🎂

261 58 1
                                    

Sasuke mengeluarkan kusanagi-nya secepat mungkin untuk menghalau ribuan jarum chakra yang menyerbu kearahnya. Kena satu saja dari ribuan jarum itu, aliran chakra-nya bisa lumpuh seketika. 

Menyadari Sasuke teralihkan oleh jarum chakra yang ia tebar, Hinata melesat cepat mendekati tubuh Sasuke dengan jyuken-nya.
Sayangnya, Sasuke jauh lebih cepat menghindari serangannya. 

Tanpa di sadari, kusanagi Sasuke telah terhunus dileher Hinata.

"Counter-attack, sayang." Sasuke terkekeh pelan sembari mengulum senyum kemenangannya untuk kesekian kali.

Hinata jengkel setengah mati dibuatnya.

"Arrgh! menyebalkan!" Hinata merengek. Hingga membuat Sasuke tidak bisa lagi menahan senyumnya.

"Kau butuh lebih banyak waktu berlatih lagi agar bisa mengalahkan ku."

"Ya, ya, ya.. terserah saja apa katamu tuan Uchiha, yang jelas malam ini kau tidur di luar." Balas Hinata cepat, sembari berbalik pergi meninggalkan Sasuke sendirian di hutan barat Konoha yang sepi.

'Tidur di luar katanya?! Astaga ... dasar perempuan!'

Sasuke hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya.

.
.
.

Sasuke mendesah lelah setelah mendapati rumahnya lagi-lagi dalam keadaan kosong sepulang ia menjalankan misi. 

'Masih mengacuhkanku, eh?' batinnya lelah.

Sudah hampir seminggu sejak kejadian saat latihan di hutan barat waktu itu, Hinata ternyata masih saja ngambek padanya. 

Jadilah, tidak ada Hinata dengan senyum manis yang menyambutnya sepulang kerja, atau pun sekedar menemaninya makan. Bahkan Sasuke nyaris seminggu ini tidak diperbolehkan masuk kamar selain untuk berganti pakaian.

Argghh!

Sasuke rasanya ingin meledak karena menahan gejolak hormon Uchihanya yang meronta minta dipuaskan.

Langkahnya kemudian menuju ke dapur. Berharap setidaknya melihat Hinata ada di sana, meski  harapannya sirna  dengan cepat karena dapur dalam keadaan yang sama lengangnya.

Meski begitu, di atas meja makan, sudah tersedia makan siang untuknya. Bahkan segelas jus semangka dingin terhidang. Menggoda tenggorokannya yang kering karena terpaan matahari musim panas yang menggila.
Tapi apa enaknya minum jus tanpa di temani Hinata? 

Sasuke mendesah lelah untuk kesekian kali. Hilang sudah nafsu makannya. 

Sasuke memilih pergi ke teras belakang rumahnya yang asri. Sejuk dengan berbagai pepohonan dan tanaman bunga hasil keterampilan berkebun Hinata. 

Ia merebahkan tubuhnya di kursi malas yang tersedia disana, dan angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan membuatnya mengantuk.
Sasuke jatuh tertidur dengan segera, bahkan tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu.

.
.
.

"-ke."

"Sasuke!"

Matanya terbuka sedikit.
Namun rasa kantuk itu membuat matanya memejam kembali dengan cepat.

Tubuhnya diguncang pelan. Kali ini dengan tambahan sensasi dingin yang menempel di kulit pipinya.

"Jeezz.. ayo bangun Sasuke." Ucap Hinata gemas. 

Mendengar suara Hinata, membuatnya mau tidak mau akhirnya bangun juga, tentu saja, ia tidak ingin membuat Hinata merajuk semakin parah.

Sasuke sudah bersiap mendengarkan ocehan sang nyonya Uchiha begitu ia membuka mata.
Tapi ternyata dugaannya salah.

Hinata malah menatapnya dengan senyum manis yang hampir seminggu ini absen menyapanya.

"Kau lupa untuk makan dan meminum jusmu, Sasuke". Hinata berkata dengan lembut.

Sasuke terbengong sepersekian detik. Otaknya sedikit melambat karena nyawanya belum terkumpul sempurna, sebelum akhirnya ia sadar dan buka suara.

"Kau... sudah tidak marah lagi padaku, Sayang?" Keningnya berkerut heran.

Hinata tertawa kecil, senyum manisnya mengembang semakin lebar. 

"U-um". Wanita itu menggeleng pelan. "Sebenarnya sejak lima hari lalu aku tidak marah padamu, Sasuke. Ini semua hanya karena tuntutan peran." terangnya hati-hati.

Alis Sasuke mengerenyit, tak paham.

"Outanjoubi omedetou, Anata." ucap Hinata sambil mengecup sekilas pipinya.

'Ahh... jadi ini gara-gara pesta ulang tahun?'

Ia akhirnya mengerti. 'Aku habis-habisan menderita dan berhari-hari menahan diri hanya untuk ulang tahun sialan ini?! Astaga Kami-sama....'

Sasuke tak habis-habis menggerutu di dalam hati.

Dengan cepat ia kemudian menyahut, "Yah... baiklah... terima kasih banyak sayang, aku sangat senang. Tapi kurasa kau harus membayar banyak setelah ini."

Sasuke menyeringai jahat, membuat hati Hinata kebat-kebit dibuatnya. 

"Ini sesi pertama." Katanya singkat sambil menyambar gelas jus ditangan Hinata dan meletakkannya di meja.
Sementara bibirnya langsung meraup bibir Hinata dengan ganas.
Tak lupa tangan kanannya merangkul pinggang gadis itu, sedang tangan kirinya meremas payudara kanan Hinata, gemas.

"Mmmhh...."

Desahan Hinata lolos seketika. Membuat Sasuke semakin agresif memperdalam ciumannya.

"Hei, Teme! bisakah kau menunda yang satu itu?"

Tiba-tiba suara Naruto terdengar nyaring menginterupsi kegiatannya.

Sasuke terkejut.

Ia bangkit dari kursi  lalu memberanikan diri melongok kedalam rumah, yang ternyata penuh dengan teman-temannya dalam formasi lengkap.
Mereka semua terlihat menahan tawa.

Naruto nyengir lima jari dengan wajah seolah tak berdosa. "Tanganku pegal terus-terusan memegangi kue ini, Teme." Katanya.

Tawa teman-temannya meledak seketika, riuh membahana memenuhi rumah. 

"Hei, Sasuke. Ternyata kau mesum sekali ya?" celetuk Ino.

"Hahahaha, sungguh tidak kusangka." Kali ini Kiba yang bersuara.

"Gairah masa muda mu tinggi sekali Sasuke!" Sambung Lee, heboh.

Tawa kawan-kawannya semakin menjadi.
Wajah Hinata bahkan sudah sangat merah karena menahan malu. Tidak menyangka hal mesum tadi akan terjadi.

Sementara Sasuke menyembunyikan wajah dibalik telapak tangannya.

Terbongkar sudah apa yang tersembunyi dibalik wajah stoic-nya selama ini.

'Astaga... Ulang tahun sialan!'

End

23 Juli 2017

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Surprise! Surprise!Where stories live. Discover now