Ten berjalan menuju kelasnya,banyak murid murid yang melihatnya dengan pandangan prihatin. Pasalnya wajah mulusnya saat ini penuh dengan luka, sudut bibirnya terdapat bekas darah yang sudah mengering, serta dahi yang terdapat goresan yang sangat jelas disana.
Ten tak mau ambil pusing, ia terus berjalan hingga masuk kedalam kelasnya. Semua sahabatnya berlari kearahnya saat melihat keadaanya. Sedangkan Ten hanya tersenyum melihat itu.
"Astagaa Ten! Kau baik baik saja?" Teriak Yuta yang berlari menghampirinya. Ten hanya tersenyum. Tidak cocok sekali dengan kepribadian pria itu yang sok cuek jika dengan orang lain tapi saat ini yuta begitu perhatian kepadanya. Ah iya karna dia sahabatnya.
"Seperti biasa, aku sangat baik hehe" Cengir Ten yang membuat sahabatnya terheran heran.
Jaehyun melihat itu hanya menggelengkan kepalanya heran, bagaimana bisa pria mungil dan kurus seperti Ten bisa tahan dengan perlakuan ayahnya yang kejam.
Ia bangkit menghampiri Ten dan memberikannya sekotak roti yang sengaja Taeyong buat untuk temannya itu, karna ia tak bisa memberikannya sendiri jadilah ia menitipkannya kepada Jaehyun.
"Dari Taeyongー" Cake diterima Ten dengan senang hati, ia tersenyum ke arah Jaehyun. "Jangan lupa hubungi Taeyong, dia sangat khawatir denganmu karna kau tak mengangkat panggilannya"
Ten tersenyum lalu mengangguk "Aku akan menghubunginya nanti" Lalu dibalas anggukan oleh Jaehyun.
Ten duduk dibangkunya, ia tersenyum melihat Johnny sejak tadi menatap mereka tanpa mau ikut berdiri menghampirinya.
"Selamat pagi Mr.Johnny yang terhormat" Ucapnya sambil tersenyum. Sedangkan Johnny hanya bisa terkekeh mendengarnya.
"Kemarikan" Ucap Johnny mengarahkan tangannya ke atas pahanya, tau betul apa yang pria bongsor itu maksudkan. Ten menaruh Cakenya dibawah mejanya lalu memberikan tangannya untuk Johnny genggam.
Salah satu kebiasaan sahabatnya itu jika ia sedang dalam keadaan seperti ini. Johnny bukan orang yang repot repot menanyakan keadaannya karna ia tahu Ten selalu tidak baik baik saja. Jadi Johnny hanya akan menghiburnya dengan caranya, memeluknya atau menggenggam tangannya sepanjang kelas berlangsuny.
Hanya begitu Ten merasa sangat dihargai, ia sangat menyukai cara Johnny membuatnya nyaman berada terus didekatnya.
Selama kelas tangan kiri Ten tak lepas dari genggaman tangan Johnny, sedangkan pria itu fokus dengan pelajarannya.
***
Keadaan ruangan yang luas itu terasa sunyi saat kedua orang yang duduk berhadapan enggan untuk mengeluarkan suara sedikitpun. Pandangan mereka bertemu sejak tadi, tapi tak ada satupun yang mau mengalah.
Pria yang lebih tua itu mulai berdehem, membenarkan duduknya agar lebih nyaman, tidak sekaku tadi.
"Kau tau jika kita membicarakan anak itu pasti berujung dengan pertengkaran" Ucap pria paruh baya itu.
"Anak itu adalah Ten dan dia juga anakmu ayah bisakahー" Sehun menggantungkan kalimatnya lalu mengusap wajahnya frustasi. Ia tak mengerti kenapa Ayahnya begitu marah karena persoalan masa lalu.
"ーCukup hentikan semua pertikaian keluarga ini, hanya kita berdua yang Ten punya, jika ia seperti ini terus aku yakin Ten akan keluar dari rumah kita"
Ayahnya memandang kearah Sehun dengan senyuman miringnya "Tidak terlalu buruk, jika anak itu pergi mungkin keadaan rumah akan membaik dan anakuー" Siwon memajukan badannya agar lebih dekat dengan anaknya itu dan melanjutkan ucapannya "ーKurasa lebih baik jika dia pergi dari hadapanku, maka aku akan melupakan semuanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY WE GET BY | JOHNTEN
FanfictionKebahagiaan adalah satu satunya hal yang sangat tidak akrab denganku.