Buy

2.2K 164 43
                                    

Setelah selesai dengan tugasnya, sang CEO tampan ini langsung meregangkan otot-ototnya. Cukup sulit juga menjadi CEO ternyata. Di mana Ia harus bisa membawa nama perusahaannya agar lebih terkenal dan juga maju. Belum lagi dirinya yang harus menjadi wajah dari perusahaannya.

Ya, dia sih mau-mau saja. Karena tampan, begitulah batinnya.

Ia lantas melihat ke arah jam dinding, menunjukkan jarum pendek pada angka sembilan lebih ke atas sedikit sementara jarum panjang jam menunjukkan ke arah tepat di angka sebelas. Ia lantas mengemas barang-barangnya. Memasukkan beberapa dokumen, mematikan laptopnya lalu memasukkannya ke dalam tasnya.

Membiarkan pakaiannya yang sedikit terbuka, dengan jas hitamnya yang tidak dikancingkan, tiga kancing atas pada kemeja putihnya Ia biarkan terlepas begitu saja, dasinya yang cukup berantakan, dan hanya celana hitam cukup ketatnya saja yang masih rapi.

Sesaat ingin melangkah untuk pulang, Ia teringat sesuatu. Jalang yang Ia pesan sudah habis masa berlakunya. Ya sialnya Ia tak bisa memuaskan hasratnya malam ini. Mau tak mau, Ia memilih untuk pergi ke tempat biasa Ia membeli jalang.

Ini adalah sebuah rahasia miliknya, di mana Ia akan bermain dengan para jalang dan sekaligus menyewanya. Tak ada yang mengetahui hal ini karena banyak orang yang memanggilnya polos, dan mereka yakin akan itu.

Melangkahkan kakinya di koridor yang sepi dan hanya diterangi dengan cahaya lampu pada plafon. Menatap ke depan dengan tatapan lapar akan inginnya memuaskan hasratnya secepatnya.

Tubuhnya semakin terasa panas ketika mengingat bagaimana cantiknya lekuk tubuh yang selalu Ia beli. Ia tak pernah salah pilih dalam membeli seorang pelacur.

Melesak ke dalam lift sesaat Ia memencet call button, lalu memencet tombol paling bawah pada floor button dan setelahnya, lift pun tertutup. Menunggu dalam lift sendirian diiringi musik ringan untuk menenangkan para karyawan yang sibuk bekerja pada perusahaan ini.

Kembali, Ia teringat mengenai lekuk tubuh yang sialnya seksi dimatanya. Ia lantas mencoba mengalihkan pandangannya kepada ponselnya. Berusaha menenangkan dirinya dan menahan dirinya untuk tidak menerkam karyawan miliknya. Terutama salah satu karyawan yang bernama Baek Sumin.

Dan sialnya, Baek Sumin adalah sekretaris miliknya. Jadi mau tak mau Ia harus menahan hasratnya untuk menerkam sang sekretaris. Jika mengingat kembali masa lalunya di saat Ia bekerja. Sumin selaku sekretarisnya ini seperti selalu mencoba menggodanya. Dengan berpakaian mini serta seksi.

Di saat tengah mencoba menyingkirkan pemikirannya, lift terhenti pada lantai empat puluh sembilan. Ngomong-ngomong, lantai di perusahaannya ini terdapat sekitar enam puluh lantai. Pintu lift pun terbuka. Sialnya bagi CEO tampan ini, Ia harus berurusan dengan wanita yang sedari tadi mengangguk pemikirannya.

"selamat malam tuan" ucapnya sembari tersenyum.

Sang pemilik perusahaan membalas senyumannya canggung sembari membungkuk. Lalu menggeser tubuhnya agar ada ruangan di dalam lift. Ia pun mengedepankan tas jinjingnya agar gundukan yang terbuat tertutupi. Namun sial, mungkin Ia terlambat karena Sumin sudah melihatnya terlebih dahulu.

"kau sepertinya kelelahan ya?" tanya Sumin sembari tersenyum penuh makna, namun kedua netranya tidak menatap pria di sampingnya.

Soobin terkejut dan sontak menoleh lalu mengangguk ragu "y-ya... begitulah, menjadi CEO cukup sulit"

Wanita itu terkekeh lalu menatap sang pemilik perusahaan "kau membutuh bantuanku?"

Sang CEO tidak mengerti apa yang dimaksudkan sang sekretaris di sebelahnya ini. Mungkin ingin menawarkan bantuan untuk meringankan tugasnya? Atau yang lainnya? Entahlah, Ia ingin mengangguk saja rasanya jika itu benar-benar mengenai pekerjaannya. Namun jika itu benar, dan mengingat bahwa Sumin adalah sekretarisnya, maka Ia menolak.

Daddy's PleasureWhere stories live. Discover now