Chapter 1

7.8K 80 3
                                    

Luna Natasia wanita berumur 22 tahun saat ini sudah berpakaian rapi, pagi ini ia akan interview bekerja. Luna berharap kali ini lamaranya diterima karna ia benar benar membutuhkan pekerjaan ini sebab setelah bekerja dan memiliki uang Luna berencana akan pindah rumah karna ia sudah tidak tahan mendengar desahan dan keintiman kakaknya bersama pria yang ia cintai.

Luna segera keluar untuk menyapa sang kakak Bela dan suaminya Raka."selamat pagi" sapa Luna dengan ceria mencium pipi kakaknya karna Bela lah keluarga satu satunya Luna karna kedua orang tua Luna kecelakaan mobil 5 tahun lalu saat ia masih SMA.

"Adik tersayang kakak sudah cantik dan rapi" Bela menatap takjub kearah adiknya yang sudah rapi dengan setelan ala ala kantor untuk interview.

"Iya kak, semoga saja aku ke terima kali ini. Karna aku tidak mau membebani kalian berdua" jujur Luna melirik sekilas Raka yang sedang duduk memakan rotinya tidak terusik oleh keberadaanya. Sedangkan Bela sedikit kesal karna adiknya selalu berkata seperti itu.

"Kami tidak merasa dibebani olehmu sayang. Justru kami sangat senang kamu disini berarti kakak ada temannya" sangkal Bela karna memang ia sangat senang adiknya berada dirumahnya yang besar ini.

"Benarkan sayang" tanya Bela kepada Raka yang serius memakan rotinya.
"Hmm.." saut Raka dingin. Ya sifat pria itu memang begitu. Dingin datar tidak tersentuh hanya Bela yang bisa meluluhkan Raka maka dari itu mereka sungguh serasi betapa kejamnya ia kalau sampai mencintai kakak iparnya itu.

Luna segera merubah ekspresi sedihnya karna melihat pria yang ia cintai sangat dingin kepadanya. Memangnya ia siapa? Batinnya miris.
"Kalau begitu aku pamit dulu kak. Takutnya kesiangan" pamit Luna tetapi ditahan oleh Bela.

"Lebih baik kamu bersama Kak Raka saja Lun. Kakak takut kamu kesiangan karna lama menunggu taksi" saran Bela tetapi ditolak oleh Luna.
"Pokoknya kakak tidak mau tahu. Kamu harus ikut sama Raka" final Bela membuat Luna semakin sulit mengendalikan perasaannya kepada kakak iparnya itu.

"Sayang kamu bisa antarkan sebentar Luna kekantor kan? Kalau kamu telat sebentar tidak apa apakan karna kamu kan bosnya?" pinta Bela kepada suaminya.

"Oke" Raka berkata dengan senyuman dan langsung mencium bibir Bela. Luna langsung memalingkan wajahnya tidak mau melihat adegan menyakitkan untuknya. Hati Luna langsung sesak karna melihat itu setiap pagi karna itulah ia ingin segera bekerja dan pindah rumah saat mempunyai uang nanti.

"Aku berangkat bekerja dulu sayang." pamit Raka diikuti oleh Luna. Mereka berdua memasuki mobil Raka.
Keheningan terjadi didalam mobil tersebut. Luna tidak tahu harus berkata apa ia hanya bisa diam menatap jendela mobil meresapi aroma parfum yang Raka pakai saat ini.

Aroma memabukkan yang bisa membuat Luna gila dan mendambakan Raka kakak iparnya.
"Jangan melamun" Raka berkata dengan dingin membuat Luna tersentak kaget."jangan menyusahkan kakakmu aku tidak ingin orang yang aku cintai kelelahan karna mu cukup dia kelelahan karna melayani ku saja"

Luna ingin menangis mendengar kata kata pedas dan menyakitkan dari Raka entah kenapa pria ini selalu saja berkata seperti itu. Kapan ia membuat kakaknya lelah? Setaunya ia selalu membatu membereskan rumah bersamanya kalau bibi sedang tidak ada dan selalu membatu memasak. Soal uang? Iya karna ia belum bekerja jadi kakaknya selalu mentransfer uang kepadanya untuk keperluan kuliah dan sehari hari.

Apa Raka tidak rela aku memakai uangnya? Karna uang kakaknya adalah pemberian dari suaminya Raka.

"Maaf kak" hanya itulah yang Luna bisa katakan untuk saat ini karna hatinya sangat lelah selama 3 tahun ini hidup bersama kakaknya Bela dan Raka.

Raka hanya bisa mendengus karna terlalu sering wanita ini berkata maaf dan maaf.

"Sudah sampai" Raka berkata dengan datar sesampainya mereka diperusahan yang Luna lamar.

Brother In Law (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang