Episode 13 | Rencana Pemberontakan

2.5K 334 27
                                    

Azhar mematikan cerutunya, menekannya kuat ke asbak lalu mengangkat wajah menatap utusannya. Senyumnya mengembang, membuat pria muda itu ketakutan. Takut-takut jika informasi yang baru saja di sampaikannya membuat sang tuan marah.

"Pergilah! Jangan takut seperti itu!" usir Azhar langsung berdiri. Mengabaikan utusannya yang berlari keluar dari ruangannya. Ia Melangkah menuju bar kecil miliknya, menuangkan minuman keras di dalam gelas dan langsung menegukkan sampai habis.

"Akhirnya! Saat ini tiba juga!" seru Azhar. "Alaric! Tanpa ada pertumpahan darah, akan ku buat kau turun tahta... Lihat saja nanti..."

***

Pesta besar-besaran di gelar untuk menyambut kelahiran Pangeran Qattare, Badar Al Raqqhisd. Dengan mata cokelat gelap, bibi gembulnya mencuri perhatian semua orang. Banyak pelayan yang silih berganti, berebut melihat bagaimana tampannya Pangeran Badar, yang nantikan menjadi Putra Mahkota Qattare. Bahkan di usianya yang belum sebulan, ketampanan Pangeran Badar sudah menyebar ke seluruh negeri.

"Kapan kau akan mengatakan yang sebenarnya mengenai Pangeran Badar pada Bella?"

Alaric mengangkat wajah menatap Rashid. "Aku sudah memintamu kembali, kan? Kenapa masih di sini?"

"Kau berencana menghabisi mereka sendiri, karena itu menyuruhku pergi. Aku tidak akan membiarkan itu."

"Mereka benar-benar tidak bisa di tolong lagi. Penjarahan, perampokan, serta ancaman-ancaman mereka kepada publik sudah tidak bisa di toleransi lagi."

"Kau harus cepat menobatkan Pangeran Badar sebagai ahli warismu, Aric."

"Tidak perlu terburu-buru. Badar belum genap sebulan. Setelah aku menghabisi seluruh pemberontak, jelas, Badar akan menjadi putra mahkota Qattare."

"Azhar..." Nama sepupu Shafir mencuri perhatian Alaric. " Beberapa orangku mengatakan dia ada di kota. Beberapa kali dia tertangkap mata sedang mengunjungi bar bar kecil."

"Azhar tidak ada hubungannya dengan keluarga ratu terdahulu..."

"Memang benar. Dia hanya sepupu jauh. Tapi dia dekat dengan Shafir. Tidaklah kau memikirkan kemungkinan kecil pemberontakan itu di pimpin olehnya?"

Ucapan Rashid memang ada benarnya, namun Alaric harus mencari banyak bukti. Dengan kondisi istana yang ramai menyambut kelahiran Badar, keamaan istana menjadi lenggang, termasuk karena ulang pemberontak yang terus saja semakin membabi buta.

"Desas desus di luar sana. Apa kau tidak mendengar, ya?"

"Apa?" kening Alaric berkerut dalam.

"Desas desus kalau Pangeran Badar adalah Putra Pangeran Shafir membuat beberapa menteri politik gusar. Mereka memikirkan kemungkinan itu karena Ratu adalah mantan tunangan Pangeran Shafir. Ada kemungkinan kau yang merencakan kudeta Ratu terdahulu, dengan membantai seluruh keluarga Shafir. Dan ada juga yang menyebutkan kau berpihak kepada Ratu terdahulu, berpura-pura menghukumnya namun membiarkan ahli waris keluarga Ratu terdahulu menjadi putra mahkota kerajaan Qattare."

"Lupakan itu. Kau tahu kebenaran soal Badar."

"Itu aku..." Rashid mendekat, menggebrak meja Alaric. "Bisakah kau melihat situasinya, Aric? Semakin kau menutupi kebenaran itu, semakin banyak spekulasi yang nantinya menjadi bumerang untukmu." Rashid mengambil napas. "Jujurlah! Aku tidak tahu kalau Raja Qattare takut dengan hal semacam ini..."

"Rashid!"

"Persetan dengan pemikiranmu sendiri! Kau bisa melihat bagaimana Bella menyayangi Badar. Mata Bella menunjukkan kelembutan dan kasih sayang tulus. Bukan hanya untuk Badar, tapi untukmu juga! Kau saja yang buta, Aric. Kau menutup dirimu sendiri dari cinta agar kau tetap kuat!" Rashid mengakhiri kalimatnya. Dadanya naik-turun. "Kau tidak perlu menanggung kebencian sendiri, Aric. Masih ada aku dan Garda yang setia di sisimu..."

The Ice Prince [ TAMAT ]Where stories live. Discover now