E.10

3.6K 458 99
                                    

Sudah dua bulan berlalu sejak kejadian ulang tahun Jimin. Jimin kembali seperti biasa. Ahh, atau mungkin mencoba kembali seperti biasa. Setidaknya itulah yang terlihat oleh Taehyung. Saat ini, mereka sama-sama sedang berada diruang latihan. Latihan dance untuk kompetisi yang satu minggu lagi akan mereka hadapi. Taehyung melihat skill Jimin dari balik layar ponselnya yang sedang merekam tarian Jimin.

Taehyung akui, skill Jimin dalam dance memang tidak main-main. Taehyung tahu tujuan Jimin melakukan kompetisi ini adalah semata-mata untuk Hoseok. Kakaknya. Meskipun Taehyung tahu, Jimin justru malah ingin bernyanyi dibanding dance. Taehyung bahkan sempat bilang pada Jimin agar ia menjadi penyanyi saja dibanding penari. Tapi, dengan entengnya Jimin berucap "Zaman sekarang, K-Pop sudah merajalela. Aku bahkan bisa bernyanyi sambil menari."

Benar juga, zaman sekarang, bisa dibilang K-Pop sudah menguasai seluruh dunia. Namun, jika Jimin suatu saat bisa meraih semua itu, apa Jimin bisa menghadapinya? Mengerjakan sesuatu yang bukan keinginan Jimin? Semoga saja kebahagiaan selalu berpihak pada Jimin. Itulah doa dari Kim Taehyung.

"Bagaimana?" Lamunan Taehyung buyar saat Jimin datang menepuk bahunya. Taehyung memberikan botol minum untuk Jimin yang masih menetralkan napasnya yang terengah setelah menari.

"Sudah bagus. Kau lihat saja sendiri." Taehyung menyodorkan ponsel yang tadi dipakai untuk merekam Jimin.

"Yaa! Aku bertanya! Penampilan sendiri itu harus dinilai orang lain. Bukan diri sendiri."

"Ingat terakhir saat aku mengkritikmu? Kau bahkan bilang aku tidak tahu apa-apa tentang dance!" Taehyung berdecih. Kesal dengan sahabatnya yang satu itu. Jimin terkekeh. Merasa sedikit bersalah saat ingat dimana ia memarahi Taehyung karena mengkritik tariannya yang saat itu jauh dari kata baik.

"Hey Kim, jangan marah seperti itu, eoh?"

"Terserah!"

"Ayolaah, jangan seperti wanita!"

"Yaa! Memangnya marah itu hanya boleh untuk wanita?!"

Jimin tertawa sampai membuat matanya menghilang. Taehyung berdecak lagi. Dimana letak lucunya sampai Jimin terpingkal seperti itu?

"Tae sudah! Jangan membuatku tertawa! Aku tidak bisa melihat!"

Taehyung menggerlingkan bola matanya malas.

"Operasi! Di Korea sudah banyak rumah sakit yang bisa membuat kelopak mata untukmu."

"Mian! Tapi aku suka yang original saja." Ujar Jimin yang menaik turunkan alisnya.

"Ingin aku pukul itu kepalamu, Jim!"

"Jangan! Nanti aku bodoh bagaimana? Kau tidak akan bisa mencontek padaku lagi."

"Ahh benar, aku masih membutuhkanmu Jim. Tidak jadi aku pukul, sini aku elus saja. Bagaimana?"

"Tidak, terimakasih."

Kini giliran Taehyung yang tergelak.

"Tae, setelah dari sini kau akan kemana?"

"Mmmm, sepertinya aku langsung pulang. Kenapa?"

"Tidak, aku ingin menginap dirumahmu boleh ya?"

"Yaa!! Baru 3 hari yang lalu kau menginap dirumahku. Dan sekarang kau akan menginap lagi? Kau pikir, rumahku itu hotel?"

"Bukan lah!" Elak Jimin. "Kalau rumahmu itu hotel, aku akan membayarnya. Tapi, aku kan tidak membayar sepeserpun untuk menginap dirumahmu. Jadi, itu bukan hotel namanya! Yaa!! Tae! kau mau kemana!! Oooyy!! Tunggu aku!!" Seru Jimin saat melihat Taehyung yang sudah pergi meninggalkannya.

EGO - Jung HoseokOnde histórias criam vida. Descubra agora