Part 1

8 1 0
                                    

Bunda, aku salah apa?
Nophyie Kuma

Veerena Tevi alisha, gadis cantik nan kuat akan segala hal. Ia terlahir satu bulan setelah pernikahan orang tuanya. Iya, ia ada sebelum terjadi pernikahan. Gusta, ayahnya, merusak kehidupan Nada saat masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Namun, Gusta berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Tiba hari dimana Veerena dilahirkan, Gusta dan orang tua Nada membawa Nada menuju bidan terdekat. Gusta menelepon orang tuanya untuk segera datang ke tempat yang sudah ia beri tahu.
“Alhamdulillah sudah lahir,” ucap semua bersamaan mendengar suara tangis bayi.

“Bapak Gusta mari masuk silahkan diadzankan,” ujar salah satu perawat yang membantu persalinan Nada.
“Selamat, Pak. Anak Bapak perempuan lahir normal dan istri anda juga selamat,” ucap bidan sambil memberikan bayi mungilnya.

“Terima kasih, Bu.” Gusta menggendong bayinya dan mengadzani.

“Ma, aku mau tidur.” Nada merasa badannya sangat lemas dan ingin beristirahat.

“jangan dulu, Nak. Coba lihat anakmu cantik, kan?” Naya berusaha membuat putrinya tetap terjaga.

Keesokannya, Nada sudah diperbolehkan pulang. Sebelum pulang, Nada diminta untuk berlatih duduk dan berjalan. Sakit dan nyeri, itu yang Nada rasakan saat ini, Gusta takkan mengerti. Berjalan perlahan seperti balita yang baru belajar jalan dan duduk seperti tertusuk-tusuk. Pengorbanan ibu yang luar biasa, yang tak bisa diungkapkan rasanya.

“Nduk—panggilan untuk anak perempuan--, uang yang untuk bayar persalinanmu itu ibu dapat rezeki,” ucap Ratna, ibu Gusta.

“Alhamdulillah, Bu. Maaf sudah merepotkan, karena Mas Gusta tidak bekerja mulai dari awal menikah, jadi harus pakai uang Ibu,” sahut Nada tertunduk.

“Tidak papa, Nduk.” Ratna mengambil bayi Nada di kasur bayi.

Sampai di rumah, Nada membersihkan diri dan bayinya. Sebelum Nada melahirkan, ia sudah menyiapkan nama untuk calon anaknya. Veerena Tevi Alisha, jika bayinya perempuan dan Ardan Arvin Armanda, untuk bayi laki-laki. Kedua nama tersebut sudah disetujui oleh Gusta, bahkan Gusta sendiri yang meminta agar Nada mencari nama untuk calon anak mereka waktu itu.

[Kasih nama Azizah Alana Firmansyah. Kan, belakangnya sama seperti ayahnya] Chat dari Brina.

Gusta memberitahukan Nada perihal pemberian nama untuk bayinya. Ratna pun memaksa Nada untuk mau memberikan bayi perempuannya nama yang telah diberikan oleh Brina.  Nada berusaha mencari cara agar yang ia cari menjadi nama untuk bayinya.

“Mas, aku mau nama anak kita Veerena Tevi Alisha,” ucap Nada.

“Tapi, Dik. Nama pemberian Mbak, kan, bagus.” Gusta mulai terlihat marah.

“Aku ibunya dan aku berhak atas anakku, apapun yang terjadi,” bela Nada.

“Terserah kamu saja,” sahut Gusta akan melangkah pergi.

“Tunggu ... bukannya kamu yang memintaku untuk mencarikan nama lalu sekarang kenapa seperti ini.” Nada mengingatkan Gusta tentang pemberian nama pada anak mereka.

“Dibelakang nama itu ada namaku, sementara nama yang kamu cari tak ada namaku,” bentak Gusta.

“Kata siapa nama kamu gak ada untuk anakku ... lalu bintinya atas nama siapa kalau bukan kamu, Mas.” Nada bingung, sikap Gusta mudah berubah saat ia mendapat masukan dari keluarganya.

“Ya, sudah. Terserah kamu.” Gusta melangkah keluar dari kamar.

Selang satu bulan setelah Veerena lahir, keluarga Gusta membuat ulah sehingga Nada meneteskan air mata.

“Kenapa cincin mas kawin itu ada di Budhe Naya—Mama Nada--. Seharusnya itu gak boleh,” ucap Brina, kakak Gusta.

“Aku yang menitipkan,” sahut Gusta dengan santai.

Gusta memang menitipkan cincin itu saat Nada akan melahirkan, mereka tinggal bersama orang tua Nada. Namun, keluarga Gusta tak percaya. Mereka menuduh bahwa Naya ingin mengambil mas kawin milik Nada. Sampai akhirnya Nada mendengar tentang percekcokan antara Gusta dan kakaknya.

“Ini, aku kembalikan. Berikan saja pada keluargamu, toh, aku tak butuh itu.” Nada memberikan cincin emas bermata biru pada Gusta tanpa memandang wajah Gusta.

“Untuk apa?” Gusta heran melihat sikap Nada.

“Agar keluargamu tidak menuduh mamaku yang tidak-tidak,” ucap Nada.

Terlihat jelas genangan air mata dari mata Nada, dengan susah payah ia menahannya agar tak jatuh. Gusta belum mengerti apa yang dirasakan Nada, ia mencoba untuk menenangkan sang istri, tapi gagal. Nada memeluk bayi Veerena dan menciumnya. Suasananya juga mendukung, malam hari dan listrik sedang mati.

“Kamu kenapa, Dik? Apa aku salah?” Gusta memegang pundak Nada agar bisa berbalik padanya, tapi tangannya ditepis oleh Nada.

“Jangan tanya kenapa, coba kamu pikir sendiri saja,” ucap Nada.

“Mana aku tau, kalau kamu tidak bilang,” sahut Gusta.

“Masak kamu gak tau.” Nada memandang Gusta.

“Gak, kamu gak ngasih tau,” ucap Gusta.

“Sudah, berikan saja itu pada keluargamu agar mereka senang ....” Nada meneteskan air matanya.

“Ya, sudah.” Gusta bangun dari duduknya dan melangkah pergi keluar kamar dengan membawa kunci motor.

Nada hanya melihat dari tempatnya, ia memeluk Veerena. Ia mendengar suara motor Gusta keluar dari rumahnya, lalu ia berjalan menuju pintu kamar untuk ditutup. Gusta menyetir dengan kecepatan tinggi ditengah derasnya hujan, ia bingung apa yang terjadi pada keluarganya. Setelah semua yang terjadi Nada merasa suaminya itu tak memihak sama sekali padanya.

“Mas, kamu pilih kasih,” lirih Nada yang masih bisa didengar.

“Pilih kasih gimana?” Gusta heran dengan Nada.

“Iya, kamu selalu ada untuk keluargamu, sementara untuk keluarga kita ... kamu selalu tak ada,” jelas Nada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bundaku HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang