Part 30

441 24 3
                                    

"Bahagia itu sederhana, hanya dengan membaca ucapan selamat malam darimu saja aku sudah bahagia."

- Langit Aditya (tanpa D.)
__________________________

Langit mendonggak, melihat siapa orang yang memanggilnya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya gadis itu seraya berjongkok di samping Langit dengan seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri tidak jauh di belakangnya.

Melihat siapa yang datang, Langit langsung mengusap air matanya, lalu berdehem. "Enggak, gue gapapa," jawab Langit seraya berusaha tersenyum.

"Gapapa gimana? Jelas-jelas aku lihat kamu nangis, kamu kenapa? Di begal?" tanya Cahaya khawatir.

"Enggak, eum, ini, gue eum–"

Cahaya menghela napas mendengar jawaban Langit hanya am em am em saja. "Kalau gak mau jawab, gapapa, sini aku bantu berdiri," ujar Cahaya seraya mengulurkan tangannya, Langit menatap uluran tangan Cahaya, lalu ia tersenyum dan menerima uluran itu.

Tangan itu sudah dua kali membantunya bangkit dari keterpurukan, menyelamatkannya dari jurang kehancuran, gadis itu kembali datang untuk menolongnya. Cahaya memang tidak pernah berubah, dia tetap menjadi cahaya dalam hidup Langit yang gelap. Lestari tersenyum dari kejauhan, setelah berbicara dengan seseorang yang berada dalam mobil, dia berjalan mendekati Langit dan Cahaya.

"Makasih."

"Langit, tante tahu kamu pasti lagi ada masalah, daripada di sini sendirian, kamu ke rumah tante dulu, yuk?" ajak Lestari. Langit terdiam seraya berfikir, tidak ada salahnya dia mampir dulu ke rumah Cahaya.

"Udah, ayok, di sini sendirian nanti di culik loh sama kelong wewe."

Akhirnya Langit mengangguk mengiyakan ajakan Lestari, setelah sampai di rumah Lestari, wanita paruh baya itu menyuruh Cahaya agar membuatkan minum untuk Langit.

"Tan, tante dari mana kok bisa ada di taman sama Cahaya?" tanya Langit.

"Itu, tadi tante habis dari rumah temen, terus Cahaya gak sengaja liat kamu, dia langsung turun nyamperin kamu," jawab Lestari, lalu Cahaya datang dengan nampan berisi tiga air minum.

"Kamu kok bisa di sana sendirian, kenapa?"

"Akh, enggak kok gapapa. Maaf jadi ngerepoton, eum Langit boleh minta tolong sekali lagi gak?"

Lestari dan Cahaya saling pandang, lalu mereka mengangguk membolehkan. "Eum, Cahaya boleh minjem hpnya bentar? Hp Langit batrenya habis."

Setelah Cahaya memberikan smatrphonenya, Langit membuka akun instagram miliknya lalu dia menelepon Baskara, meminta beliau untuk menjemputnya di rumah Cahaya, karena Langit tidak punya ongkos untuk ke sana, dia juga bingung harus pergi ke mana.

Beberapa saat kemudian, Baskara datang dengan wajah khawatirnya, dia takut terjadi apa-apa dengan Langit, padahal seharusnya dia tidak usah khawatir orang rumah orang tua Langit saja ada disebrang rumah Cahaya.

Sebelum membawa Langit pergi, Baskara berterima kasih kepada Lestari dan Cahaya yang sudah mau membawa Langit ke rumahnya, karena jika mereka tidak ada, entah bagaimana nasib Langit, bisa saja dia bunuh diri atau melakukan hal-hal gila.

Baskara tak habis pikir dengan hubungan Langit dan Dirgantara, kemarin mereka baru saja baikan dan sekarang mereka sudah bertengkar lagi, sebenarnya apa yang salah dengan hubungan anak-ayah ini?

"Kamu kenapa lagi sama papah kamu, hmm? Sampe nekat pergi malem-malem gini," tanya Baskara saat Langit dan dirinya sudah ada di dalam mobil.

"Biasalah, Om. Om juga pasti tahu apa yang papah laukin."

Langit [COMPLETED ✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt