¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
･･•「᯽」•･･ • . .
Langit dihiasi oleh kesedihan, tangisan yang tak kuasa ditampung oleh awan perlahan-lahan mulai jatuh membasahi setiap permukaan di bumi.
Pria yang bernama Fushiguro Megumi itu kini tak mengetahui mana yang merupakan air mata miliknya dan yang manakah air hujan.
Darah tercampur dengan air. Membuat lingkarannya tersendiri.
Di wajahnya terlukis senyuman, merasa tak ada lagi penyesalan yang di bawa dalam menuju kematiannya.
"FUSHIGURO!" teriakan Itadori membuyarkan lamunannya yang sudah bersiap untuk tertidur panjang.
Itadori dibuat sangat panik, bolongan pada perut begitu parah. Sukuna datang bertukar posisi agar dapat segera menyembuhkan menyembuhkan tubuh itu.
"Jangan mati." teknik dikeluarkan, telapak tangan diarah tepat ke bolongan perut Fushiguro.
Hal aneh dan tidak biasa terjadi.
Sukuna tidak dapat menyembuhkan tubuh itu.
"SIAL, ADA APA INI!" teriaknya keras, membubarkan kawanan burung dilangit yang sedang terbang.
Mata Fushiguro begitu sayu hampir tertutup rapat, tangan kanannya bergerak lemas menarik seragam Itadori.
Bibirnya bergerak pelan, begitu bergetar efek tenaga yang terkuras begitu banyak. "Sampaikan pada semuanya, bahwa tidak ada lagi yang akan ku sesali jika dia terbunuh. Terima kasih dan selamat tinggal.
Jari telunjuk Fushiguro sempat menunjuk ke arah Rieyu yang begitu kesulitan menghadapi shikigami terakhir yang ia keluarkan, sampai tidak menyadari keberadaan Sukuna disini.
Tangan itu tergeletak tak berdaya, suara detak jantung itu tak lagi terdengar.
"Oi! bangun! kau tidak boleh tewas!" teriak Sukuna, tidak terima.
Terlambat. Mata dengan bulu mata yang begitu lentik itu kini tertutup dengan rapat. Tidak ada tanda-tanda akan terbuka lagi.
Senyuman tidak memudar dari wajahnya, berkata jiwanya telah bebas dari beban dunia ini.
Sukuna mengeram, menatap tajam target yang akan ia bantai itu.
