Perihal Waktu, Janji dan Kembang Api.

69 12 0
                                    

Entah kapan kegiatan duduk berdua di beranda kuil sudah jadi kebiasaan bagi mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah kapan kegiatan duduk berdua di beranda kuil sudah jadi kebiasaan bagi mereka. Menghabiskan sore dengan hanyut dalam pikiran masing-masing. Dari mengunyah permen karet sampai mencoreti buku jurnal, semua dilakukan dalam senyap. Mungkin akan terinterupsi oleh seekor kucing kuil yang tiba-tiba datang dan mengelus kaki.

Mungkin juga karena sebuah kata yang terlontar tiba-tiba.

"Chuuoku."

Satu kata dari pria bersurai merah yang berhasil buat sang gadis menghentikan kegiatannya. Ujung penanya melayang sebelum sempat torehkan sebuah goresan. Mata jelaganya bergulir pada Kuuko yang sepertinya akan melanjutkan kata.

"Bagaimana menurutmu? Berniat bergabung dengan mereka?" Lanjutnya.

Mungkin lebih tepatnya Party of Words, sebuah partai yang mayoritas diisi oleh perempuan. Pun partai yang rasanya akan diludahi lelaki saat ada yang mengucap namanya. Banyak dari mereka yang tidak suka, namun tetap saja tunduk dibawah tiraninya. Sungguh ironis. Sayangnya Akai tidak hidup di atas ironi. Maka menggelenglah dia.

"Aku tidak ingin berurusan dengan politik, Kuuko-san." Tangan bergerak, sebuah buku jurnal tertutup rapat. "Lagipula, aku juga tidak suka pada mereka. Mana mungkin aku bergabung."

Akaiyoru Shinseina benci kekerasan. Sayangnya dia tumbuh bersamaan dengannya. Mungkin itu sebab rasa tidak sukanya. Apa yang diteriakkan oleh partai itu tentang mengubah dunia tanpa kekerasan membuatnya tertawa, kadang.

Menghapus kekerasan dan membuat kata-kata menjadi senjata untuk menyelesaikan masalah. Akai rasa realitanya sekarang sudah melenceng jauh dari tujuan awal. Akai setuju untuk menyelesaikan masalah dengan kata-kata, tanpa kekerasan. Tapi dia mengharapkan sebuah rundingan yang berjalan sehat untuk memutuskan perkara. Bukan hadirnya suatu alat yang bisa mempengaruhi diri lewat kata-kata lantas digunakan untuk menyerang secara brutal.

Melihat adu rap jalanan saja sudah cukup jadi bukti bahwa apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan angan para awam. Apalagi melihat rap battle yang diselenggarakan oleh Chuuoku sendiri. Kekerasan. Mereka tidak menganggapnya sebagai kekerasan. Mungkin itu yang ada di otak mereka.

"Lalu, bagaimana jika orang terdekatmu bergabung dengan mereka?" Kalimat itu tidak jelas dengan kunyahan permen karet sebagai selingannya. Namun, waktu-waktu yang dia habiskan bersama Kuuko membuat Akai bisa menangkap maksudnya. Sudut mata Kuuko menatap helaian jelaga yang tertiup angin, dibarengi dengan pejaman mata sebelum keluarkan jawaban.

"Aku akan memukul mereka."
Saat mata jelaga itu terbuka, tidak ada sirat main-main di dalamnya. Sedikit membuat kelereng emas milik Kuuko membola sekejap, karena belum pernah melihat gadisnya setegas ini.

"Begitu ya."

"Iya."

"Kalau tiba-tiba kau berubah pikiran dan bergabung dengan mereka?"

Last Year [Harai Kuuko] | Hypnosis MicWhere stories live. Discover now