Poelangkoeh

3 0 0
                                    

Hey-hoo yo-ayyooo...Hari demi hari berganti dengan pasti. Jarum jam masih komit berputar dari kanan ke kiri. Nasi uduk masih jadi primadona sarapan, pisang goreng menemani saat siang, dan kupi hitam murahan masih jadi teman mengarung kegelapan malam. Pagi-siang, siang-sore, sore-malam. Perputaran yang itu-itu juga yang saban hari kita temukan, dan dari situ kita dapat sedikit kesimpulan bahwa bumi masih berputar pada porosnya yang itu juga, enggan kemana-mana. Lebih dari itu, jika dia tergelincir sedikit saja, entah bumi dan kita seisinya akan menggelinding ke belahan tata surya mana. Entah nasib nasi uduk, pisang goreng dan kopi murahan yang tadi. Terlebih kita sebagai obyek dan subyek dari prodak tersebut.
Satu garis lurus yang tercipta dari kenyataan demi kenyataan tersebut, bahwa mau gak mau, suka atau benci, kita memang kenyataannya hanyalah makhluk yang ikut-mengikuti, dan cipta-mencipta hanyalah tiru-meniru yang disegarkan seolah selalu baru. Bumi tua ini juga tempat kita, bumi renta ini juga naungan kita, yang jangan kata mendapat gebugan dari luar, sandungan sedikit aja udah bisa membinasakannya. Dampaknya adalah Kita hingga curut di comberan pun akan sama leburnya.
Manusia dengan mimpi dan angan yang sejuta-juta, sok mencipta dan merumus, menerka dan meramu, merakit dan membentuk, dalam imajinasi saja hingga kini tak sanggup membayangkan satu alat untuk menjaga bumi agar terlepas dari bayang-bayang sandungan benda apapun di dalam tatasuryanya. Apalagi terhadap keutuhan bumi.
Fakta dan kenyataan yang ini memang harus dan kudu dikedepankan, agar kita sebagai makhluk yang kecil ini semakin sadar dengan kesengajaan kita diciptakan karena bagi sang maha segala, menciptakan manusia bukanlah satu keluarbiasaan.
Ditilik dari keadaan bumi yang begitu riskan dalam segala keadaan, perubahan demi perubahannya hanya sedetik atau bahkan kedipan mata benar-benar mengajarkan kita bahwa rangsekan kata legowo, lembo ade ataupun kata rumasa mesti bener-bener kita pahami sebetulnya. Muter dalam otak, terap dalam gerak, patri dalam hati. Bahwa kita dengan kata kehancuran atau mati berjarak hanya sekulit ari.
Segitu panjang sambutan, pengantar, selayang  pandang, sekapur sirih atau apapun namanya itu dalam obrolan kita yang entah akan dibawa kemana nanti, tapi itu Poin belakangan. Lebih dari itu potong aja sesukanya kalo emang gak ada manfaat apa-apa di dalamnya. Bebas tanpa pengcualian. Bebas sebebasnya, seperti kata para aktivis HAM yang selalu kita sanjung dan agungkan. Setidaknya, atau sedikitnya anggap saja kita sedang memberdayakan pola fikir, akal fikiran dan logika...otak. Sebagai wujud rasa syukur kita juga terhadap nikmat tuhan karena telah memberdayakan organ yang itu.
Hidup untuk kehidupan yang sebenarnya, mati hanyalah gerbang untuk pindah yang batasnya hanyalah pejaman mata.
"Lu ngomong apa sih ?" Kata suara nyaring di sudut samping. "Oi, ini benar-bener menggemaskan, jarang terjadi, agak susah-sedap dapetin momen lagi buat maki, hina, sampe nepuk pundak diri sendiri". Diri sendiripun perlu diingatkan juga rupannya.
Bumi yang tua, mati yang lekat, dan keangkuhan yang selalu terus perlu diingetkan, bener-bener menggelitik diri buat betul-betul menyadari semua kenyataan ini. Selalu, yang berarti terus-menerus tanpa benti.
Setidaknya sedikit anggukanpun udah cukup mengartikan bahwa pengantar tulisan ini bisa dipahami. Atauuuu..." lo belom paham juga ?"... Abaikan, itu lebih baik daripada lu scroll ke atas dan coba balik memahami, karena kalo lu lakuin itu, yang gua takutin lu berharap akan manfaat dari ini, sedangkan ogut menulis ini gak pernah mempertimbangkan harapan yang lu mau itu. Maaf.

Ogut pernah bangun pagi dalam tempat dan cuaca yang terkadang berbeda-beda. Meski terkadang hal yang mesti ogut lakukan setelahnya itu cenderung sama, juga masih di latar bumi dan hidup kita yang selalu rentan ini. Pembeda dari segala yang sama atau perbedaan utama dari segala yang beda di dalam bangun pagi adalah kata "harapan". Yaps. Harapanlah yang membuat pagi menjadi berbeda di dalam kesamaanya, dan utama di dalam perbedaanya. Walau pagi cenderung relatif, walau semangat terkadang turun naik.

Pagi waktu itu sedikit berbeda dari pagi sebelumnya. Boleh dibilang pagi yang belum pernah ogut rasakan sebelumnya. Obrolan di tengah lapangan semalam benar-benar masih mengungkung di dalam kepala. Meski dalam picingan bola mata yang belumlah loncer memendar ke kiri-kanan, ke atas-bawah...sarapan apa lagi ?...pasti belom.
"Perihal persiapan" itu kata kunci dari seabreknya obrolan semalam. Persiapan untuk apa ?...untuk hidup. Belum, belum ke arah untuk mati.
Semalam benak ogut benar-benar dipaksa agar diri ogut menggelandang fikiran sendiri ke beberapa tahun lalu oleh lingkaran di sebuah lapangan. Para mahasiswa yang selalu kurang begadang itu kali ini berhasil membuat ini menjadi tidak simpel.
Pertanyaan kenapa ogut mesti kesini, kenapa ogut mesti begini, hingga ujungnya sampai kapan ogut mengakhiri ini dan memulai sesuatu untuk kearah yang pasti. Terus-menerus bertubi-tubi memenuhi isi benak. Hingga di sepanjang jalan menuju rumah, membuka pintu dan mengakhiri kantuk.
Hijrah ogut kesuatu tempat yang hanya berjarak secuil jika disanding dengan kata mudik namun terlampau jauh jika teruntuk membeli bumbu dapur benar-benar berefek besar bagi diri ogut. Cita-citalah yang memboyong ogut kemari. Ah sepertinya Akan terlalu lumrah dan naif jika yang udah keluar adalah kata cita-cita, karena pasti di dalam prosesnya itu hanya akan ada jalan melintang, karang menghadang, dan batu terjal. Lalu akan Disembuhkan dengan perencanaan yang mantap, mental yang sekuat baja, dan raga sekuat gajah. Tuh kan, seketika dunia menjadi tampak begitu kaku dan klise kalo kita mengedepankan kata itu. Terlebih ujungnya-ujungnya atau hasilnya tak lain dan tak bukan, yaitu; kata-kata bijak. Baiklah kita gunakan saja istilah, dan istilah yg tepat adalah "ketakutan ogut akan masa depan suram". Yaps. Ogut rasa istilah itu lebih abstrak dan tak terkesan kaku. Kondisional dan tak terlampau statis. Dengan dasar tersebut, maka tak heran jika dalam pengejaran itu ogut menyingkirkan kesuraman pada masa ini. Jika masih bisa bersenang-senang hari ini, dan tak menghawatirkan untuk masa depan kenapa enggak ?...maka dari perjalanan mengejar istilah itu ogut merasakan banyak keadaan, juga dituntut untuk pandai meraba keadaan. Namun ogut tetap merasa lebih santai dan merdeka.
Di dalam kesibukan yang baru juga interaksi dengan orang yang baru, terkadang rasa penasaran ogut menjadi lebih meletup. Ditambah lagi jalinan pertemanan yang secara sengaja ogut bentuk terhadap sekitar membuat sekitar tanpa ragu menumpahkan apa yang dia punya dan ketahui. Perlahan dan terkadang tanpa sadar, ogut mendulang aneka pengetahuan baru, juga mempertegas keyakinan baik yang kemarenan. Tak lupa sebelumnya ogut haturkan terimakasih mendalam pada teman-teman lama karena berkat doi semua, atas transfer ilmunya saat lalu yang mampu membuat ogut tampil percaya diri untuk ambil posisi di lingkaran lingkungan yang baru, ataupun di lingkungan manapun tanpa terkecuali.

Angan dan harapan ogut dahulu, baik sebelum maupun setelah sekolah lanjutan, sedikit banyak ogut dapatkan dari hijrah ogut ke tempat baru. Dari tindakan ogut akan ketakutan terhadap masa depan. Ogut yang terlampau parno akan istilah "flat" benar-benar mengantarkan ogut buat meraih itu semua. Semua, walau cenderung kecil di mata orang lain nantinya, di saat setelah ogut jabarkan, tapi percayalah, dari dasar hati yang paling palung, itu adalah sebuah pencapaian indah yang pernah ogut lakukan.

Ogut pernah pengen jadi tukang las yang enerjik, mengkilap dengan keringat, cool dengan kretek di bibir beserta kepulannya, dipertegas dengan kacamata hitam yg dominan di wajah. Satu hal sederhana yang begitu ogut idamkan. Lambat laun, penerapan ogut adalah begini; jika kita benar-benar menyukai semangka, berhentilah menabung dengan tujuan dasar ingin memborongnya, tapi mulailah bergaul dengan petani. Maka semangka dari sebesar biji kwaci hingga sebesar helm MDS pun dapat kita nikmati senafsu kita. Yaps, cara itulah yang coba ogut terap dalam setiap angan. Perihnya gini, sebulanan lebih dikit ogut emban profesi teknik, mengelas, menggerinda, serta memalu. Keringat telah nyata membuat wajah ogut mencilak klimis, kretek di bibir, kacamata hitam nyangkut di atas jidat. Kekerenan yang terbayar. Di sela-sela kilauan bunga api, ogut tersenyum puas. Dabik dada dengan bangga, "gua dapet apa yang gua mau". Statemen ampuh, paling ampuh, bahkan keampuhannya hingga teruji dengan kaburnya pemborong itu, memboyong gaji ogut entah ke kantong mana dan siapa. Dari kejadian tersebut tersirat pesan moralnya adalah; kalo do'a jangan setengah-setengah.

Tukang las adalah sebagian kecil dari angan ogut yang terlaksana. Intinya, cukup banyak angan yang terbayar dan ogut dapatkan, hingga akhirnya ogut merasa lelah. Lelah, bukan lelah karena terlampau capek mengejar semua, atau enggan mengejar angan yang baru. Tapi lelah karena merasa semua yang ogut angankan dan tunaikan itu bukanlah sebuah goal atau inti dari apa yang memang ogut perlu dan butuhkan...loh, loh, kok sombong amat !!! Apa iya lu beneran dapet beberapa yang lo anganin ?...oi, coba simak tadi tentang buah semangka yang udah ogut tulis di atas. Cheers. Itu cara ogut, dan ampuh tanpa tanding. Yang lebih dalam, detailnya, posisi ogut saat ini kesimpulannua adalah diri ogut yang ogut inginkam pada saat lalu. Tapi toh, kepuasan tak pernah ogut genggam. Perencanaan malah ingin selalu lebih, pengejaran malah makin ingin menjauh, dan efeknya, nafsu buta menjadi semakin mengeras. Walaupaun angan kemaren tergenggam, tapi keadaan diri nyatanya Benar-benar gak beda dari pada saat lampau. Kesimpulan ogut, kalopun ogut telah mendapatkan semua angan kemaren, keadaan kepuasaan ogut pasti tak jauh dari ini. Selalu ingin lebih.

Kembali ke konteks bumi yang letoy, diperluas dengan keadaan yang membuat ogut lelah, plus obrolan kawan di sebuah lapangan di malam-malam. Ogut benar-benar merasa ingin berlaku sesuatu yang memang benar-benar mengarah ke tujuan yang sebenarnya, kalo boleh ogut pinjem celetukan emak "bali, lu cerita tempat yang ampe 2hari 2malem naek bis dengan kecepatan rata2 60Km/jam dan gua gak tau itu di mana, maranin apa, tapi iya gua percaya lu sampe di sana. Tapi pernah apa kaga jidatnya nyampe ke sajadah ?". Statemen atau pertanyaan yang, ah tau lah apa itu namanya. Intinya bener-bener menggedor dada, berkutat dalam hati dan sanubari. Neuron-neuron yang tersambung di dalem otak seakan putus tanpa kusut terlebih dahulu. Semua indera seakan terpasang percuma, umur dan dosa tetap tapi pengetahuan seakan bayi, dan kurang kasar untuk diistilahkan sebagai orang gila yang meracau. Permintaan emak begitu simpel, dekay dan sederhana, sedangkan angan ogut, semakin tinggi dan semakin besar, kenyataannya malah makin selalu makin menjauh. Menjauh dari rumah dalam artiam sebenernya, juga menjauh dalam artian kebenaran tujuan hidup.
Begitu halus emak Menggerinda kasarnya kesiaan yang selama ini gua yakini dan ingin terus gua kejar. Terlampau lembut batin ini dibelai, mengesankan dan mengedepankan istilah hidup itu sederhana, tak perlu bercucur keringat dan darah buat mengejarnya. "Mak ajarin ngomong lagi mak !!! Kayak dulu, sampe mulut saya ileran ngikutin". Seketika buku2 pidato dan novel yang kaya akan pengetahuan dan pengalaman serta memaktub kiat-kiat menjadi pembicara yang lihai memuai dari ubun-ubun.

Ogut ingin pulang, ingin belajar berbicara, ingin santai apa adanya. Kefanaan begitu memukau yang kilaunya mengerlingkan, pengejaran selalu-lah melelahkan. Sedangkan bumi yang riskan dengan segala hal, dengan gebukan dan apapun itu masih memutar terus walau tanpa resep patrian tukang las terlihai dari belahan manapun. Segala yang simpel terkadang perlu dikedepankan, kita perlu mengutamakam keefektifan. Berjalanlah ke depan rumah, naik juga ke atapnya, dan lihatlah begitu banyak kenyataan yang ditawatkan dunia. Ayo hampiri orang tua dan mengobrollah, hampiri tetangga, mengobrol dengan teman kecil,  dengan orang-orang tua. Hiduplah dari pengejaran-pengejaran yang terdahulu, bukan mendahulukan segala pengejaran agar dapat terus hidup.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 02, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

POELANGKUWhere stories live. Discover now