"Yang mengendalikan raga itu emosi, dan yang mengendalikan jiwa itu pikiran." Ucapan Eyang terdengar sangat jelas di telingaku. Saat aku mulai sadar dan kembali memusatkan pikiranku pada satu titik, raga. Cepat atau lambat, aku harus kembali pada raga asliku yang saat ini sedang tertidur, sedangkan jiwaku sekarang masih berkeliaran disekitarnya. Roh diriku keluar. Eyang mengatakan, ini adalah bentuk karma kekuatan jahat yang dikirim padaku oleh orang anonim, yang mungkin orang itu tidak senang dengan keberadaanku. Karena hal itu, aku berjuang untuk bisa kembali hidup tanpa merasakan hal jahat yang menyerang tubuhku dengan berbagai kesakitan. Namun ternyata, semuanya tidak semudah yang aku pikirkan. Hal yang datang ini bukan hanya terkait pada diriku, melainkan hasil yang dimulai oleh Eyang sendiri.