Rasa sakit apa yang lebih perih dari sebuah pengkhianatan? Terlalu sulit kuungkap lewat kata. Nyatanya, rasa sesak masih saja tersisa dalam jiwa. Miris. Di saat hati sudah memilih mempertahankan, tapi kenyataan lagi-lagi tak sejalan. Air mata rasanya sudah lelah untuk jatuh, lelah akan perjuangan yang rasanya seakan disia-siakan. Bodoh. Bagaimana bisa aku tak mengetahui ini? Apa sebodoh itu aku pada kenyataannya? Mengapa keinginan selalu saja bertolak belakang dengan kenyataan? Se-tak rela itukah takdir melihatku bahagia sampai menyiapkan alur cerita sedemikian menyesakkan? Teriakan tak terima yang terus kuserukan tak akan bisa melampiaskan seluruh lara. Semuanya terlalu menyakitkan, Tuhan. Ingin rasanya menjauh, entah sampai ke tempat atau alam lain. Perpisahan tersenyum lembut di depan. Hasratku mengiyakan akan hal itu. Tapi, ada 'sosok' yang tak boleh jadi korban akan egoisku. Mimpiku runtuh bersamaan dengan datangnya lara yang menusuk keras hati yang semula bahagia. Rasanya menyesakkan, sosok yang dipuja, nyatanya malah mendua. Kolaborasi dengan @NiaRamadani21