01

13 3 0
                                    


"Trisha Sarasvati Mahendra, selamat kamu mendapatkan nilai tertinggi" Guru cantik itu tersenyum padanya.
Sedangkan teman-temannya banyak yang menatap kagum padanya, pasalnya ia mendapat nilai tertinggi pada ulangan fisika minggu kemarin yang dikompaki sangat sulit oleh para siswa.

Bel istirahat berbunyi~

"Baik kalau begitu pelajaran hari ini dicukupkan sekian saja" Ibu guru cantik yang bernama Kartika itu keluar dari kelas XII IPA 1

Para siswa pun dengan semangat keluar dari kelas ada juga yang mampir kebangkunya Trisha untuk mengucapkan selamat.

"Yey selamat ya sha, gue bangga sama lo" ucap temannya,Rania

"Iya selamat ya gue mah boro boro dapet nilai tertinggi, masuk kkm aja enggak" kali ini temannya yang bernama Sarika yang mengucapkan selamat.

"Iya makasih loh, kuy lah kantin. Laper guee" Trisha mengajak kedua temannya keluar kelas menuju kantin.

-----

"Ouh iya gimana hubungan lo sama Revan?" tanya Rania terlihat antusias

"Ya gak gimana gimana" Trisha menghela nafas

"Lo kayaknya setuju banget ya kalau gue sama Revan pacaran" lanjut Trisha

"Eumh itu mah setuju banget" ucap Rania semangat sambil mengunyah baksonya

"Eh ran, kalau mau ngomong itu makanannya telan dulu napa" ucap Sarika menasehati

Sedangkan Rania hanya mengangguk saja

"Tapi gue juga heran sama lo ran, yang ngejalanin kan Trisha kok lo yang semangat" perkataan Sarika membuat Rania meminun jusnya sepertinya ia ingin segera membalas pertanyaan temannya itu.

"Nih ya Trisha kan pinter tuh cantik pula,baik,manis dan Revan juga termasuk anak yang berprestasi,
ganteng, baik juga, perhatian pokoknya cocok dehh beneran"

Sedang yang dibicarakan hanya mendengar kan kedua temannya itu

"Tapi jujur aja ya gue gak nyaman, gue ngerasa udah bohongin dia, dan gue sama sekali beneran gak bisa bohongin perasaan gue yang masih cinta sama mantan gue"
Trisha menghela nafas berat ia sungguh merasa terbebani.

"Terus sekarang lo sama Revan gimana?"

"Ya gue jarang bahkan selama sebulan ini kayaknya gak pernah chatinggan lagi sama Revan sar, dan gue ngerasa nyaman aja kayak gini malahan kalo dia yang chat gue, gue ngerasa terganggu banget" Trisha beneran lelah dengan semua ini.

"Hmm yang sabar ya sha, gue tau ngelupain cinta pertama lo itu emang susah apalagi lo bilang sering mimpiin dia" Rania mengusap punggung gadis itu.

"Tapi kok bisa sih lo ngerasa terganggu sama Revan, padahal waktu itu kalian ampir kayak gak bisa kalau gak chatting atau ketemu maybe.."

"Iya sar, gue sendiri juga bingung sama perasaan gue kadang kalau liat Revan sama temen sekelasnya gue ngerasa jealous tapi sekarang gue gak ngerasa terganggu mau dia deket sama siapa aja. Gue emang niatnya pengen ngelupain mantan dan coba buat nerima cowok yang mau deket ke gue cuma rasanya sia sia aja dia selalu hadir dimimpi gue, gimana bisa lupa coba?? Kayaknya dia gak rela gue pacaran sama cowok lain" ucap Trisha panjang lebar kemudian ia meneguk minuman Sarika hingga tandas yang langsung dipelototi oleh sang pemilik.

"Sorry punya gue udah abis" cengiran tanpa dosa ditunjukan Trisha

"Terserah" balas Sarika ketus

"Tapi jujur banget gue menikmati hidup yang kayak gini, bisa ketawa bareng kalian serasa beban gue ilang dan gak ada cowok yang membuat gue keganggu" perkataan Trisha membuat kedua temannya tersenyum

"Yah kita sih dukung yang terbaik aja buat lo sha, kita gak masalah lo mau deket sama siapa aja asalkan dia baik dan bisa buat lo bahagia" ucap Rania

"Ih kan jadi terhura.." ucap Sarika manja

"Haha lebay lo" Rania menoyor jidat gadis itu sedangkan sang empu memberenggut kesal.

"Terus apa keputusan lo?" tanya Rania

"Gue pengen mengakhiri ini semua tapi gue takut dia sakit hati walau pun kita gak jadian tapi seenggak nya gue pernah kasih dia harapan dan gue juga bakal ngerasa bebas kalau udah ngomongin ini ke Revan"

"Kapan lo mau ngomong?" tanya Sari

"Gue gak tau pengen nya sih secepatnya tapi gue bingung gimana cara ngomongnya"

"Tap- "

"udah gue gak mau bahas ini mending kita ke kelas bentar lagi bel"

Trisha berdiri diikuti teman temannya

-----

Disinilah Trisha berdiri didepan pintu bercat coklat yang bertuliskan Princess Addele

"Ayo masuk"

Trisha langsung nyelonong aja dan ia merebahkan dirinya di kasur empuk milik sahabatnya itu.

Yang punya hanya menggeleng kan kepala sambil mendecak kesal

"Kok lo lama banget sih buka pintu nya"

Gadis dengan rambut sepunggung yang baru mendudukkan diri dipinggiran ranjang itu pun menoleh kearah Trisha.

"Gue lagi ganti baju, dan gue juga punya firasat lo bakalan kesini itu sebabnya pintunya gue kunci karena gue kan tau kebiasaan lo yang gak suka ketuk pintu dulu dan main nyelonong aja masuk"

Trisha hanya memutar bola matanya jengah

"Kenapa lo?"

"Masalah cowok?"

"Lo emang paling pengertian deh del"

"Come on sha kita sahabatan dari TK masa gue masih gak ngerti lo sih"
Gadis bernama lengkap Addele Viona Pramitha itu mendengus kesal

"Hehe iya deh iya sahabatku tercinta, gue tau walau pun kita jauh dan gak satu sekolah tapi lo selalu deket dihati gue" ucap Trisha tersenyum manis

"Cih.. mulai deh alaynya" tapi tak lama kemudian Addele tersenyum juga

Yah memang keduanya bersahabat dari sejak TK sampai sekarang namun saat SMP kedua nya terpisah karena berbeda sekolah tapi mereka sering menghabiskan waktu saat pulang sekolah atau libur. Entah itu Addele
yang main kerumahnya atau seperti sekarang ini Trisha yang datang kerumahnya.

"Hmm kok jadi keinget Vanza sih" gumaman Trisha didengar oleh Addele

"Iya yah anak itu kapan sih kesini, terakhir kita ketemu 2 bulan yang lalu kan"

Trisha hanya mengangguk sebagai jawaban

"Eh lo belum jawab yang tadi loh"

"Ouh iya soal Revan, gue pengen ngomong kalo gue beneran gak bisa nerima dia tapi gimana"

karena Addele sahabatnya maka tak ada yang ia tutupi. Dan tentu saja ia lebih terbuka pada sahabat dari pada kepada kedua temannya Rania dan Sarika.

Addele dan Revanza atau akrab dipanggil Vanza adalah orang yang tau betul bagaimana sifat dan sikap seorang Trisha juga cerita hidupnya yang sudah ia lalui. Karena mereka bertiga bersahabat sejak kecil apalagi dulu Trisha dan Vanza tetanggan.

"Lo ngomong aja yang sebenarnya sha jangan ada yang ditutupin, gue rasa setelah lo cerita gimana sikap nya dia, gue rasa dia bakalan ngertiin lo kok gue yakin" Addele mengusap bahu sahabat baiknya itu.

"Lo yakin??"

"Gue yakin" Addele mengangguk mantap

*****
Hallo guys

Ini cerita aku yang ke dua
Semoga kalian suka ya😊

.
.
.
Jangan lupa tinggalkan vote and comment

TrishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang