1

3 0 0
                                    

"Bangunlah, kau akan ketinggalan bus ke sekolah" 
Perempuan paruh baya itu memasuki kamar anak gadisnya dan mulai membuka jendela untuk membiarkan matahari membangunkan anaknya.
"Oemmaaaa.. aku tidak enak badan, bolehkah aku tidak pergi ke sekolah??"
Jung a yang awalnya akan berjalan keluar kamarnya langsung berbalik arah dan mendekati putrinya yang masih tertidur di kasur lantainya itu.
Lalu menyentuh jidat gadisnya dan menepok dengan keras.
"Bangun atau ku bunuh kau!!"
"Oemmaaa..."
"Berhenti merengek seperti bayi, kau sudah 17 tahun"
Jung a meninggalkan putrinya yang masih merengek untuk tidak pergi ke sekolah itu.

"Mana ji a?"
Seorang laki-laki berumur 40 tahunan sudah duduk dilantai menghadap meja makan yang sudah ada beberapa menu sarapan.
"Yak!! Ji a cepatlah appamu bisa terlambat karena ulah mu!"
"Oo nee"
Gadis cantik itu berjalan menuju meja makan, dengan baju sekolahnya yang memang terlihat sangat kucel dengan rok sedikit diatas lutut. Dan tak lupa tas punggungnya di tangan kanannya.
Mereka menyelesaikan makan pagi dengan tepat waktu.

Saat bersiap-siap di ambang pintu rumahnya, untuk berangkat menjalani aktivitas masing-masing sepertinya ji hyuk baru menyadari kalau putrinya sedang tidak baik-baik saja.

"Lihatlah wajah gadis cantikku ini, kenapa sangat masam? Lihatlah matahari pagi jadi masam juga rasanya"
"Appa, kau pernah mengatakan aku boleh meminta apapun di ulang tahunku yang ke 17 kan?"
"Katakan, katakan.. apa keinginanmu?"
"Berikan aku izin untuk menjadi idol, Ya appa ya??"
"Yak!! Jangan berbicara hal yang tidak mungkin!"
Belum sempat Appany menjawab, ternyata jung a yang berdiri dibelakangmereka dengan kedua tangan di pinggangnya sudah lebih dulu mengoceh

"Memangnya ada agensi yang menerimamu? Ahahahahaha"
Appa memang terdengar mengejekku, tapi ternyata jawaban selanjutnya membuatku bersemangat
"Boleh saja asalkan kau lolos audisi"
"Oe jinjja? Gomawo Appa"
Ji a yang merasa berhasil mendapat lampu hijau langsung memeluk Appanya dari samping.
"Ji hyuk a, apa kau gila? Sangat disayangkan kalau uang kita harus digunakan untuk hal-hal seperti itu"
"Oemma, ada agensi yang siap menerima trainee tanpa harus membayar, apa kau tak tahu itu??"
"Jangan percaya kata-kata agensi, mereka memancing untuk membuat kita mengeluarkan banyak uang"
"Aniya..."
"Ayo, kita bisa membicarakan nanti, kau akan dihukum kalau terlambat"
Appa berjalan didepanku sedangkan oemma masih sibuk mengunci pintu rumah.

Jalan dari rumah ke halte cukup jauh, dan ketiga orang ini masih berjalan bergandengan, pastinya ji a berada di tengah-tengah appa dan oemmanya.

"Oemma boleh ya? Ya oemma ya? Aku akan membelikanmu rumah yang besar kalau aku menjadi artis nanti"
"Aniya"
"Boleh ya"
"Aniya"
"Oemma.."
"Yakkk"
"Boleh ya? Ya ya ya??"

Ji hyuk yang mendengar pembicaraan antara ibu dan anak itu hanya bisa tersenyum.
Saat sampai di pertigaan jalan jung a berpisah dengan anak dan suaminya, karena swalayan tempatnya berkerja berbeda arah dengan halte bus.

Kini hanya ada ji a dan ji hyuk
"Appa nanti appa bantu aku membujuk oemma ya, agar aku mendapat izin darinya"
Ji a sekarang gantian merengek ke appanya. Namun appanya hanya tersenyum tanpa melihat ke arahnya.
Mereka berjalan menuruni jalanan yang cukup miring itu, tapi ji a tak berhenti merengek kepada Appanya sambil mengalungkan tangannya di lengan milik laki-lakinya itu.

Sesampainya di halte ji a masih merengek untuk meminta bantuan Appanya
"Appa kumohon, bantu aku. Ne??"
"Lihatlah orang-orang memeperhatikan tingkahmu"
"Ahh.. appa kumohon"
"Busmu sudah datang, berangkatlah"
Sambil melihat kearah bus didepan mereka.
"Nee..."
"Sampai jumpa appa"
"Belajarlah dengan benar, akan kubelikan kau kue beras"
Sambil tertawa terbahak-bahak. 

Didalam bus ji a masih memikirkan bagaimana cara mendapatkan izin dari oemmanya, semua cara dan rayuan manis sudah pernah dia lakukan tapi tak ada satupun yang berhasil.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 19, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Idol For AppaWhere stories live. Discover now