CERITA MASIH LENGKAP. JANGAN LUPA FOLLOW, YA❤ ✍️✍️✍️ "Sebenarnya mau kau apa?!" geram Haura sambil melangkah mundur, tetap hati-hati dengan tangan merambat di pohon-pohon yang hampir berdempetan. "Mengulang malam itu." Haura mengernyitkan dahi. Mencoba menerka-nerka tapi sama sekali tidak menemukan jawaban. "Mungkin kau harus diingatkan lebih dulu baru tahu siapa aku." Lelaki itu melangkah mendekat. Tersenyum puas di balik maskernya melihat wajah ketakutan Haura. Haura masih terus mundur, sesekali menoleh ke belakang mencari celah untuk kembali berlari. "Kemarilah, Haura!" "Tidak!" Masih terus hati-hati Haura mundur, tapi ranting pohon patah justru menggores lengannya. Haura memekik, reflek memegang lengannya yang kini mengeluarkan darah. Lelaki itu mendekat lebih cepat. Mengunci tubuh Haura dengan kedua tangannya. Haura memberontak, tapi tenaganya jelas kalah telak dengan lelaki itu. Petir di langit berkilatan. Memberi terang hutan yang mulai gelap karena sore segera menghilang digantikan malam. "Hahaha ayolah, Haura!" Lelaki itu mulai mencium rambut Haura dan turun ke leher. "Siapa kau sebenarnya?!" Di sela ia melawan, Haura masih bisa berteriak. "Sudah kubilang, kita ulangi malam itu, maka kau akan ingat siapa aku." "Jangan bertele-tele, Brengsek!" "Kau manis." Lelaki itu mulai menjilat leher Haura, membuat Haura memekik dan terus memberontak. "Apa kau ingin aku bermain secara kasar?" Lelaki itu mendorong secara kasar tubuh Haura hingga membentur tanah basah. Haura menggigit bibir karena sakit di tubuhnya. Belum sempat ia bangun, lelaki itu sudah lebih dulu menindihnya. Kembali beringas menciumi setiap inci leher Haura. Haura ingin sekali menangis kali ini. Ia sudah berjanji tidak akan memberikan tubuhnya untuk lelaki asing lagi. Tapi lagi-lagi takdir justru kembali menyeretnya menemui peristiwa yang tak diinginkan.