¹🐰makna keluarga

491 69 13
                                    

______________________________________
*I'm too sad to cry
Too high to get up
Dont like to talk
Just lay in my bed
-Sasha Loan-
______________________________________

°
°
°
Akashi Shirona 5 y.o》

-Tokyo Kindergaten-

"Hari ini, kita akan belajar tentang arti kata. Kata yang akan dipelajari adalah, Keluarga. Nah, Sensei akan memberi kertas untuk kalian gambar. Gambarlah apa arti keluarga bagi kalian, kemudian jelaskan di depan kelas. Ibu beri waktu setengah jam ya!"

Dengan canda tawa yang mengiringi, anak-anak itu menggambar dengan sukacita. Ini hari terakhir mereka di taman kanak-kanak, dan besok hari kelulusannya.

Akashi Shirona, memandang sekitarnya. Mencoba mengingat ulang apa arti keluarga. Tangan mungilnya diangkat, sebagai kode untuk memanggil guru walikelasnya.

"Ada apa Akashi-chan? Apa kau kesulitan?" Guru perempuan itu menyamakan berjongkok di sebelah Shiro yang sedang duduk.

"Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Benar bukan, Sensei?"

Sang guru yang ditanya tertegun sekaligus takjub, melihat anak jenius dihadapannya. Ia merasa canggung sekarang, lalu meminta Shiro untuk menggambarkan arti sebuah keluarga dalam hidupnya. Barulah Shiro paham dan mengangguk ceria.

...

"Keluargaku adalah rumahku!"

"Papa, Mama, dan Onii-san adalah mesin pemeluk terhangat, itulah keluarga!"

"Keluarga itu tempatku pulang dan berbagi~"

Secara bergantian, satu-persatu anak memaparkan gambarannya dan menjelaskan. Shiro juga menggengam kertasnya, sembari memperhatikan dengan seksama, betapa senang dan bahagia teman-temannya membahas soal keluarga mereka. Ada banyak dari mereka yang kemudian menjabarkan pengalaman menarik bersama keluarganya.

"Saa, Akashi-chan silahkan maju ke depan!" Shiro beranjak dengan senyum merekah.

Sreet

Dibukanya gulungan kertas itu, sambil mengulum senyum. Benar-benar senyum tulus, yang mendambakan kebahagiaan.

"Are? Akashi-chan, apa kau belum selesai menggambar?" tanya salah satu temannya.

"Benar ... kertas itu masih kosong." Ujar temannya yang lain, semua anak di kelas itu kebingungan.

"Shiro-chan bisa bilang pada Sensei kalau belum selesai. Akan Sensei beri waktu tambahan kok."

Shiro menggeleng dan berseru, "Sudah selesai, ini arti keluarga bagiku."

"Sebuah kekosongan, itulah keluargaku!" Meski begitu, senyumnya tak meleleh dan senantiasa terpatri di wajahnya.

Akashi Shirona, anak berusia 5 tahun yang tidak mengetahui apa-apa arti sebenarnya keluarga.


°°°


Di hari kelulusan ini, Shiro sudah berada di ambang pintu menunggu ayahnya. Hampir setiap waktu, dia tersenyum. Bukan berarti dia gila, itu hanya sebagai penanda agar orang lain tau bahwa dia merasa bahagia.

Akashi Masaomi melewatinya begitu saja sambil berucap, "Cepat." Shiro kecil mengangguk dan mengikuti ayahnya. Baju toganya yang sedikit kebesaran, terpasang rapi di badannya. Masaomi hanya didampingi satu supir dan dua bodyguard.

Sedikit kesulitan saat menaiki mobil, Masaomi kembali berucap dan meliriknya.

"Padahal usiamu sudah menginjak 5 tahun, seharusnya kau mampu menjangkau kursi ini sendiri." Masaomi menghela napas, bagaimanapun juga Shiro masih merupakan anaknya. Dengan gerakan tangan, Masaomi memerintah salah seorang bawahannya membantu Shiro.

Sedangkan Shiro hanya menyengir lucu.

Sepanjang perjalanan, keadaan akan senyap jika saja Shiro tidak mengajak berbicara dua orang yang bertugas menjaganya. Sesekali ia juga mengajak ayahnya mengobrol, walau tak digubris sama sekali.

Begitu menapakkan kaki di aula, semua pandangan tertuju pada Masaomi yang seolah dengan seluruh kasih sayangnya menggendong Shiro. Dari pandangan orang yang menyaksikan, biasanya mereka menyimpulkan kalau Masaomi dan Shiro memiliki ikatan keluarga yang kuat dan baik.

Masaomi menurunkan Shiro saat melihat segerombol anak-anak seusianya menghampirinya.

"Shii-chan, ayo duduk disana!" ajak salah satu temannya, yang memiliki surai cerah.

"Yuk!" Shiro juga berseru dan meraih lengan teman-temannya, mengajaknya untuk segera duduk.

Penghargaan murid terbaik diberikan pada Shiro, yang memiliki empat kecemerlangan kategori umum yaitu seni, perhitungan kalender, matematika, dan kemampuan spasial. Selain terlahir dengan otak yang cerdas, kepintarannya bukan diraih dengan mudah. Ia juga bekerja keras selama dua tahun terakhir untuk mempelajari empat kategori umum diatas.

Padahal dalam sistem pendidikan tingkat taman kanak-kanak biasa, belum disediakan pelajaran umum. Sementara itu, sekolah yang ditempati Shiro adalah sekolah swasta berbasis internasional.

Masaomi tersenyum puas, anaknya begitu hebat sekalipun masih berada di jenjang tk. Tadinya Masaomi ingin langsung memasukkannya ke sekolah dasar, makanya ia menekannya dengan berbagai pembelajaran pada Shiro setiap hari.

Ada orang yang menentang kehendak Masaomi itu. Orang itu, Akashi Seijūro dan Sang Ibunda.

Namun pada tahun berikutnya, jarak milyaran kilometer terbentang antara sang Ibunda dan keluarga Akashi.

°
°
°

*too sad to cry oleh Sasha Loan

-nana

-ˋˏ [KnB] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳A.seijuro [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang