BAB 43

10 12 28
                                    

Tubuh itu terbujur lemas di atas kasur yang bermotif bunga mawar jingga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tubuh itu terbujur lemas di atas kasur yang bermotif bunga mawar jingga. Dengan rambut yang sudah mulai kusut dipandang, Kanta sejenak menutup pintu kamar itu perlahan. Sambil sebentar melihat kakeknya yang sedang menghela nafas panjang dan sedang berbisik pelan dengan pembantunya.

Ia tak segan untuk memaknai jika aka nada hal baru yang bakal terjadi padanya dan Yura. Ia harus bersiap-siap, bahkan harus siap menerima jika ada kejadian menakutkan kepada dirinya ini.

Ia tak peduli jika hanya dirinya yang menjadi objek kakeknya, tetapi tubuh di depannya itu tak ingin merasakan kesedihan dan bahkan tega kepadanya. Kanta meminta maaf, dan mengelus kening Yura yang tertidur pulas di setengah hari ini.

"Maafkan aku Yur? Kesedihan akhirnya juga datang kepadamu di duniaku ini, padahal kamu berharap bahagia dan terhindar dari kesedihan di duniamu sendiri. Maafkan aku Yur? Aku berjanji gak bakal membuatmu seperti ini lagi, cukup hari ini aku melihatmu meneteskan air mata yang sangat gak ingin aku lihat!"

Kanta lalu menyelimuti tubuh itu, dan mencium keningnya penuh cinta dan kasih. Ia lalu duduk di dekatnya, menarik kursi kayu yang tepat berada di dekat lemari yang tinggi sekali. Ia pandangi wajahnya sendiri, di antara hujan dan setengah cahaya matahari yang melempar kabut putih lebat sekali.

Pantulan air hujan itu mengembun di antara jendela kamar. Dan terlihat angina begitu kencang menampar rumah ini. Terpaksa ia harus menginap di rumah ini untuk sehari saja. Tapi ia sangat khawatir sebab hatinya tak tenang dan melihat tatapan kakeknya ia justru merasakan ketakutan yang sangat menakutkan.

Ia intip suasana di luar, apakah sang kakek masih di sana atau jangan-jangan sudah kembali ke kamarnya. Belum sempat ia mengintip ia dikagetkan dengan sosok pembantu kakeknya. Sosok perepuan berambut pirang yang sesungguhnya juga lumayan cantik dipandang.

"Iya ada apa?"

"Saya hanya mengantar makanan buat kamu," Kanta sedikit bingung.

"Buatnya mana? Dia juga tamu di rumah ini," ia protes, sebab yang membutuhkan makanan adalah Yura.

"Oh ya? Sebentar lagi akan saya antarkan ke kamar ini," lalu pembantu itu memberikan makanan kepada Kanta dan ia menerimanya tanpa berpikir yang aneh-aneh kepadanya.

"Anda tampan," ia lalu berbalik badan, mengibaskan rambutnya yang pirang melewati depan wajahnya. Kanta pun terheran lalu dengan segera menutup pintu kamar itu, dan menunggu ia mengantarkan makanan lagi untuk Yura.

Kanta tak sedikitpun berpikir aneh kepadanya. Karena keadaan perutnya yang lapar, terpaksa ia langsung memakan makanan itu sembari menunggu pembantu itu mengantarkan lagi makanan untuk Yura.

Ia lahap sekali, menelan semua nasi dan lauk yang ternyata sungguh lah enak. Ia tak peduli dengan apa yang terjadi ke depannya. Ia perlahan menatap Yura yang masih teridur pulas dan meminum segelas air putih segar yang sangat ia butuhkan hari ini.

"Oh sungguh Tuhan sangatlah baik," ia bersyukur lalu sejenak berdiri di depan jendela sambil menunggu pembantu itu membawa makanan kepadanya.

Tapi waktu berlalu dan sekejab ia tak peduli dengan apapun yang ada di sekitarnya. Ia lalu berjalan pelan dan berharap apapun yang terjadi kepada Yura adalah seberkas harapan yang ia pandangi ke depannya.

Kanta seketika melihat Yura merintih pelan, dan memanggil namanya. Ia pun geram dan langsung membuka pintu kamar untuk mencari pembantu itu.

"Tunggu Yur? Akan ku bawakan makanan buatmu," Kanta berjalan cepat dan menghilang di antara kesunyian yang ada di rumah ini. Langkah kakinya sudah tak memperdulikan lagi kejadian yang ia akan hadapi ke depannya.

Tapi ia bingung kemana perempuan itu? Setiap langkah ia mencari sampai ia pun melihat perempuan itu sedang di dapur dan menatapnya dari kejauhan. Sorot matanya sungguh menggodanya, dan ia pun segera menghampirinya dan menanyakan makanan yang ia janjikan untuk Yura.

"Mana makanannya?"

"Sabarlah," ia menarik tangan Kanta tiba-tiba.

"Bisa kah kamu membantuku untuk mengangkat ini?"

"Tentu saja bisa," Kanta pun melangkah masuk ke dalam dapur itu dan ia seketika terkejut ketika tubuh perempuan itu memeluknya dari belakang.

"Hei!"

"Kamu sungguh tampan sekali!"

Enam Puluh Enam Kisah Yura [END] ✔Where stories live. Discover now