Part 1

30 6 2
                                    

Matahari mulai keluar dari peraduannya, membimbing makhluk di dunia agar lekas bangun dari mimpi. sinar matahari kini mulai masuk di celah-celah ruang serba biru dengan banyak poster idola terpampang jelas di setiap sudut kamar Shila.

Perlahan namun pasti Shila mulai membuka jendela matanya menghadapi hidup yang menurutnya sangat rumit.

Tak seperti biasa Shila bangun dan menuju cermin yang menempel di lemari, dilihat mata yang bengkak dan sedikit merah akibat ulahnya yang semalaman menangis.

"Berapa lama aku menangis? Mataku hingga bengkak seperti ini?" Tanya
Shila pada dirinya sendiri.

"Bodohnya Aku mau menunggu pria yang menyuruhku menunggunya hingga aku terluka." Lanjutnya lagi.

"Laa..." Panggiil ibu Shila

"Iya... Shila sudah bangun, sebentar lagi akan pergi." Ucap Shila dengan nada sedikit keras.

"Kau mau ke mana pagi-pagi begini?"

"Sekolah."

"Bukankah kemarin kau bilang akan libur?" Ucap ibunya yang ikut berteriak.

" Ah, aku ke taman saja kalau begitu" ucap Shila membuka pintu istana pribadi miliknya dan mendapati ibunya telah berlalu pergi ke dapur.

"Kapan Andi akan pulang Bu?"

"Dia kakakmu."

"Kapan kak Andi pulang, ibuku sayang?" Lontar Shila sambil menekankan kata kak.

"Hari ini. Kau jemput dia ya."

"Akan aku usahakan."

"Harus."

"Ah, baiklah nyonya."

Hampir satu jam Shila bergulat dengan baju, sepatu, dan rambut. Walau awalnya Semua terlihat bagus, ketika ia teringat akan kematian temannya nya ketika memakai perlengkapan yang sungguh rumit untuk dibuka maupun dikenakan Shila tanpa sadar membuat sebuah aliran sungai kecil yang mengalir di sela-sela pipi chubby nya.

Dengan segala kesedihan, Shila segera menghentikan aliran itu dan menyelamatkan kaos lengan panjang bermotif kaki anjing dengan celana jeans panjang yang longgar, setelah itu sarapan, ia bergegas pergi ke taman kota.

Di tengah taman kota yang cukup dingin, ditemani dengan nyanyian nyanyian merdu dari MP3 yang dibawanya dari rumah. Shila sedang terduduk di sebuah pohon yang cukup rindang dan pelan namun pasti ia mulai bertaut dengan mimpinya, tak lama kemudian Shila terbangun dan ingat bahwa kakaknya akan pulang dari liburan.

Bergegas ia berangkat menuju bandara, tempat dimana pesawat akan parkir sejenak. Menit demi menit jam tangan Shila bergerak 360° dua kali, Shila mulai lelah berdiri menunggu kakak kesayangannya itu. Shila membuka handphone-nya dan mengetik beberapa kata untuk kakaknya.

📲 Message Received

"aku menunggu kakak di restoran yang dulu kakak membawaku sebelum akhirnya pergi tanpa kabar. Temui Aku atau aku akan sangat marah."

Kejenuhan kini mulai menghantam Shila, diambilnya MP3 berwarna hijau dengan hiasan polkadot biru itu dan bersenandung pelan sambil meminum jus mangga kesukaannya.

Pelan namun pasti Shila memasuki dunia lamunannya dengan berbagai angan yang hanya mengudaratanpa pernah terlintas di benak Shila untuk menangkapnya, hingga akhirnya Shila yang sedari tadi asyik mendengarkan senandung yang cukup menyentuh hatinya mulai kembali menangis.

Love That HurtsWhere stories live. Discover now