Eps 1, MERANTAU

23 1 0
                                    

Pagi yang cerah, kokok ayam di mana-mana, hembusan angin, dan mentari pagi, menambah kesan indah si desanya.

Dia gadis desa cantik, putih, namun agak sedikit tomboy, wanita yang pemberani, pantang menyerah, itulah karakter dari wanita ini.

Dia adalah titin, wanita yang di maksud.

Sudah 3 bulan semenjak kelulusan nya dari sebuah politeknik negeri yang ada di pontianak, keterbatasan ekonomi yang memaksa dia harus mencari kerja selagi menunggu ijazahnya keluar.

Tepat hari ini, ijazah yang telah lama ditunggu nya akhirnya keluar dia pun segara memutuskan, untuk pergi merantau, dan segera mencari pekerjaan untuk membantu kedua orang tuanya.

“ nong, ayo cepat bangun, ini sudah pagi lo”

Ibu titin membangunkan nya dengan lembut.

Secepat kilat titin kaget dan bergegas bangkit dari tempat tidurnya.

Dengan segera dia membasuh buka dan menggosok gigi nya.

“selamat pagi ma”

Tegur titin dengan ramah , kepada ibunya.

Dengan senyum bak bunga mawar yang sangat manis mama titin pun, tersenyum kepada anaknya yang sangat ia cintai.

“nong, apa benar kamu ingin merantau, namaku khawatir kepada mu, di sana kamu akan tinggal sendirian nggak ada mama, nggak ada ayah, jan nggak ada orang yang menjagamu”

Dengan ekspresi khawatir, mama titin berucap.

“jangan khawatir ma, aku pasti baik-baik aja kok, lagian aku kan sudah lama juga lulus kuliah, jadi apa salahnya kan kalau aku merantau, untuk membantu ekonomi mama. Dan juga kalau di kampung aku bosan mah hehehe”

Ucap titin sambil bercanda, padahal dalam hatinya sangat berat untuk meninggalkan  keluarganya, tapi keterbatasan ekonomi lah yang memaksa dia harus pergi merantau walau dia tahu itu, berbahaya untuknya.

“ya udah, mama tetap dukung kamu kok, apapun yang terjadi di sana jangan lupa hubungi mama ya”

Ucap mama titin, sambil memegang kedua bahu titin.

Sungguh berat melepas anak gadis yang sangat ia cintai dan anak satu-satunya dari keluarga itu.

-
-
-
-

Malam hari, suara jangkrik yang berisik, bintang-bintang yang ber taburan sangat menambah kesan indah pada malam itu.

Titin pun sudah bersiap-siap menyiapkan barang-barang yang akan di bawahnya, untuk pergi merantau ke jakarta.

Tanpa sadar bagai hujan gerimis yang menimpa ubun-ubun, air mata titin tiba-tiba jatuh tanpa disadari, kesedihan yang mendalam karena akan berpisah dengan kedua orang tuanya membuat dia tidak tidak bisa mengontrol air matanya lagi.

Dengan sigap gadis kuat itu, menghapus air dari kedua belah bola matanya.

“kenapa aku sangat cengeng seperti ini, padahal ini kulakukan untuk kedua orang tuaku, untuk memberi mereka bangga, udah mengangkat kedua derajatnya, di mata orang-orang.”

Gumam titin dalam hati,

“ya allah mudahkanlah segala urusanku nanti, saat aku berada sendirian di jakarta, jangan buat aku menyusahkan kedua orang tuaku, tetapi buatlah aku bisa menjadikan mereka bangga padamu”

Titin berdoa dalam hati, dan kemudian dia pun bergegas untuk tidur.

-
-
-
-

Tidak terasa pagi dingin pun, telah datang kembali, rasa dingin ini semakin menusuk tulang ditambah dengan kesedihan karena hari di mana titin akan berpisah, dengan kedua orang tuanya.

Hari itu ayah titin  tidak bisa mengantarkan nya ke terminal, karna dia harus pergi bekerja, jadi hanya ibunya yang bisa mengantarkan nya.

“nong, ingat pesan mama ya, kamu di sana hati-hati, apapun yang terjadi ingat jangan lupa kabarin mama di kampung”

“iya ma, insya allah nanti anong akan segera mengabari mama, kalau anong sudah sampai di jakarta”

Dengan senyum manis titin menyebarkan mamanya yang sedang khawatir itu.

Bis yang akan di naiki, titin pun makan segera berangkat, titin pun, segera naik dan duduk di kursi.

Akhirnya perpisahan sementara yang sangat membuat mereka sedih akhirnya terjadi.

Titin pun melambaikan tangan, kepada mamanya sebagai ucapan selamat tinggal.

Tentu air mata, mamanya mengalir dengan di barangi senyum.

Bersambung....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hanya MilikkuWhere stories live. Discover now