Selenophile

24 4 0
                                    

Kring!!! Kring!!! Kring!!!

Sudah belasan kali alarm berbentuk stitch itu berdering, namun gadis bertubuh mungil itu belum juga bangkit dari ranjangnya.

Hingga akhirnya, perutnya terasa geli karena ada sebuah tangan yang menggelitik disana.

''Anjir! Ngapain, sih?'' Nadya terbangun dan menyadari bahwa ada seorang lelaki di kamarnya dan telah mengganggu tidurnya.

"Kalo mau molor ampe satu abad, gausah masang alarm." Ucap lelaki yang berhasil membangunkan Nadya.

Nadya mengabaikan lelaki itu, pandangannya beralih pada kalender di atas nakasnya.

''Lu ngapain ke rumah gua? Ini kan minggu, dobleh!"

"Maaf nih sebelumnya, kemarin ada yang chat gue katanya mau ngecat tembok kamarnya, terus gue disuruh ke rumahnya har-''

"Anjir, gue lupa, Ray. Aduh maaf banget, belum beli catnya lagi."

Nadya memasang wajah penuh rasa bersalah.

"Udah mandi sana, catnya udah gue bawa tuh, warnanya kesukaan lu banget." Ujar Rayhan sembari menunjuk dua kaleng cat berwarna biru dan kuning.

Tanpa aba-aba Nadya langsung memeluk tubuh Rayhan dan membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki bermata coklat itu.

Nadya tahu, Rayhan tidak akan membalas pelukannya tapi tetap saja gadis itu sangat suka memeluk sahabatnya.

"Gue sayang banget sama lo, asli. Kali ini ga kipak, makasi." Ucap Nadya sembari bergegas mandi.

''Jangan lupa keramas, rambut lu bau oli!" Ujar Rayhan saat Nadya sudah berada di kamar mandi.

Mendengar teriakan Rayhan seperti itu, Nadya memegang rambutnya dan mencium. Tidak bau. Masih wangi aroma shampoo perpaduan alpukat dan lidah buaya.

"Ray lo gak waras! Rambut wangi lu bilang bau. Ga punya hidung, lu?!"

Rayhan hanya menahan tawa mendengar sahabatnya berkicau.

------------------

"Mau ngelukis apaan? Muka gue, Nad?''

"Pede banget, lu. Buang-buang cat kalau cuman buat ngelukis muka lu."

Rayhan menghela nafas

"Yaudah, sekarang lu mau ngelukis apa, markonah? Lama banget, sih mikirnya."

Nadya menunjukkan gambar aestethic dari pinterest di ponselnya.

"Bulan, karena gue penyuka bulan dan lo juga penyuka bulan."

"Oke, lu ngelukis bulan sabit dan gue bulan purnama. Entar kita kasih tambahan bintang.''

Nadya mengacungkan jempolnya, tanda setuju.

Mereka memulai kegiatan yang sudah menjadi hobi sejak kecil dengan serius, sesekali Rayhan memeperkan cat ke wajah Nadya begitu pun sebaliknya.

Nadya dan Rayhan sangat suka melukis terutama pada benda-benda polos, seperti tembok kamar Nadya yang hanya berwarna putih dengan polaroid yang dijepit dengan wooden clip dan tergantung di kabel tumblr light.

Selain memiliki kesamaan hobi, mereka juga memiliki tanggal, bulan bahkan tahun lahir yang sama, orang biasa menyebut mereka kembar beda rahim. Aneh. Tapi memang begitu adanya.

"Istirahat dulu, Nad. Pegel banget gila.''

''Iya, gila banget. Udah mau dua jam baru jadi segini, semoga kelarnya ga kemaleman.'' Ucap Nadya sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.

Tanpa Nadya sadari, Rayhan tersenyum sendiri karena melihat lukisan ini mengingatkan satu hal kecil.

''Nad, lu kudu inget. Kalo gaada gue, lu juga gaada di dunia ini."

"Ish! Lu kenapa, sih? Bahasnya itu mulu. Bosen tau!"

Nadya meninju pelan lengan Rayhan dan hanya disambut dengan cengiran khas pria beralis tebal itu.

"Kita itu diproduksinya bareng, janjian, tanggal produksinya sama dan tanggal publikasinya juga sama. Kembar kan? Sama-sama suka bulan pula."

"Mau produksi kek, publikasi kek, intinya kita beda rahim. Dan gue gamau dibilang kembar."

"Iya gamau dibilang kembar, sih gapapa. Tapi, lu jangan pernah ya ngelupain gue. Awas lu."

Nadya hanya melambaikan tangan dan menuruni anak tangga, meladeni Rayhan sedikit membuat tenggorokan Nadya kering. Ia butuh minum sekarang juga.

''Yah, bocah ngambek. Eh Nad! Gue bagi marjan sebotol ya, haus nih.''

----------------

''Gue balik dulu, ya. Jangan kangen. Gausah bete gitu muka lu, Nad" Ucap Rayhan sembari mengacak-acak rambut sahabatnya.

"Rumah deket aja pamit, udah sono balik. Jelek lu." Nadya menjulurkan lidah.

Rayhan melambaikan tangan, Nadya pun membalas lambaian tangan itu. Nadya menahan tawa karena melihat Rayhan hampir tersandung batu.

Rumah Rayhan dan Nadya memang dekat, Rayhan nomor 36 dan Nadya nomor 38. Rumah mereka tidak banyak berubah sejak masih bayi hingga meranjak dewasa. Hanya warna cat tembok dan pagar yang diganti setiap tahun.

Rayhan dan Nadya kebetulan sama-sama anak tunggal. Jadi, mereka sering bermain bersama bahkan menginap saat SD dan SMP, kadang Rayhan menginap di rumah Nadya atau sebaliknya.

Keakraban dua anak muda ini sering membuat Livya, Mama Rayhan merasa anaknya dengan Nadya akan berjodoh. Namun dibantah oleh Rayhan, karena ia bersumpah tidak akan mencintai Nadya lebih dari sahabat begitu pun dengan Nadya.

-------------------------

Hi! Wuzzup!!!

Udah lama bgt ga bikin cerita... Sekarang bikin lagi, Deh :) dengan judul RAY-NAD

Masih mau tau kelanjutannya???

Jangan di scroll dlu! Abis baca, budayakan Vote 🌠

Kalau mau kasih saran, kritik dan lainnya langsung komen aja ya, pasti dibales🤩

Okay? Sampai jumpa di chapter selanjutnya

🖤Icha






Ray-NadWhere stories live. Discover now