1

92.2K 2.7K 52
                                    

Reno, 32 tahun, dari awal menjadi dosen ia sudah menyandang sebutan dosen tertampan dan terdingin di tempatnya mengajar, bahkan sudah lima tahun ini tak ada dosen lain yang merebut posisi itu, pak Reno tetap yang paling tampan.

Reno merapikan beberapa lembar kertas yang sudah ia susun per halamannya. Suara ponsel lagi-lagi berbunyi membuat Reno menghela nafasnya, ia mensenyapkan notif dari grup reuni kampusnya, sudah semua teman-temannya menikah dan memiliki anak, dan sekarang yang membuat heboh grup adalah Heru, duda anak satu dan akan segera menikah lagi.

"Reno, pindah dulu ke ruang kerja kamu ya sayang, ada tante Lili sama Reina dateng" ucap mamah Reno dengan lembut mengelus kepala anak semata wayangnya. Lagi-lagi Reno menghela nafasnya kasar.

"Panas mah, AC nya lagi rusak" adu Reno malas untuk berpindah tempat. Namun cepat-cepat Reno menutup laptopnya dan merapikan segala kertas yang ada di meja saat mendengar suara perempuan yang menurutnya sangat cempreng.

"Eh ada om dosen galak" ejek Reina yang sudah ada dibelakangnya. Saat Reno sudah menumpukan semua kertas, Reno segera berdiri hendak bergegas pergi.

"Raina gak boleh ngomong gitu ke Reno, panggil kakak" mamahnya Reina memperingati.

"Abisnya setiap dikampus sok-sok an gak kenal aku mah, temen-temen aku aja manggil kak Reno Bapak! ya udah sekalian aku panggil Om aja" Reina sedikit tertawa, membuat mamah Reno ikut menggelengkan kepalanya sambil sedikit tertawa.

"Mah, Tante Lili, saya pamit dulu ke ruang kerja ya, masih ada yang harus diselesaikan" pamit Reno sopan. Ia melirik Reina sekilas yang sepertinya tengah tersenyum kepadanya.

"Tuh kan aku gak pernah di anggep sama kak Reno mah" adu Reina sambil menunjuk Reno yang sudah pergi menjauh.

"Reina!" mamahnya memperingati lagi.

"Gak apa-apa Li, namanya juga anak-anak masih suka pada berantem" lerai mamahnya Reno. Reina tersenyum membetulkan perkataan mamahnya Reno.

"Oh iya, Reno gimana Ta? udah ada calonnya?"

"Belum, udah capek aku Li minta menantu ke Reno, anaknya tuh susah diajak ngobrol, kalo kata dia A ya A, gak bisa dipaksa B. Kalo kata dia nanti ya nanti"

"Bener banget tan, dikampus juga gitu. Kalo aturan awal yang dia kasih gitu ya harus diikutin gitu, masuk jam delapan ya harus jam delapan pas, telat semenit aja langsung dikeluarin" ucap Reina sedikit mencurhatkan keluh kesah nya menjadi mahasiswa Reno. Kali ini ia menerima pukulan sedang dipahanya.
"Kamu diem aja Rei" bisik mamahnya yang sudah mulai kesal karena kecerewetan Reina.

"Nah bener Rei, coba deh kamu ubah sikap Reno, biar gak dingin-dingin amat" wajah Reina berubah menjadi bingung, lalu ia menunjuk dirinya sendiri.

"Rei, Tan?" tanyanya mengulangi.

"Iya, kalian kan udah kenal lama, dari kamu kelas satu SD"

"Tapi dari kelas satu sd juga kak Reno udah ngangep Rei musuh dia tan, kayaknya gak mungkin bisa deh" ucap Reina sadar diri.

"Iya Ta, dari kecil kan mereka suka berantem, Reina usil Reno marah" tanya mamah Reina bingung.

"Reno itu salinan dari ayahnya, ganteng, dingin, susah dideketin. Tapi kan akunya cerewet Li, suka ngejailin mas Ivan juga, lama-lama pasti bakalan ilang sifat dinginnya. Kan ada peribahasa sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan akan retak juga, sekeras apa pun pendirian seseorang jika terus-menerus dipengaruhi dapat berubah pendirian juga" Reina mengangguk mengerti.
"Eh iya sampe lupa sama acara kita hari ini, aku ambilin dulu cemilan sama contoh bajunya ya Li, agak sorean kita beli kainnya" Mamah Reina mengangguk.

Dosen killer suamiku! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang