Renjun tidak pernah bermimpi bahwa dirinya akan dicintai putra mahkota dengan teramat dalam. Baginya, hidupnya adalah milik kerajaan, milik negara. Bahkan saat kerajaan memilihnya menjadi pendamping putra mahkota, Renjun tetap menjadi yang paling depan saat musuh mengacungkan pedang. Sebab, dari awal, tubuhnya bukan miliknya sendiri.