09 gila

290 53 13
                                    







"Ayo nikah!" dengan menjentikkan jari nya dan tersenyum cerah.

Gila, cewe ini gila dengan mudahnya mengajak nikah seperti mengajaknya bermain gundu batin Yeonjun.

Yeonjun, memijat pelipisnya sedikit pusing mendengar ucapan Yeji barusan, memang sih hidupnya akan terjamin jika menikah dengan Yeji, pasti. Bahkan sampai tujuh turunan mungkin pun pasti akan terjamin.

Bukan Yeonjun tidak mau tapi Yeonjun saja baru saja mengenali Yeji, dan juga bukan karena Yeji sedang terlibat dengan skandal baru tadi pagi yang belum jelas benar atau salah.

Tapi Yeonjun ingin bersama dengan orang yang ia cintai bukan dengan harta, untuk apa harta jika dirinya bisa mencarinya.

"Gini ya nona Yeji yang terhormat, saya aja gak mau jadi pacar bohongan, apalagi nikah. nikah itu butuh cinta dan penghasilan nanti nona makan apa kalo nona nikah sama saya? Masa nona yang bekerja dan saya jadi pengangguran."

"gapapa. Selama gua punya harta kita bisa hidup kan?" ucapnya lalu dibalas dengan Yeonjun nada tinggi

"Nona yang bener kalo ngomong!!"

"Nona. kebahagiaan dan cinta tuh penting daripada harta" lanjut Yeonjun kian melemah suaranya.

"Kebahagiaan bisa di beli pakai uang jun," balas Yeji.

"tapi cinta gak bisa nona!" Bentak Yeonjun.

"Cinta buat apa?, Bomin pergi juga walaupun gua cinta sama dia. Oh—" Suara getar Yeji kini didengar oleh Yeonjun.

"Apa yang di ucapin Bomin bener?. gua bukan cinta sama dia tapi wanita penggila harta—" Yeji menolehkan kepalanya melihat iris mata Yeonjun dengan samar karena matanya dipenuhi dengan genangan air yang sedikit lagi akan tumpah.

"Apa dia gak mau sama cewe yang gak bener kaya gua? Suka keluar masuk klub cuma buat mabuk?"

"—Bener kan?" tanya Yeji memastikan pada Yeonjun, mungkin.

Yeji sedikit terkekeh membiarkan air matanya lolos begitu saja dari pelupuknya, Yeonjun kini mengerti ucapannya salah tadi.

Yeji menundukkan kepalanya yang ditopang oleh kedua tangannya mengubur wajahnya, merasa kasihan dengan persoalan cintanya yang tak terbalaskan.

Yeonjun bingung harus berbuat apa, ia menyesal telah tubir dengan Yeji hingga Yeji menangis seperti ini.

"Maaf nona. Saya salah," namun itu tidak membuat Yeji segera tenang.




Grep

Yeonjun membawa tubuh Yeji kedalam pelukannya. Lalu mengusap-usap punggung Yeji pelan guna menenangkan.

"Beneran hiks.. gak hiks... Mau nikah? hiks... Yaudah jadi pacar hiks... Bohongan Gua aja hiks... " Ucap Yeji.

Bukannya menjawab pertanyaan Yeji, Yeonjun justru tangannya beralih ke kepala Yeji mengelus-elus hingga tenang.

"Apa untungnya?" Balas Yeonjun setelah menunggu Yeji berhenti menangis, jujur ia sedih jika ada perempuan menangis dihadapannya, maka dari itu Yeonjun sangat jarang dekat dengan perempuan selain ibunya dan dua sahabatnya.

"Bahagia?, Engga bukan itu, eung... uang?, atau oh!—Lu bisa minta apa aja ke gua" ucap Yeji dengan antusiasnya, tetapi wajah sedihnya sama sekali tidak tertutupi.

Yeonjun mendengus bukan harta maneh, lagipula kanggo naon harta.

"Ayo lah. mau kan? Atau Lo mau gua pecat?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

completarse ^ YeonjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang