

"Pie Al? hehe", Egi memandangiku dengan mata dikedipkan sebelah. Genit dang menjengkelkan.

"Hooh, njo pacaran wae." , balas ku sedikit menantang, kami semua tertawa dengan tingkah menggelikan yang kami buat sendiri. Rara akhirnya masuk ke parkiran untuk mengambil motor dan kamipun berpamitan. Aku segera naik motor milik Egi dan memakai helem yang ia bawa.

"Padahal memang pacaran." kata Egi sambil terkekeh kecil sembari menyalakan motornya. Aku hanya menggeleng dan tersenyum dan akhirnya kami berangkat menuju Gramedia.

Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya kami berdua berpacaran; Ya, aku dan Egi, dan kami berdua adalah laki-laki. Hubungan kami bermula karena sebelumnya kami berada pada forum yang sama saat itu. Atau mungkin jauh sebelum itu.

Kami memang kenal saat pertama berada pada forum, tapi jauh sebelum itu aku telah mengamati Egi. Saat itu kurasa kami sedang masa orientasi mahasiswa baru. Ada maba yang mengalihkan perhatianku. Badanya tegap, tinggi, dan kulitnya gelap sawo matang, sorot matanya sangat tajam saat itu. Dia sedang dihukum oleh salah seorang penegak kedisiplinan. Dia terus menjawab dan enggan disalahkan, saat itu aku benar-benar merasa bahwa orang ini terlalu bodoh.

Kami pun akhirnya sampai, memarkirkan motor dibasement kemudian bergegas naik ke lantai atas. Tiba-tiba Egi menggenggam telapak tanganku sambil berjalan dengan langkah yang panjang. Sontak aku melihat ke sekitar.

Al, Egi, dan HujanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon