Di bawah langit yang hampa, kita menjalani hidup dalam kegelapan yang tak terhingga. Sepanjang jalan yang tak bertuan, kita tersesat di antara bayang-bayang yang mengintai, tanpa arah yang jelas, tanpa tujuan yang pasti. Kota yang seolah-olah hidup, namun sebenarnya mati, menjadi saksi bisu dari kehampaan yang melilit kita. Cahaya-cahaya neon yang menyilaukan hanya menyoroti kekosongan dalam diri kita, mengungkapkan betapa kita hanyalah hantu-hantu yang mengembara di dunia yang penuh dengan kepalsuan. Malam yang gelap seperti hati kita yang kosong, tak lagi berdenyut dengan harapan atau makna. Hidup terasa seperti kutukan yang tak terucapkan, mengikat kita dalam siklus tak berujung dari keputusasaan dan kekecewaan. Kami, manusia-manusia terbuang, berjalan menuju takdir yang tak terhindarkan, menuju kehampaan yang menanti di ujung jalan. Di sini, di antara reruntuhan mimpi-mimpi yang hancur, kita menemukan keindahan yang pahit, menyadari bahwa dalam kegelapan terdapat keajaiban yang tersembunyi. Namun, keajaiban itu hanya memperdalam rasa sakit kita, mengingatkan kita akan betapa sia-sia usaha kita untuk mencari makna dalam kehampaan yang tak terbantahkan. Dan di akhir segalanya, kita hanya akan menjadi debu yang terbang bersama angin, terlupakan di antara kesementaraan yang tak berarti. Peringatan: Konten ini mengandung unsur-unsur yang mungkin tidak sesuai untuk semua pemirsa. Penulis tidak bertanggung jawab atas gangguan psikologis yang mungkin timbul akibat membacanya. Tolong pertimbangan terlebih dahulu sebelum membuka konten tersebut.