Dari Balik Jendela

453 42 5
                                    

Langit sudah semakin cerah saat aku terbangun dan melihat ke arah jendela. "Huh, aku harus pergi ke sekolah," dengusku dalam hati. Aku mengambil handuk coklat dan beranjak ke kamar mandi. Sehabis mandi, aku memakai seragam sekolah dan segera turun ke lantai bawah untuk bersarapan dengan ibu. Tentu saja aku harus mengisi tenaga sebelum melalui hari yang berat di sekolah, terlebih saat ini aku sudah memasuki tahun terakhir sebelum kelulusan.

Sesampainya di sekolah, aku langsung memasuki ruang kelas. Bangku di sampingku masih kosong, sepertinya dia belum datang. Dia itu adalah Itachi Uchiha, teman sebangku-ku dan... aku menyukainya. Aku sudah menyukainya sejak kecil. Ya, kami sudah berteman sejak kecil karena kami berasal dari klan yang sama, Uchiha. Itachi merupakan anak dari pemimpin klan Uchiha, tentu saja, Itachi mewarisi kharisma ayahnya. Dia sangat populer di kalangan para gadis di sekolah.

Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa menyukainya. Mungkin, karna wajahnya yang menawan, mata onyx-nya yang tajam, hidungnya yang mancung, atau bibirnya... Entahlah, aku menyukainya begitu saja. Terkadang, cinta tidak butuh alasan kan?

Dari pertama sekolah, aku selalu duduk bersebelahan dengannya. Tempat duduk di kelas kita tidak diatur, tetapi, dia yang ingin. Mungkin karna dia populer, dan malas berurusan dengan para gadis tak dikenal yang selalu berlebihan memujanya. Dia selalu mengajakku duduk di barisan bangku dekat jendela. Alasannya, karena dia suka melihat ke jendela. Aku mengikuti saja.

Tiba-tiba, sosok Itachi datang dari luar pintu, melihat kehadirannya saja sudah ingin membuatku tersenyum. "Pagi Izumi, tumben kamu pagi-pagi udah di sekolah," tegur Itachi. Aku hanya bisa tersenyum, aku tidak tahu harus berkata apa. Seorang Itachi yang aku sukai, menegurku dengan kata-kata selamat pagi, itu sangat membuatku salah tingkah.

Itachi membalas senyumanku, tampaknya dia senang melihat wajahku yang terlihat sangat bodoh ini. Apakah separah ini aku menggilai seorang Itachi? Aku pun juga tidak tahu. Seketika, Itachi menduduki bangku di sampingku, dan melihat ke arah jendela.

Aku bingung, kenapa Itachi sangat senang melihat ke arah jendela, apa di ujung sama Itachi sedang melihat seorang gadis lain? Huh, aku hanya gadis biasa, mana mungkin Itachi menyukaiku, itu hanya pikiran bodoh yang sering terlintas di otak-ku. Walaupun berasal dari klan yang sama, tetapi posisi kita berbeda. Itu jelas.

Sebenarnya, aku tidak mau momen ini hilang begitu saja, momen saat aku dan Itachi hanya berdua di kelas. Namun, sayangnya, kelas mulai penuh dan Pak Danzo sudah siap mengajar. Pak Danzo adalah salah satu guru yang menyeramkan di sekolah ini, entah karena wajahnya, atau apanya aku tidak tahu.

Selama jam pelajaran pak Danzo, Itachi hanya mengabaikan dan melihat ke arah jendela. Itachi sudah ditegur 2 kali hari ini oleh pak Danzo karna tidak memperhatikan pelajaran, tetapi, Itachi tetap mengabaikannya dan melihat ke arah jendela lagi.

Aku semakin curiga, apa yang dilihat oleh Itachi, entah kelas di ujung sana, atau ...? Ah, aku tidak tahu, aku bahkan tidak berhak melarang Itachi menyukai orang lain selain aku. Aku tahu itu hal bodoh, tetapi, yang aku inginkan hanyalah ... dicintai oleh seorang Itachi.

Di pikiranku selalu bertanya-tanya, apa yang Itachi lihat? Aku pun menoleh ke arah jendela, di seberang sana terdapat kelas XII-1, apa Itachi menyukai seseorang di kelas itu? Tidak mungkin, tapi mungkin saja, ah rasanya aku ingin berteriak di depannya, dan memberi tahunya kalau aku sangat sayang kepadanya.

Saat jam pelajaran usai, aku menanyakan langsung kepada Itachi, sebenarnya apa yang dilihatnya di seberang sana, tetapi, Itachi hanya menjawab, "Nanti juga kamu tau kok". Sungguh, aku ingin menangis, tetapi, air mataku tidak akan mengubah rasa sayangku sedikit pun untuknya. Dan, dengan air mataku ini, tidak akan bisa mengubah perasaan Itachi untuk menyukaiku. Sungguh, aku ingin menjauhi Itachi, sangat ingin!

ONE SHOT ITAIZU / SHORT STORY ITAIZUWhere stories live. Discover now